Pengertian Dan Ciri-Ciri Hipotesis

Pengertian Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik dengan data (Sugiyono, 2008: 96). Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. 

Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis Statistik merupakan pernyataan atau dugaan mengenai satu atau Iebih populasi. Dengan mengambil suatu sampel acak dari populasi tersebut dan menggunakan informasi yang dimiliki sampel tersebut, diputuskan apakah hipotesis tersebut kemungkinan besar benar atau salah. Penolakan suatu hipotesis berarti menyimpulkan bahwa hipotesis itu salah, sedangkan menerima suatu hipotesis semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempunyai bukti untuk mempercayai sebaliknya. 

Oleh karena itu, statistikawan atau peneliti selalu mengambil sebagai hipotesisnya suatu pernyataan yang diharapkan akan ditolak. Misalnya kalau ia menaruh perhatian pada suatu jenis vaksin baru, ia harus mengasumsikan bahwa vaksin itu tidak Iebih baik dari pada yang beredar di pasaran, baru kemudian ia berusaha untuk menolak asumsi itu. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapan akan ditolak disebut hipotesis nol dengan lambang Ho, yang merupakan hipotesis yang akan diuji dan nantinya akan diterima atau ditolak tergantung pada hasil eksperimen atau pemilihan sampelnya. 

Penolakan Ho mengakibatkan penerimaan hipotesis alternatif, yang dilambangkan dengan Hi. Hipotesis nol mengenai suatu parameter populasi harus menyatakan dengan pasti suatu nilai bagi parameter itu, sedangkan hipotesis alternatifnya mengijinkan beberapa kemungkinan nilai. Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. 

Menurutnya, hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Trelease (Nazir, 2005: 151) memberikan definisi hipotesis sebagai “suatu keterangan sementara sebagai suatu fakta yang dapat diamati”

Sedangkan Good dan Scates (Nazir, 2005:151) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah penelitian selanjutnya. Kerlinger (Nazir, 2005:151) menyatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan yang bersifat terkaan dari hubungan antara dua atau lebih variabel. 

Ciri-ciri Hipotesis 
Nazir (2005:152) menyatakan bahwa hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 
  • Hipotesis harus menyatakan hubungan Hipotesis harus merupakan pernyataan terkaan tentang hubungan-hubungan antarvariabel. Ini berarti bahwa hipotesis mengandung dua atau lebih variabelvariabel yang dapat diukur ataupun secara potensial dapat diukur. Hipotesis menspesifikasikan bagaimana variabel-variabel tersebut berhubungan. Hipotesis yang tidak mempunyai ciri di atas, sama sekali bukan hipotesis dalam pengertian metode ilmiah. 
  • Hipotesis harus sesuai dengan fakta Hipotesis harus cocok dengan fakta. Artinya, hipotesis harus terang. Kandungan konsep dan variabel harus jelas. Hipotesis harus dapat dimengerti, dan tidak mengandung hal-hal yang metafisik. Sesuai dengan fakta, bukan berarti hipotesis baru diterima jika hubungan yang dinyatakan harus cocok dengan fakta. 
  • Hipotesis harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu pengetahuan Hipotesis juga harus tumbuh dari dan ada hubunganya dengan ilmu pengetahuan dan berada dalam bidang penelitian yang sedang dilakukan. Jika tidak, maka hipotesis bukan lagi terkaan, tetapi merupakan suatu pertanyaan yang tidak berfungsi sama sekali.
  • Hipotesis harus dapat diuji. Hipotesis harus dapat diuji, baik dengan nalar dan kekuatan memberi alasan ataupun dengan menggunakan alat-alat statistika. Alasan yang diberikan biasanya bersifat deduktif. Sehubungan dengan ini, maka supaya dapat diuji, hipotesis harus spesifik. Pernyataan hubungan antar variabel yang terlalu umum biasanya akan memperoleh banyak kesulitan dalam pengujian kelak. 
  • Hipotesis harus sederhana. Hipotesis harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana dan terbatas untuk mengurangi timbulnya kesalahpahaman pengertian. Semakin spesifik atau khas sebuah hipotesis dirumuskan, semakin kecil pula kemungkinan terdapat salah pengertian dan semakin kecil pula kemungkinan memasukkan hal-hal yang tidak relevan ke dalam hipotesis. 
  • Hipotesis harus bisa menerangkan fakta. Hipotesis juga harus dinyatakan dalam bentuk yang dapat menerangkan hubungan fakta-fakta yang ada dan dapat dikaitkan dengan teknik pengujian yang dapat dikuasai. Hipotesis harus dirumuskan sesuai dengan kemampuan teknologi serta keterampilan menguji dari si peneliti. 
Secara umum, menurut Nazir (2005: 153) hipotesis yang baik harus mempertimbangkan semua fakta-fakta yang relevan, harus masuk akal dan tidak bertentangan dengan hukum alam yang telah diciptakan Tuhan. Hipotesis harus dapat diuji dengan aplikasi deduktif atau induktif untuk verifikasi. Hipotesis harus sederhana. 

Kegunaan Hipotesis Secara garis besar, kegunaan hipotesis adalah sebagai berikut: 
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian 
b. Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antarfakta, yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti 
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh 
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antarfakta 

Tinggi rendahnya kegunaan hipotesis sangat bergantung dari hal berikut: 
a. Pengamatan yang tajam dari peneliti 
b. Imajinasi serta pemikiran kreatif dari peneliti 
c. Kerangka analisis yang digunakan oleh peneliti 
d. Metode serta desain penelitian yang dipilih oleh peneliti

Jenis Hipotesis 
Pada umumnya hipotesis dirumuskan untuk menggambarkan hubungan dua variabel akibat. Namun demikian, ada hipotesis yang menggambarkan perbandingan satu variabel dari dua sampel, misalnya membandingkan perasaan takut antara penduduk tepi pantai dan penduduk pegunungan terhadap gelombang laut. 

Ada beberapa jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian: 
- Hipotesis kerja Hipotesis kerja atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. 

Rumusan hipotesis kerja: 
a. Jika ... maka .... 
Contoh: Jika materi membaca alqur’an selalu dipraktekan, maka siswa tidak akan kesulitan dalam membaca alqur’an. 

b. Ada perbedaan ... antara .... 
Contoh: Ada perbedaan yang signifikan antara metode mengajar guru yang menggunakan media dengan metode ceramah 

c. Ada pengaruh ... terhadap .... 
Contoh: Ada pengaruh metode mengajar guru terhadap minat belajar siswa. 

- Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama ”hipotesis nol” atau ”hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel. Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau nihil. 

Rumusan hipotesis nol: 
a. Tidak ada perbedaan antara ... dengan .... 
Contoh: Tidak ada perbedaan antara siswa MTs dengan siswa SMP dalam kemampuan baca tulis alqur’an. 

b. Tidak ada pengaruh ................ terhadap ................. 
Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan mengikuti kuliah.

Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis. 

- Hipotesis common sense dan ideal 
Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan pemikiran bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan. 

Contohnya, hipotesis sederhana tentang produksi dan status pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan terhadap insekta, hubungan antara kegiatankegiatan dalam industri, dan sebagainya. 

Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-keseragaman pengamalan empiris. Hipotesis ideal adalah peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, kita mempunyai suatu hipotesis ideal tentang keseragaman empiris dan hubungan antar daerah, jenis tanah, luas garapan, jenis pupuk, dan sebagainya. Misalnya, tentang hubungan jenis tanaman A dengan jenis tanah A* dan jenis tanaman B dengan jenis tanaman B*. Jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya dengan mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka kita memformulasikan hipotesis analitis. 

Pendapat lain mengenai pengklasifikasian atau jenis-jenis hipotesis diungkapkan oleh Sugiyono (2001: 83-86). Ia menyatakan bahwa menurut tingkat eksplanasi yang akan duji, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif (pada suatu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan. 

1. Hipotesis Deskriptif 
Menurut Sugiyono (2001: 83) hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh, bila rumusan masalah penelitian sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan adalah hipotesis deskriptif. 
a. Seberapa besar rata-rata nilai Bahasa Arab siswa MTsN 2 Bandung? 
b. Seberapa tinggi produktivitas padi di kabupaten Klaten? 
c. Berapa lama daya tahan lampu merk A dan B? 
d. Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X? 

Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut: 
a. Rata-rata nilai Bahasa Arab siswa MTsN 2 Bandung = 7,5 
b. Produktivitas padi di Kabupaten Klaten 8 ton/ha. 
c. Daya tahan lampu merk A=450 jam dan merk B=600 jam. 
d. Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70% dari yang diharapkan. 

Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol dengan hipotesis alternatif selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti alternatifnya diterima. Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol. Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara hipotesis nol (Ho) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasankan itumaka dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak.

No comments:

Post a Comment