Pengertian Keterampilan Membaca Sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa Menurut Para Ahli

Pengertian Keterampilan Membaca Sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa
Pengertian Keterampilan Membaca
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa proses membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pengguna (pembaca) secara langsung. Pembaca membaca hasil dan persandian dan melakukan penyandian kembali. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Rahim 2008:2).

Membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya dalam hati. Pada hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka, secara langsung, di dalamnya terjadi hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulisan. Tarigan berpendapat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Nuha 2012:108-109).

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai pengertian: 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tulis, 3) membaca adalah penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual, 5) keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan melisankan, mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman berfikir, dan bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6) membaca proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Haryadi 2006: 1-2).

Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya (Haryadi 2006: 76).

Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan untuk mengenali dan memahami lambang-lambang tertulis dan suatu proses interaktif yang melibatkan kegiatan fisik manusia yaitu gerakan tangan, bibir, dan mata.

Aspek-Aspek Membaca
Menurut Effendy (2004:124) kemahiran membaca mengandung dua aspek, yaitu :

1. Aspek mengubah lambang tulis menjadi bunyi.
Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Perbedaan lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan bentuk huruf-huruf Arab ketika berdiri sendiri, di awal, di tengah, dan di akhir.

2. Aspek memahami makna bacaan.
Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran membaca untuk pemahaman ini, yaitu unsur kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan.

Tujuan Membaca
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008:289) tujuan umum dari keterampilan membaca yaitu: (1) mengenali naskah tulisan suatu bahasa, (2) memaknai dan menggunakan kosakata asing, (3) memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit, (4) memahami makna konseptual, (5) memahami nilai komunikatif dari suatu kalimat, (5) memahami hubungan dalam kalimat, antarkalimat, antarparagraf, (6) menginterpretasi bacaan, (7) mengidentifikasi informasi penting dalam wacana, (8) membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang, (9) menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman, (10) skimming, dan (11) scanning untuk menempatkan informasi yang dibutuhkan.

Jenis-Jenis Membaca
Menurut Effendy (2004:126) untuk melatih dua aspek kemahiran membaca, ada beberapa jenis membaca antara lain :
  1. Membaca keras. Penekanan dalam kegiatan membaca keras adalah kemampuan membaca dengan (1) menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain, (2) irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis, (3) lancar dan tidak tersendat-sendat, dan (4) memperhatikan tanda baca.
  2. Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rinciannya. Penciptaan suasana kelas yang tertib dalam kegiatan membaca dalam hati perlu dilakukan sehingga memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi terhadap bacaannya.
  3. Membaca cepat. Tujuan utama membaca cepat ialah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih cepat dari pada kebiasaanya. Siswa tidak diminta memahami rincian-rincian isi dalam membaca cepat ini, tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja. Namun perlu diingat bahwa tidak setiap bahan bacaan dapat dijadikan bahan membaca cepat.
  4. Membaca rekreatif. Tujuan membaca rekreatif adalah untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat, keterampilan dan kecintaan membaca.
  5. Membaca analisis. Tujuan utamanya ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan detail-detail yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis.
Keterampilan Membaca Bahasa Arab
Keterampilan membaca bahasa Arab (maharah al- qira’ah/ reading skiil) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati (Hermawan 2010:143).

Makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah, kagum, rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Membaca dalam makna yang luas ternyata tidak mudah, sebab banyak variabel yang terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan.

Tes Keterampilan Membaca
Tes kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi siswa memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, teks bacaan yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami (Nurgiyantoro 2010:371). Nurgiyantoro menegaskan bahwa tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa untuk memahami wacana tulis. Misalnya, kemampuan menemukan informasi tersurat maupun tersirat dalam suatu wacana tulis, menentukan ide pokok dalam suatu paragraf, menyimpulkan isi wacana dan menentukan tema atau judul bacaan.

Persoalan yang muncul dalam tes keterampilan membaca adalah bagaimana mengukur kemampuan pemahaman isi pesan tersebut, yaitu apakah sekadar menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau menanggapi dengan bahasa sendiri. Selama ini, bentuk soal yang lazim dipakai adalah merespon jawaban yang telah dibuat dan belum terlihat memaksimalkan tugas-tugas yang menuntut siswa mendayakan potensi yang dimilki untuk merespon wacana dengan kemampuannya sendiri (Nurgiyantoro 2010:376).

Jika sebuah tes sekadar menuntut siswa mengidentifikasi, memilih atau merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes itu merupakan tes tradisional. Sebaliknya, jika tes pemahaman pesan tertulis itu sekaligus menuntut siswa untuk mengkonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan maupun tertulis, maka tes itu menjadi tes otentik. Mengkonstruksi jawaban sendiri artinya peserta uji membuat jawaban sesuai dengan pemahamannya terhadap pesan dan kemampuannya membahasakan kembali baik secara tertulis maupun lisan. Kedua macam tes tersebut sama-sama diperlukan untuk mengukur hasil pembelajaran siswa. Pada ujian akhir yang waktunya dibatasi dalam hal pengerjaan oleh siswa maupun guru yang mengoreksi jawaban, soal bentuk tradisional tampak lebih efektif dipilih. Apalagi soal bentuk ini mampu menampung banyak soal sehingga validitas dan reliabilitas tes secara teoritis lebih memungkinkan untuk terpenuhi. Namun, untuk ujian proses yang sekaligus sebagai bagian strategi pembelajaran, tugas-tugas yang berkadar otentik yang sebaiknya dipilih (Nurgiyantoro 2010:377).

Pengertian Metode dan Strategi
Menurut Nata (dalam Rohmah 2011:25) metode berasal dari dua kata, yaitu metha dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Khusus dalam istilah pendidikan menurut Jalaluddin bahwa: “Metode adalah suatu cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik)” (dalam Soleh 2012:20). Jadi yang dimaksud dengan metode dalam hal ini adalah jalan atau cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, sehingga tercapai tujuan pendidikan.

Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008:2) strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang. Strategia dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, sedangkan strategi adalah suatu teknik yang digunakan oleh guru atau pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirancang sebelumnya.

Metode Reading Guide
1. Pengertian metode reading guide
Ada banyak metode yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran diantaranya metode reading guide. Reading guide terdiri dari 2 kata yaitu reading dan guide. Reading menurut Echols dan Shadily adalah membaca atau melihat catatan (dalam Soleh 2012:20), menurut Mulyono membaca adalah “pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang dimiliki” (dalam Abdurrahman 2003:200-201).

Menurut Listiyanto Ahmad, membaca atau reading adalah suatu proses menalar (reading is reasoning). Aktivitas membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya, berjuang mempertahankan hidup dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia (Ahmad 2010:14).

Sedangkan guide menurut Echols dan Shadily sebagai penuntun/pedoman (dalam Soleh 2012:20). Jadi reading guide adalah membaca terbimbing. Metode reading guide adalah bentuk metode pembelajaran yang mengarah pada penyampaian materi secara optimal karena banyaknya materi yang harus diselesaikan dengan lebih banyak melibatkan kegiatan membaca siswa melalui bimbingan berbentuk kisi-kisi (Hisyam dkk 2008:8).

Metode Reading Guide dilaksanakan dengan cara guru memilih materi yang akan dipelajari pada hari itu. Lalu guru membuat daftar pertanyaan sebanyak mungkin berdasarkan materi yang akan dipelajari (Ismail 2008:82).

2. Tujuan metode reading guide
Tujuan metode reading guide adalah membantu peserta didik fokus dalam memahami suatu materi pokok (Munir 2009:24).

Metode Reading Guide ini lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari sumber belajar. Proses pembelajaran dalam susana menyenangkan. Dan yang paling utama adalah para siwa bisa lebih fokus pada materi pokok karena mereka secara langsung dibimbing dengan daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran jelas akan lebih efektif dan efesien.

3. Prinsip-prinsip metode reading guide
Ada 5 prinsip strategi proses belajar mengajar dengan penggunaan metode reading guide (Soleh 2012:22) yaitu:

a. Motivasi
PBM tidak lepas dari adanya motivasi baik motivasi intrinsik yang berasal dari peserta didik seperti keinginan untuk belajar dengan baik atau motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar peserta didik seperti dorongan dari orang tua dan guru.

b. Kooperatif dan Kompetisi
Ini dimaksudkan untuk pembentukan sikap kerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama seperti diskusi bersama tentang suatu materi.

c. Korelasi dan Integrasi
Berkaitan dengan sifat keterbatasan manusia untuk mengingat apa yang sudah dipelajarinya seperti siswa saling melengkapi kekurangan teman yang dimiliki siswa.

d. Aplikasi dan transformasi
Merupakan bentuk penerapan teori-teori/prinsip serta kaidah-kaidah yang telah dipelajari oleh siswa.

e. Individualisasi
Proses individualisasi dilakukan dengan diantara siswa aktif mencari tahu tentang materi dengan banyak membaca buku dan bertanya kepada guru atau orang tua.

Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara siswa belajar aktif dengan dilakukannya strategi metode reading guide (Soleh 2012:22-24), yaitu :

a. Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.

b. Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.

c. Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.

d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.

e. Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, memberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang menyenangkan.

Dalam upaya memunculkan, merangsang, dan memupuk pertumbuhan kreativitas, pada proses penerapan metode reading guide guru harus menata sikap dan falsafah mengajarnya (Soleh 2012:24-25).

a. Sikap Guru
Upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Semua anak harus belajar bidang ketrampilan di sekolah, dan banyak anak memperoleh ketrampilan kreatif melalui model-model berpikir dan bekerja kreatif. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak untuk diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas.

Guru harus mengkondisikan ruang pembelajaran yang nyaman, ukuranya adalah siswa merasa tidak tertekan atau tegang sehingga motivasi internal tumbuh, ketegangan kurang, dan belajar konseptual lebih baik. Pendekatan yang dipilih adalah tidak diawasi tapi diarahkan (non-controlling but directed), sehingga 2anak melihat dirinya sebagai lebih kompeten di sekolah dan mempunyai rasa harga diri yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang melihat lingkungan kelas mereka sebagai mengawasi. Penekananya lebih pada belajar bukan pada penilaian, dengan sikap ini guru betul-betul dapat menjadi kolaborator dalam belajar.

b. Falsafah Mengajar
Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas anak secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
  1. Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
  2. Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
  3. Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di dalam kelas. Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya.
  4. Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas sehingga tidak ada tekanan atau ketegangan.
  5. Guru merupakan nara sumber, bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru.
  6. Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka juga dan mereka berbagi tangung jawab dalam mengaturnya.
  7. Kerja sama selalu lebih daripada kompetisi.
4. Langkah-Langkah Metode Reading Guide (Zaini dkk 2007:8)
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reading guide diantaranya :
  1. Tentukan bacaan yang akan dipelajari
  2. Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
  3. Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta didik.
  4. Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan.
  5. Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada peserta didik.
  6. Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Reading Guide (Zulaikhoh 2010:27-28)
Pada penerapan metode pembelajaran Reading Guide terdapat kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dan kekurangan dalam penerapan metode pembelajaran Reading Guide diantaranya adalah :

a. Kelebihan Metode Pembelajaran Reading Guide:
  1. Peserta didik lebih berperan aktif dalam menjawab dan berani mengajukan pertanyaan pada guru.
  2. Materi dapat lebih cepat diselesaikan dalam kelas.
  3. Memotivasi peserta didik untuk senang membaca.
  4. Membangkitkan minat baca peserta didik.
  5. Mempermudah guru dalam mengelola kelas.
  6. Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
b. Kekurangan Metode Pembelajaran Reading Guide:
  1. Peserta didik yang tidak berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru akan semakin tertinggal dalam pencapaian KKM.
  2. Guru harus menyiapkan lembar bacaan dan lembar pertanyaan dalam jumlah sesuai dengan jumlah peserta didik sehingga dibutuhkan persiapan yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
  • Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
  • Ahmad, Listiyanto. 2010. Spead Reading, Teknik dan Metode Membaca Cepat. Yogyakarta: A+ Plus Book.
  • Ainin, Moh. 2013. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: CV Bintang Sejahtera.
  • Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  • Echols, M John dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris-Indonesia (An English-Indonesion Dictionary). Jakarta: Gramedia.
  • Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
  • Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Kinara Jombang.
  • Haryadi. 2006. Retorika Membaca:Model Membaca dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
  • Hermawan, Acep. 2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
  • Iskandarwassid, dan Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Mujib, dan Rahmawati. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab 2. Jogjakarta: Diva Press.
  • Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press.
  • Ridwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
  • Rahim, Haryadi. 2008. Retorika Membaca: Model Membaca dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
  • Siregar, Sofyan. 2010. Statistika Deskripif untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.
  • SM, Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Rasail Media Group.
  • Sudijono, A. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
  • Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • _______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • _______. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
  • _______. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
  • Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS.
  • Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
  • Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.

Pengertian Dan Jenis-Jenis Kosa Kata Menurut Para Ahli

Pengertian Kosa Kata
Istilah kosakata sering kita dengar, namun kita perhatikan masih banyak para ahli yang masih berbeda dalam menafsirkan maknanya. Untuk itu, diperlukan lebih banyak lagi pendapat untuk mendapatkan kesimpulan mengenai pengertian kosakata. Soedjito dalam Tarigan (1994:447) memaparkan bahwa kosakata merupakan: (1) semua kata yang terdapat dalam satu bahasa; (2) kekayaan kata yang dimiliki oleh seorang pembicara; (3) kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan; dan (4) daftar kata yang disusun seperti kamus disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

Untuk lebih memahami pengertian kosakata, maka penulis mengutip salah satu tulisan Kridalaksana dalam Tarigan ( 1994:446 ) yang menyatakan bahwa kosakata adalah (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa; (2) kekayaan kata yang dimilik seorang pembicara, penulis atau suatu bahasa; dan (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis.

Dengan paparan ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kosakata adalah keseluruhan kata yang dimiliki suatu bahasa yang dimiliki seseorang ataupun juga dimiliki seseorang pembicara. Kosakata ini memiliki peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa, sebab penguasaan kosakata sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbahasa. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, semakin terampil pula seorang dalam berbahasa. Dangan penguasaan kosakata ini memungkinkan seseorang lebih terampil dalam menulis, seperti menulis narasi. Menulis ini membutuhkan kosakata yang banyak untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada pembacanya.

Jenis-jenis Kosakata
Kosakata merupakan pembendaharaan kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Kualitas keterampilan berbahasa seseorang sangat bergantung pada kuantitas serta kualitas kemampuan kosakata yang dimilikinya. Semakin kaya atau semakin baguskemampuan penguasaan kosakatanya maka semakin terampil pula dalam berbahasanya.

Menurut Tarigan, Dj. (1994) jenis kosakata dapat dikategorikan sebagai berikut ini
  • Kosakata dasar
  • Kosakata aktif dan kosakata pasif
  • Bentukan kosakata baru
  • Kosakata umum dan khusus
  • Makna denotasi dan konotasi
  • Kata tugas
  • Kata benda (nomina)
DAFATAR PUSTAKA
  • Depdikbud, (2006). GBPP Anak Tunagrahita Tingkat SDLB: Jakarta
  • ………….., (1998). Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
  • ………….., (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka
  • Http: // elearning Kamis 28 Juli 2011
  • Hisyam zaini dkk, Strategi Pembelajaran Aktif
  • Keraf,Gorys. (1991). Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Widiasatya
  • Lexy Moleong, (1988), Metode Penelitian Kualitatif, PT remaja Rosda Bandung
  • Melvin L. Silberman, Sepuluh Peran untuk Seni Peran Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif
  • Moh.Amin, (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Depdikbud 
  • Rochiati Wiriatmaja, (2006). Metode Penelitian Tindakan Kelas, PT Remaja Rosdakarya, Bandung
  • Tarigan, H.G. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung:
  • Zahara Idris dan Lisma Jamal, (1992). Pengantar Pendidikan, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta

Pengertian Dan Tujuan Triangulasi Menurut Para Ahli

Pengertian Triangulasi
Ide tentang triangulasi bersumber dari ide tentang multiple operationism yang mengesankan bahwa kesahihan temuan-temuan dan tingkat konfidensinya akan dipertinggi oleh pemakaian lebih dari satu pendekatan untuk pengumpulan data.

Seperti halnya dengan penelitian-penelitian yang lain, pencampuran metode penelitian ini tidak tanpa kontroversi, di sana terdapat banyak keprihatinan yang terlihat tentang waktu dan kepentingan kebutuhan untuk mengkombinasikan enelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu penyelidikan.

Selain itu juga pada kalangan penelitian kualitatif, karena menggunakan terminologi dan cara yang mirip dengan model paradigma positivistik (kuantitatif), seperti pengukuran dan validitas, triangulasi mengundang kualitatif sendiri.

Alasannya, selain mirip dengan cara dan metode penelitian kuantitatif, metode yang berbeda-beda memang dapat dipakai untuk mengukur aspek-aspek yang berbeda, etapi juga akan menghasilkan data yang berbeda-beda pula. 

Kendati terjadi perdebatan sengit, tetapi seiring dengan perjalanan waktu, metode triangulasi semakin lazim dipakai dalam penelitian kualitatif karena terbukti mampu mengurangi bias dan meningkatkan kredibilitas penelitian.

Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data, peneliti atau metode lainnya. Istilah triangulasi yang dikemukakan oleh Denzin dikenal sebagai penggabungan antara metode kualitatif dan metode kuantitatif yang digunakan secara bersama-sama dalam suatu penelitian.

Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu :
1. Pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif.

Hal ini didasarkan karena, masing-masing metode memiliki kelemahan dan kelebihan tertentu, dan memiliki pendapat dan anggapan yang berbeda dalam memandang dan menanggapi suatu permasalahan. Suatu masalah jika dilihat dengan menggunakan suatu metode akan berbeda jika dilihat dengan menggunakan metode yang lain. Oleh karena itu akan sangat bermanfaat apabila kedua sudut pandang yang berbeda tersebut digunakan secara bersama-sama dalam menanggapi suatu permasalahan sehingga diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dan sempurna.

Pada level pendekatan penelitian, penggabungan metode kuantitaif dan kualitatif dalam sebuah kegiatan penelitian ditujukan untuk menemukan sesuatu yang lebih utuh dari objek penelitian.

2. Pada level pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan dan analisis data membutuhkan sebuah prosedur untuk menguji hasil analisis data. Dalam penelitian dengan mengunakan metode triangulasi, peneliti dapat menekankan pada metode kualitaitif, metode kuantitaif atau dapat juga dengan menekankan pada kedua metode.

Apabila peneliti menekankan pada metode kualitatif, maka metode kuantitatif dapat digunakan sebagai fasilitator dalam membantu melancarkan kegiatan peneliatian, dan sebaliknya jika menekankan metode kuantitatif. Namun. apabila peneliti memberi tekanan yang sama terhadap kedua metode penelitian (kuantitatifkualitatif) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus dilakukan yakni :
  • Dapat digunakan bersama untuk meneliti pada obyek yang sama, tetapi tujuan yang berbeda. Metode kualitatif digunakan untuk menemukan hipotesis, sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menguji hiptesis.
  • Digunakan secara bergantian. Pada tahap pertama menggunakan metode kualitaif, sehingga ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut diuji dengan metode kuantitatif.
  • Metode penelitian tidak dapat di gabungkan karena paradigmanya berbeda. Tetapi dalam penelitian kuantitatif dapat menggabungkan penggunaan teknik pengumpulan data (bukan metodenya), sepertinya penggunaan triangulasi dalam kualitatif. Dalam penel itian kuantitatif misalnya, teknik pengumpulan data yang utama menggunakan kuesioner, data yang diperoleh adalah data kuantitatif. Selanjutnya, untuk memperkuat dan mengecek validitas data hasil kuesioner tersebut, maka dapat dilengkapi dengan observasi atau wawancara kepada responden yang telah memberikan angket tersebut, atau orang lain yang memahami terhadap masalah yang diteliti. 
  • Memahami masing-masing metode dan pentingnya metode tersebut dalam suatu penelitian yang akan dilakukan;
  • Memahami permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilakukan sehingga penggunaan metode kualitatif dan metode kuantitatif ini disesuaikan dengan masalah dan tujuan dari penelitian yang ingin dicapai;
  • Kedua metode yang digunakan juga dapat dilakukan dengan mempertimbangkan prioritas kepentingan, dimana kedua metode dapat digunakan dalam desain secara bersama-sama namun pada laporan penelitian hanya diperhitungkan salah satunya saja; 
  • Kedua metode juga digunakan berdasarkan pertimbangan keterampilan peneliti, yang terlibat dalam satu kegiatan penelitian secara simultan apabila ada hubungan dengan masalah dan tujuan penelitian.
Tujuan dalam menggunakan metode triangulasi
Tujuan menggunakan metode triangulasi, pertama adalah menggabungkan dua metode dalam satu penelitian untuk mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu penelitian. Triangulasi lebih banyak menggunakan metode alam level mikro, seperti bagaimana menggunakan beberapa metode pengumpulan data dan analisis data sekaligus dalam sebuah penelitian, termasuk menggunakan informan sebagai alat uji keabsahan dan analisis hasil penelitian. Asumsinya abahwa informasi yang diperoleh peneliti melaui pengamatan akan lebih akurat apabila juga digunakan interview atau menggunakan bahan dokumentasi untuk mengoreksi keabsahan informasi yang telah diperoleh dengan kedua metode tersebut.

Kedua, tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subyektif. 

Teknik ini adalah sebagai upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan, dengan kata lain bahwa pihak peneliti dapat melakukan ‘check and rechek’ temuan-temuannya dengan cara membandingkan,

Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dalam peneltian tersebut lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja. Selain itu juga diperhitungkan waktu, tenaga dan dana yang dihabiskan dalam penelitian, apakah akan menghasilkan atau memperoleh hasil yang memuaskan. Hal ini di dasarkan adanya kekuatan dan kelemahan pada strategi pengumpulan data secara tunggal, sehingga dengan menggunakan dua pendekatan metode ini diharapkan bisa mendapatkan akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan. Hal ini di dasarkan atas pernyataan Denzin yang dikutip oleh Patton, ia menyebutkan logika triagulasi ini berdasar bahwa: tidak ada metode tunggal yang secara keseluruhan bisa mencukupi dan memecahkan masalah, karena setiap metode menyatakan aspek yang berbeda atasrealita empiris, metode ganda atas pengamatan haruslah dipakai. Hal inilah yang disebut dengan triangulasi. Saya sekarang menawarkan sebagai aturan prinsip metodologis final bahwa metode ganda haruslah digunakan pada setiap penyelidikan.

Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektivitas proses dan hasil yang diinginkan. Proses triangulasi tersebut dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

Teknik pengecekan keabsahan data.
Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi, S. Nasution mengungkapkan bahwa data atau informasi dari satu pihak harus dichek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda.

Sedangkan menurut Lexy Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang mencolok dalam mendefenisikan triangulasi sebagai teknik pengecekan keabsahan data. Oleh karena itu, Triangulasi sebagai salah satu tehnik pemeriksaan data secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain.

Denzin yang di kutip oleh Patton telah menyebutkan empat tipe dasar triangulasi:
  • Triangulasi data, adalah penggunaan beragam sumber data dalam suatu kajian;
  • Triangulasi investigator, adalah penggunaan beberapa evaluator atau ilmuwan social yang berbeda;
  • Triangulasi teori, adalah penggunaan sudut pandang ganda dalam menafsirkan seperangkat tunggal data; 
  • Triangulasi metodologis, penggunaan metode ganda untuk mengkaji masalah atau program tunggal, seperti wawancara, pengamatan dan dokumen.
Dari empat teknik dasar triangulasi di atas dan tidak jauh berbeda, beberapa tokoh mengembangkan penjelasannya, diantaranya adalah Lexy Moleong, dia menjelaskan bahwa teknik tersebut adalah:

1. Teknik triangulasi dengan sumber yang berarti membandingkan dan pengecekan balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui aktu dan alat yang berbeda melalui:
  • Perbandingan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
  • Perbandingan apa yang dikatakan seseorang di depan umum dengan apa yang diucapkan secara pribadi. 
  • Perbandingan apa yang dikatakan tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu.
  • Perbandingan keadaan dan perspektif seseorang berpendapat sebagai rakyat biasa, dengan yang berpendidikan dan pejabat pemerintah. 
  • Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Hasil dari perbandingan yang diharapkan adalah berupa kesamaan atau alasan-alasan terjadinya perbedaan.
 Selanjutnya, Burhan Bungin menambahkan bahwa triangulasi sumber data juga memberi kesempatan untuk dilakukannya hal-hal sebagai berikut: (1) penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden, (2) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (3) menyediakan tambahan informasi secara sukarela, (4) memasukkan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk megikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data, (5) menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

2. Teknik triangulasi penyidik, dengan memanfaatkan penelitian atau pengamat lainnya untuk pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Cara lain adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang analisis dengan yang lainnya, dan pemanfaatan teknik untuk mengurangi pelencengan dalam pengumpulan suatu data hasil penelitian.

3. Teknik triangulasi teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih, dan dapat dilaksanakan dengan penjelasan banding (rival explanation).

4. Teknik triangulasi dengan metode, yaitu terdapat dua strategi, yaitu:
  • Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian melalui beberapa teknik pengumpulan data,
  • Pengecekan derajat kepercayaan beberapa data dengan sumber yang sama.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya satu cara pandang. Dari beberapa cara pandang tersebut akan bisa dipertimbangkan beragam fenomena yang muncul, dan selanjutnya dapat ditarik kesimpulan yang lebih mantap dan lebih bisa diterima kebenarannya.

Hasil pengumpulan data yang diperoleh seorang peneliti juga diperiksa oleh kelompok peneliti lain untuk mendapatkan pengertian yang tepat atau menemukan kekurangan-kekurangan yang mungkin ada untuk diperbaiki. 

Selanjutnya, penulis ingin menyatakan bahwa triangulasi bisa dianggap penting dalam penelitian, kendati pasti menambah waktu dan biaya serta tenaga. Tetapi harus diakui bahwa triangulasi dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Bagaimana pun, pemahaman yang mendalam (deep understanding) atas fenomena yang diteliti merupakan nilai yang harus diperjuangkan oleh setiap peneliti.

Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka jalan penting lainnya adalah dengan meningkatkan ketekunan dalam pengamatan dilapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan pancaindra, namun juga menggunakan semua pancaindra termasuk adalah pendengaran, perasaan dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan dilapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula.

Berdasarkan keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Triangulasi adalah istilah yang diperkenalkan oleh N.K.Denzin dengan meminjam peristilahan dari dunia navigasi dan militer, yang merujuk pada penggabungan berbagai metode dalam suatu kajian tentang satu gejala tertentu.

2. Metode penelitian dengan tehnik triangulasi digunakan dengan adanya dua asumsi. Yaitu, pertama, pada level pendekatan, tehnik triangulasi digunakan karena adanya keinginan melakukan penelitian dengan menggunakan dua metode sekaligus yakni, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Asumsi kedua yang mendasari penggunaan tehnik triangulasi yakni, pada level pengumpulan dan analisis data.

3. Tujuan menggunakan metode triangulasi, adalah untuk mendapatkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan menggunakan satu metode saja dalam suatu penelitian. Kelebihannya adalah bisa mendapatkan akurasi data dan kebenaran hasil yang di inginkan, dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks di mana fenomena itu muncul. Kekuranganya, adalah perlu adanya tambahan waktu, biaya serta tnaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaanya.

4. Sebagai teknik pengecekan keabsahan data triangulasi secara sederhana dapat disimpulkan sebagai upaya untuk mengecek data dalam suatu penelitian, dimana peneliti tidak hanya menggunakan satu sumber data, satu metode pengumpulan data atau hanya menggunakan pemahaman pribadi peneliti saja tanpa melakukan pengecekan kembali dengan penelitian lain.

5. Empat tipe dasar triangulasi, antara lain:
  1. triangulasi data;
  2. triangulasi investigator; 
  3. triangulasi teori; 
  4. triangulasi metodologis.

DAFTAR PUSTAKA
  • Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010. 
  • Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006. 
  • Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. 
  • Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. 
  • Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010. 
  • Charmaz, Kathy., 2006, Constructing Grounded Theory, London: Sage Publications. 
  • Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California. 
  • Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 
  • Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang) 
  • Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. 
  • Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991. 
  • Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian 
  • Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif. html (Jum’at , 15 Oktober 2010). 
  • Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. 
  • S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992. 
  • Saldana, Johnny., 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: Sage Publications. 
  • Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 
  • Strauss, Anselm L., 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambrigde University Press 
  • Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009. 
  • Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Pengertian Analisis Data Kualitatif Menurut Para Ahli

Pengertian Analisis Data Kualitatif
Berikut ini beberapa orang ahli yang merumuskan Pengertian analisis data dalam penelitian kualitatif.
  1. Bogdan, Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
  2. Susan Stainback, Analisis data adalah hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti mengkaji dan memahami hubungan-hubungan dan konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi.
  3. Spradley, Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. 
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta membuat kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah data dalam satuan yang dapat dikelola.

Disamping itu mensintesiskan data, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari untuk memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.

Melalui serangkaian aktivitas tersebut data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya.

Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. 

Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika.

Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian.

Hal ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut.

Miles dan Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian memo.

Lembar rangkuman kontak merupakan lembar yang berisi serangkaian pemfokusan atau rangkuman pertanyaan tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti menelaah catatan-catatan lapangan dan menjawab setiap pertanyaan secara singkat untuk mengembangkan rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam kontak.

Pertanyaan itu dapat dirumuskan :
  • Orang, peristiwa atau situasi apa yang akan diungkap?
  • Tema dan isu apa dalam kontak?
  • Tempat mana yang paling energi pada kontak
berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak? Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih spesifik dan tidak begitu open-ended, dengan disertai kode-kode.

Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen yang terkumpul, sehingga dapat menyulitkan peneliti dalam menangkap makna yang esensial dan menata kembali, serta merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis. Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kodedan pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri dan tepi kanan pada catatan lapangan.

Coding: Sebuah Proses Penting dalam 
Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif. data coding atau pengodean data memegang peranan penting dalam proses analisis data dan menentukan kualitas abstraksi data hasil penelitian. Setiap peneliti yang berkeinginan untuk menjadi mahir dalam melakukan analisis kualitatif harus belajar untuk mengodekan data dengan baik dan mudah.

Sayangnya, dalam berbagai literatur mengenai penelitian kualitatif di Indonesia, tidak banyak orang yang membicarakan tata cara atau tehnik-tehnik dalam melakukan pengodean meskipun pengodean merupakan suatu tugas yang penting dan krusial dalam proses analisis. Sebelum beberapa pengetahuan mengenai tata cara melakukan pengodean di awali dengan penjelasan mengenai apa itu kode dalam penelitian kualitatif.

Apa itu kode?
Kode dalam penelitian kualitatif merupakan kata atau frasa pendek yang secara simbolis bersifat meringkas, menonjolkan pesan, menangkap esensi dari suatu porsi data, baik itu data berbasiskan bahasa atau data visual. Dengan bahasa yang lebih sederhana, kode adalah kata atau frasa pendek yang memuat esensi dari suatu segmen data.

Apa itu pengodean?
Andaikan anda sebagai seorang peneliti, sedang berhadapan dengan sebuah segmen data wawancara yang berbunyi demikian,“Setiap hari saya selalu sempatkan diri untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku-buku dan jurnal-jurnal yang relevan dengan topik penelitian saya. Setelah itu saya dapatkan, saya pun membuat jadwal untuk membaca, dan kemudian mencatat apa yang saya pahami dari buku/jurnal tersebut dalam sebuah catatan khusus“  Setelah anda membaca segmen data ini, pikirkanlah sebuah kata atau frasa singkat yang meringkas atau memuat esensi atau pesan dari segmen data itu. Anda dapat menggunakan frasa mendalami topik penelitian, atau pendalaman topik untuk mewakilkan esensi dari segmen data tersebut. Pengodean adalah aktifitas memberi kode terhadap segmen-segmen data.

Apa yang dikodekan?
Jawabannya bermacam-macam. Ketika peneliti melakukan analisis, yang dikodekan adalah makna pernyataan, perilaku, peristiwa, perasaan, tindakan dari informan, dan lain-lain tergantung apa yang terkandung dalam segmen data yang dihadapi. Ada sejumlah pertanyaan yang dapat peneliti ajukan ketika ia berhadapan dengan segmen-segmen data yang sekiranya dapat membantu untuk melakukan pengodean sebagai berikut:
  1. Apa yang sedang terjadi disini?
  2. Apa asumsi-asumsi yang berada di balik peristiwa ini?
  3. Apa yang ingin disampaikan oleh informan lewat pernyataan ini?
  4. Apa maksud informan ini melakukan hal ini?
  5. Apa makna dari peristiwa ini?
  6. Perasaan apa yang tercermin lewat pernyataan informan ini?
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanyalah sebagian kecil pertanyaan yang dapat membantu peneliti dalam melakukan pengodean terhadap pernyataan, perilaku, perasaan, tindakan dari informan yang dijumpainya dalam segmen-segmen data.

Desplay Data
Analisa data setelah pengumpulan data, pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya peneliti kualitatif banyak menyususn teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara sistimatik kepada pembaca. Penelitian kualitatif memfokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial di mana seseorang berfungsi seperti contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen, masyarakat lokal dan sebagainya.

Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Walaupun tidak baku, artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut:

1. Analisis Domain (Domain analysis).
Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat permukaan tentang berbagai ranah konseptual.

Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. Terdapat 3 elemen dasar domain yaitu : Cover term, Included term dan Semantic relationship dan ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu:
  • Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan semantik yang tersedia;
  • Menyiapkan lembar analisis domain;
  • Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk memulainya;
  • Mencari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan;
  • Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis;
  • Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan).
2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).
Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic relationship. Jadi taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted).

Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu:
  1. Memilih salah satu domain untuk dianalisis;
  2. Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan untuk domain itu;
  3. Mencari tambahan istilah bagian;
  4. Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis;
  5. Membentuk taksonomi sementara;
  6. Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan; 
  7. Membangun taksonomi secara lengkap.
3. Analisis Komponensial (Componential Analysis).
Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan. 

Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu:
  1. Memilih domain yang akan dianalisis;
  2. Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan;
  3. Menyiapkan lembar paradigm;
  4. Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai;
  5. Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu;
  6. Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada;
  7. Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data;
  8. Menyiapkan paradigma lengkap.
4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes).
Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain.

Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan.

Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah:
  • membaca secara cermat keseluruhan catatan penting,
  • memberikan kode pada topik-topik penting,
  • menyusun tipologi,
  • membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian.
Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian. 

Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu:
  • Melebur diri;
  • Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; 
  • Menemukan perspektif yang lebih luas melelui pencarian domain dalam pemandangan budaya; 
  • Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis;
  • Mengidentifikasi domain terorganisir; 
  • Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain;
  • Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, memperoleh dan menjaga status dan memecahkan masalah. Sesuai dengan topik penelitian maka yang dipilih adalah memecahkan masalah.

5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research)
Dalam pendekatan teori grounded ini, peneliti mengkosentrasikan dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat/ ciri dari data yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih umum. Di saat telah memadainya rekaman cadangan deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan hubungan di antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain. Tiga aspek kegiatan yang penting untuk dilakukan, yaitu:
  • Menulis catatan atau note writing.
  • Mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or identification of concepts.
  • Mengembangkan batasan konsep dan teori atau development of concept definition and the elaboration of theory.
Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:
  1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
  2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya,
  3. Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola,hubungan-hubungan dan temuan-temuan umum. (Seiddel, 1998).
Pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara dan diskusi kelompok terfokus terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum.

Tahapan-tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut:
  1. Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka;
  2. Membaca, mendengar, dan melihat;
  3. Transkrip wawancara dari perekam;
  4. Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi;
  5. Anonim dari data yang sensitif;
  6. Koding;
  7. Identifikasi tema;
  8. Pengkodingan ulang;
  9. Pengembangan kategori;
  10. Eksplorasi hubungan antara kategori;
  11. Pengulangan tema dan kategori;
  12. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya;
  13. Pengujian data dengan teori lain; dan
  14. Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat (seperti kutipan dari wawancara).
Proses Analisis Data Kualitatif
Mulai kapankah proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai atau dilaksanakan? Sebenarnya jika di pahami, analisis data dalam penelitian ini sudah dimulai sejak sebelum memasuki lapangan penelitian, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengum-pulan data daripada setelah selesai pengumpulan data. 

Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif?

1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.

Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mencari pohon mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa di dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengajukan usulan penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut lengkap dengan karakteristiknya.

Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada pohon mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi dalam penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara, dan akan berkembang setelah di lapangan. Oleh karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung selama proses penelitian.

2. Analisis Selama dan Setelah di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan kesimpulan atau verifikasi.

1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya. 

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2. Display Data (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik, pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.  

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak.

Mengapa bisa demikian? Karena seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

Kesimpulan ini dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

Analisis Data Kualitatif
Analisis data kualitatif mempunyai dua model yaitu penelitian kualitatif Etnographic (Model Spradley), dan penelitian kualitatif Grounded (Model Miles dan Huberman). Masing- masing tekniknya seperti di bawah ini:

1. Etnographic (Model Spradley)
  • Analisis Domain (Domain Analysis). Merupakan proses untuk menemukan bagian-bagian, unsur-unsur, atau domain pengelompokan makna budaya yang terkandung dalam kategori yang lebih kecil.
  • Analisis Taksonomi (Taxonomic Analysis). Menyoroti pusat perhatian dengan satu langkah lebih dalam untuk mengungkap hubungan antara unsur-unsur dari setiap domain.
  • Analisis Komponensial (Componential Analysis). Mencari kontras, memilah-milah, mengelompokkan, dan memasukkan semua informasi yang diperoleh ke dalam peta informasi.
  • Analisis Tema Kultura. Kegiatan menganalisis data yang dimulai dari analisis domain, taksonomi dan komponensial untuk memperoleh pemahaman lebih lauas terhadap domain yang dipilih dalam situasisosial yang diteliti.
2. Grounded (Model Miles dan Huberman)
  • Reduksi Data (Reduction). Merangkum, memilih hal yang pokok, fokus pada hal penting, dicari tema dan polanya. Dalam reduksi ini memungkinkan peneliti untuk membuang dan memasukkan data yang dianggap perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data berikutnya.
  • Penyajian Data (Display). Menyajikan data atau narasi data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, dapat dilakukan dengan membentuk tabel, grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan terorganisir dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
  • Verifikasi dan Simpulan (Verification and Conclussion). Dalam tahap pengumpulan data sebelumnya, peneliti sudah membuat simpulan-simpulan sementara. Pada tahap verifikasi ini, peneliti mengecek hasil simpulan-simpulan tersebut untuk dijadikan sebuah kesimpulan pasti dari hasil penelitiannya.
3. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu: 
  • Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan
  • Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
  • Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
  • Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
  • Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
  • Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.
4. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
  • Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
  • Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
  • Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama.
  • Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
  • Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden)  dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
  • Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
  • Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.
5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
  • Mengorganisir informasi.
  • Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
  • Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
  • Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
  • Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
  • Menyajikan secara naratif.

DAFTAR PUSTAKA
  • Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010. 
  • Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006. 
  • Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. 
  • Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. 
  • Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010. 
  • Charmaz, Kathy., 2006, Constructing Grounded Theory, London: Sage Publications. 
  • Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California. 
  • Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 
  • Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang) 
  • Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. 
  • Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991. 
  • Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian 
  • Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif. html (Jum’at , 15 Oktober 2010). 
  • Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. 
  • S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992. 
  • Saldana, Johnny., 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: Sage Publications. 
  • Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 
  • Strauss, Anselm L., 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambrigde University Press 
  • Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009. 
  • Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Pengertian Design Penelitian Menurut Para Ahli

Pengertian Design Penelitian
Desain penelitian adalah rencana tentang cara melakukan penelitian itu, sehingga desain penelitian sangat erat hubungannya dengan proses penelitian. 
(Nazir, 2005), desiagn penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaign penelitian hanya mengenai pengumpulan dan analisis data saja, tetapi dalam arati yang luas, desaign penelitian mencakup proses-prose berikut:
  1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian
  2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya.
  3. Memformasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dan tujuan, luas jangkau, dan hipotetsis untuk diuji.
  4. Membangun penyelidikan atau percobaan
  5. Memeilih serta memeberikan devinisi terhadap pengukuran variable-variable
  6. Memilh prosedur dan teknik sampling yang digunakan
  7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.
Tahapan Dalam Mendesign Penelitian Kualitatif
Beberapa tahapan dalam membuat rancangan (design) penelitian kualitatif sebagai suatu patokan, walaupun belum ada patokan yang standar dibanding dengan penelitian kauntitatif yang sudah memilki tahapan yang baku dan berlaku umum. Penelitian kualitatif cenderung lebih sulit dibuat dibuat tahapan baku karena terkait dengan karakteristik dari penelitian kualitatif, yaitu flaksibel sehingga jalannya penelitian dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Menurut para pakar penelitian kualitatif, tahapan yang dimaksud dapat dijabarkan sebagai beikut:

1. Mengangkat Permasalahan Penelitian
Masalah penelitian kualitatif merupakan masalah atau isu yang menentukan pada keharusan dilaksankannya penelitian tersebut. Masalah ini bisa muncul dari berbagai sumber ang seingkali bias dari pengalaman yang pernah dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau bersumber pada tempat kerjanya.

Pada dasarnya sumber-sumber masalah penelitian itu sangat beragam. Salah satu contohnya adalah untuk mengidentifikasi kehamilan seorang mahasiswa, peneliti masih terlebih dahulu memunculkan masalah yang terkait dengan kehidupan mahasiswa dan sosial secara umum.

Dalam mengangkat sebuah masalah penelitian hendaknya memiliki adanya keunikan , khas, dan daya tarik tersendiri dan masalah tersebut layak untuk diangkat menjadi sebuah penelitian kualitatif.

Masalah dalam penelitian kualitatif terjadi tiga kemungkinan :
  • Masalah yang dibawa peneliti tidak tetap sejak awal hingga akhir sebuah penelitian, sehingga judul proposal dan hasil sebuah penelitian tidak sama. 
  • Masalah yang dibawa peneliti ketempat lokasi penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah di persiapkan. Dengan demikian proposal dan judul penelitian cukup disempurnakan.
  • Masalah yang dibawa peneliti ke lokasi penelitian berubah secara total, sehingga harus diganti masalahnya.
Dari ketiga kemungkinan yang terjadi dalam diatas, peneliti kualitatif yang merubah atau ganti judul penelitiannya setelah memasuki lokasi penelitiannya atau setelah selesai merupakan penelitian yang lebih baik, karena dia dipandang mampu melepaskan apa yang telah dipikirkan sebelumnya dan mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi social yang di teliti. Masalah adalah suatu keadaan yang bersumber dari dua factor atau lebih yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.

Factor yang berhubungan tersebut dalam hal ini mungkin berupa konsep, data empiris, pengalaman, atau unsure lainnya. Apabila kedua factor ini diletakkan secara berpasangan akan menghasilkan sejumlah tanda tanya, kesukaran yaitu sesuatu yang tidak dipahami atau tidak dapat dijelaskan pada waktu itu.

2. Menentukan Topic Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, menentukan topic penelitian tak terlepas dari kajian empiris yang berangkat dari permasalahan dalam lingkup perisitwa yang terus berlangsung dan bisa diamati saat berlangsungnya penelitian dan ketetapan suatu topic dapat dielaborasi dalam bentuk judul penelitian. Misalnya :
  • Topic perencanaan dan kebijkan pendidikan Pengembangan model perencanaan setrategis dalam menetapkan factor utama keberhasilan pendidikan 
  • Topic pembiayaan/ekonomi pendidikan Mengembangkan model pembiayaan madrasah secara nasional dalam upaya peningkatan kualiatas pendidikan.
  • Topik manajemen Mengembangkan model madrasah berbasis kemasyarakatan 
  • Topik kepemimpinan Model pendekatan inquiry dalam pengembangan nilai-nilai kepemimpinan kepala madrasah.
3. Menentukan Focus Inquiri
Dalam penelitian kualitatif pembatasan masalah disebut focus masalah, seperti contoh, topic yang dipilih misalnya adalah kepimimpinan. Oleh karena itu kajilah dengan mendalam tentang paradigma kepemimpinan yang berkembang dan isu-isu kepemimpinan yang sangat hangat diperbincangkan orang. Pardigma desentralisasi dengan penerapan MPS/MBM (menejemn berbasis sekolah/madrasah) pada sekolah atau madrasah yang menginginkan perilaku kepemimpinan yang mandiri yang mampu menetukan masa depan sekolah/madrasah, peneliti bisa focus pada visioner kepala sekolah atau madrasah sebagai focus inquiry, atau yang dijadikan focus adalah visi kepemimpinan visioner itu sendiri, peneliti dapat memfokuskan pada penciptaan visi kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah. Dalam penelitian kualitatif, penetuan focus lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh dari situasi social (lokasi penelitian).

4. Bentuk Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam sebuah penelitian kualitatif adalah rumusan masalah yang bersifat sementara dan dapat berubah setelah peneliti masuk atau berada dilokasi penelitian. Pertanyaan penelitian kualitaif dirumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain.

5. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah 
Prinsip-prinsip perumusan maslah penelitian kualitatif pada dasarnya dari hasil pengkajian dari rumusan masalah, karenanya perlu dikemukakan bahwa prinsip-prinsip perumusan masalah dilakukan untuk menjadi pegangan para peneliti kualitatif dalam rangka merumuskan masalah.

Pengajuan prinsip-prinsip perumusan masalah penelitian kualitatitf pada dasarnya diuraikan secara berurutan sebagai berikut :

a. Prinsip yang berkaitan dengan teori dari dasar
Peneliti sebaiknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam sebuah penelitian kualitatif didasarkan atas upaya menentukan teori dasar-dasar sebagai acuan. Perumusan masalah penelitian kualitatif disini hanyalah sebagai ancang-ancang arahan, pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya, karena masalah yang sesungguhnya akan ditemukan ketika peneliti kualitatif sudah berada dan mulai melakukan penelitian, bahkan peneliti kualitatif sedang meneliti sebuah data.

Perumusan masalah disini adalah sebuah aplikasi dari asumsi bahwa sesuatu penelitian kualitatif tidak mungkin dimulai dari sesuatu yang hampa.

b. Perumusan yang berkaitan dengan tujuan
Pada dasarnya inti hakikat penelitian kualitatif terletak pada upaya penemuan dan penyusunan teori subtantif yang bersumber pada data. Selain dari hanya sekedar penemuan teori yang baru itu lebih dari hanya sekedar menguji teori yang sedang berlaku dengan menyadari bahwa segala macam kekurangan yang dilakukan peneliti, tetapi juga hasil sebuah penelitian tersebut dapat menjadi kahzanah keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pengetahuan.

c. Prinsip hubungan factor
Fokus sebagai sumber masalah penelitian merupakan rumusan masalah yang terdiri atas dua atau lebih factor yang menghasilkan tanda-tanda tanya atau kebingungan dan factor-faktor tersebut dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena.

d. Focus sebagai wahana untuk membatasi study
Seorang peneliti pasti memilki satu orientasi teori penelitian atau pardigma sendiri yang barang kali dari pengetahuan sebelumnya ataupun berdasarkan pengalaman. Penelitian kualitatif bersifat terbuka, artinya tidak mengharuskan peneliti menganut satu orientasi teori atau paradigm tertentu, pilihan subjektif peneliti dihargai sekali dalam sebuah penelitian.

e. Prinsip yang berkaitan dengan criteria inklusi dan eklusi-eklusi
Perumusan masalah yang bagus dilaksnakan sebelum peneliti terjun ke lokasi penelitian dan mungkin di sempurnakan diawal sebuah penelitian dan disini peneliti akan memebatasi data yang relevan atau data yang tidak relevan. Masalah yang dirumuskan secara jelas dan tegas akan menjadi alat yang ampuh guna mendapat data yang relevan.

f. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Contoh-contoh perumusan masalah yang telah disajikan ternyata menawarkan tiaga bentuk perumusan masalah, yaitu :
  • Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dengan dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti denagn pertyaan-pertanyaan,
  • Proporsional, yakni secara langsung menghubungkan factor-faktor dalam hubungan logis dan bermakna yang disajikan dalam bentuk deskriptif atau pengungkapannya langsung dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian, 
  • Secara gabungan, yakni terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi, kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proporsional.
g. Prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah
Posisi yang dimaksudkan adalah kedudukan rumusan masalah untuk merumuskan masalah diantara unsure-unsur yang lain. Unsur-unsur penelitian yang erat kaitannya dengan rumusan masalah adalah latar belakang masalah, tujuan acuan teori, metode penelitian.

h. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Prinsip yang perlu dipegang oleh peneliti  kualitatif adalah bahwa penelitian kualitatif perlu membiasakan diri agar dalam merumuskan masalah peneliti senantiasa disertai dengan penelaahan kepustakaan yang terkait. Oleh karena pada dasarnya perumusan masalah itu tidak dapat dipisahkan dari penelaahan kepustakaan, maka begitu rumusan masalah akan lebih tajam.

i. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa 
Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian dan ketika merumuskan masalah hendaknya peneliti kualitatif mempertimbangkan ragam pembaca sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat di sesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembaca.

j. Melakukan survey pendahuluan
Tujuan melakukan survey pendahuluan adalah memastikan bahwa topic inquiry ada data lapangannya dan setelah melakukan penjajakan peneliti dapat mengenal dan melihat feasibiltas lapangan dari sisi keadaan, situasi, latar, dan konteksnya, sehingga penelitian kualitatif dapat mempersiapkan diri, mental maupun fisik serta mempersiapkan keperluan yang diinginkan.

Unsur-unsur Design Penelitian Kualitatif
Pada hakikatnya desain penelitian kualitatif ini bersifat emergent atau tidak dapat dimantapkan pada taraf permulaan dan baru mendapat bentuk yang lebih jelas sepanjang penelitian itu dijalankan, namun untuk kepentingan penulisan laporan, peneliti sebaiknya membuat suatu desain yang dapat menjadi bahan untuk dipertimbangkan keabsahannya.

Dianjurkan agar peneliti mengadakan survey pendahuluan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai masalah penelitiannya.Dalam penyusunan desain penelitian kualitatif, Bogdan dan Biklen memberikan petunjuk sebagai berikut :

a. Menentukan fokus penelitian.
Masalah yang akan diteliti yang pada awalnya masih umum dan samar-samar akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah peneliti berada dalam lapangan.Fokus penelitian masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsung penelitian itu.

b. Menentukan paradigma penelitian
Apabila peneliti ingin mengetahui bagaimana macam-macam orang memandang realitas, misalnnya mengenai dikeluarkannya peraturan baru atau apabila peneliti ingin mempelajari suatu kasus atau apabila peneliti yang mempunyai sampel kecil yang serasi adalah model penelitian kuantitatif. Menurut paradigma naturalistic, dunia realitas, peristiwa atai situasi tertentu dipandang dengan cara yang berbeda-beda oleh orang yang berbeda-beda.

Misalnya peraturan lalu lintas dipandang dengan cara yang berlainan oleh sopir oplet, pengendara sepeda motor, penumpang, pejalankaki, polisi lalu lintas atau masyarakat umumnya. Penelitian naturalistik mengutamakan pandangan menurut pendirian masing-masing orang, yang disebut perspektif emic.

c. Menentukan kesesuaian paradigma dengan teori
Penelitian naturalistik tidak a priori menentukan teori, artinya tidak dipastikan terlebih dahulu teori apa yang akan dijadikan pegangan. Namun tidak berarti bahwa penelitian naturalistik sama sekali tidak memerlukan teori. Dalam mengadakan tafsiran untuk mengetahui maknanya peneliti dengan sendirinya akan menggunakan teori yang dianggapnya dapat membantunya. Namun tidak berpegang pada satu teori dan tidak berusaha untuk menguji kebenaran teori itu. Selain itu peneliti mencari teori yang dibangunnya berdasar data yang dikumpulkannya.

d. Menentukan sumber data, lokasi para responden.
Dalam penelitian naturalistik yang dijadikan sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel dapat berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi dan sampel berupa responden yang dapat diwawancarai dipilih secara purposive (sengaja) berkaitan dengan purpose atau tujuan tertentu. 

Sering responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi dan kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain, dan seterusnya. Cara ini lazim disebut snowball sampling yang dilakukan secara serial atau berurutan.

Untuk memperoleh informasi tertentu sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf redundancy, ketuntansan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.

e. Menentukan tahap-tahap penelitian
Tahap-tahap dalam dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh sebab desain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan yang bersifat emergent. Namun demikian dapat dibedakan dalam garis besarnya tiga fase, yakni :
  1. Tahap Orientasi, pada awal penelitian, peneliti sendiri belum mengetahui dengan jelas apa yang tidak diketahuinya yaitu apa yang seharusnya dicarinya, karena belum nyata benar apa yang akan dipilihnya sebagai fokus penelitiannya walaupun ia mempunyai suatu gambaran umum. Peneliti juga telah melakukan banyak bacaan sabanyak mungkin misalnya berbagai dokumen, laporan, buku dan sebagainya dan telah melakukan semacam pra-survey mengenai lokasi tempat ia akan melakukan penelitian, sehingga ia tidak mulai dengan kepala kosong. Pada wawancara pertama sewaktu peneliti masuk lapangan mengajukan pertanyaan yang sangat umum dan terbuka agar memperoleh informasi yang luas mengenai hal-hal umum dilapangan itu. Informasi dari sejumlah responden dianalisisnya untuk menemukan hal-hal yang menonjol, menarik, penting dan berguna untuk diteliti selanjutnya secara mendalam. Itulah dipilihnya sebagai fokus penelitiannya. Fase umum ini hendaknya diberi waktu yang cukup agar pilihan fokus itu lebih beralasan dan diharapkan akan lebih mantap.
  2. Tahap eksplorasi. dalam tahap ini fokus telah lebih jelas, sehingga dapat dikumpulkan data yang lebih terarah dan lebih spesifik. Observasi dapat ditujukan kepada hal-hal yang dianggap ada hubungannya dengan fokus. Wawancara juga tidak lagi umum dan tebuka, akan tetapi sudah lebih terstruktur, untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai aspek-aspek yang menonjol dan penting yang diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi pada fase pertama. Untuk mempermudah informasi yang lebih mendalam ini diperlukan informan yang kompeten dan mempunyai pengetahuan yang cukup banyak tentang hal itu.
  3. Tahap member check, tujuan member check ini ialah agar responden men-check kebenaran laporan itu, agar hasil penelitian lebih dapat dipercaya. Misalnya member check juga dilakukan setelah tiap wawancara. Peneliti merangkum hasil pembicaraan dan meminta responden mengadakan perbaikan bila perlu dan mengkonformasi kesesuaiannya dengan informasi yang diberikannya. Ada baiknya bila laporan sementara, setelah member check juga disampaikan kepada pembimbing untuk dibicarakan.
f. Menentukan instrumen penelitian Instrumen yang utama ialah peneliti itu sendiri.
Pada awal penelitian, penelitilah alat satu-satunya. Ada kemungkinan hanya dialah merupakan alat sampai akhir penelitian. Namun setelah penelitian berlangsung selama waktu tertentu, diperoleh fokus yanglebih jelas, maka ada kemungkinan untuk mengadakan angket dan wawancara yang lebih berstruktur untuk memperoleh data uang lebih spesifik, apabila pada awalnya data terutama bersifat emic, yakni dari segi pandangan responden, data kemudian sudah dapat lebih bersifat etic jadi menurut pandangan peneliti.

Angket yang lebih berstruktur dapat pula digunakan untuk mencheck kebenaran data asal saja sudah grounded dan manusia sebagai instrumen memerlukan latihan dan pengalaman.

g. Rencana pengumpulan data dan pencatatannya.
Pencatatan informasi dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan, atau alat rekam. Apa yang dicatat sedapat mungkin harus sesuai dengan wawancara yang dilakukan. Tentu saja alat rekam dapat merekam persis apa saja yang diucapkan. Namun menggunakan perekam elektronik mempunyai sejumlah kelemahan, antara lain tidak selalu diinginkan responden, takut kalau ucapannya disalah-gunakan yang tidak dapat dibantahnya kemudian. Oleh karena itu ada peneliti yang lebih suka menggunakan buku catatan. dengan membuat catatan yang membedakan data deskriptif dan hasil tafsiran peneliti.

h. Rencana analisis data.
Analisis dilakukan sepanjang penelitian dan dilakukan terus-menerus dari awal sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis dan tafsiran untuk mengetahui apa maknanya. Analisis dilakukan untuk mengembangkan hipotesis dan teori berdasarkan data yang diperoleh.

i. Rencana logistik.
Peneliti harus memikirkan hal-hal yang diperlukan sebelum, sewaktu dan sesudah penelitian di lapangan, misalnya rencana jadwal penelitian, biaya, alat-alat laporan dan perbanyakannya, dan seterusnya.

j. Rencana mencapai tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif lazim digunakan istilah internal dan eksternal validity, realibility, dan objectivity sebagai syarat-syarat untuk menilai mutu penelitian. Disamping itu dalam penelitian kuantitatif digunakan istilah-istilah lain dengan maksud yang bersamaan. Antara lain digunakan istilah creadibility untuk internal validity, fittingness, transferability untuk eksternal validity. Audibility, dependability untuk reliability. dan confirmability untuk objectivity.

k. Merencanakan lokasi, tempat penelitian akan dilaksanakan.
Salah satu hal yang harus dipikirkan ialah bagaimana caranya agar diizinkan memasuki lapangan, karena sering harus diminta persetujuan instansi atau orang tertentu yang berkuasa atas lokasi itu dan ada kalanya izin itu sangat sukar diperoleh. Oleh karenanya berbagai siasat harus dipikirkaan agar peneliti dapat diterima.

l. Menghormati etika penelitian.
Penelitian dapat mengungkapkan hal-hal yang selama ini tertutup bagi khalayak ramai dan seterusnya ingin tetap dirahasiakan, karena dapat merugikan lembaga atau orang-orang tertentu. Maka dari itu segala sesuatu yang dapat mengungkapkan identitas orang atau lembaga itu dijadikan sumber data harus dirahasiakan antara lain dengan menggunakan nama samaran.

m. Rencana penulisan dan penyelesaian penelitian. 
Apa yang dikemukakan diatas adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dan bukan langkah-langkah yang secara berurutan harus diikuti. Metode dalam penelitian kualitatif bukanlah suatu perangkat teknik yang secara otomatis dapat diterapkan dalam menhadapi masalah penelitian tertentu. Penelitian kualitatif tidak mempunyai banyak prosedur yang dapat diikuti secara otomatis melainkan merupakan interaksi yang rumit antara dunia konseptual dan dunia empirik.

Penelitian adalah proses reflektif yang memerlukan pemikiran dalam tiap tahap perkembangannya dalam garis besarnya dapat kita lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
  • Penelitian dilakukan dengan adanya suatu masalah b. Memikirkan secara mendalam tentang masalah yang akan diteliti dengan membaca bacaan atau diskusi 
  • Menyiapkan sejumlah pertanyaan, sebagai pegangan dalam melaksanakan observasi dan wawancara
  • Setelah dipilih masalah, walaupun masih umum dicari lokasi atau kasus, sehingga perlu diusahakan menyesuaikan lokasi dengan masalah.
Validitas Design Penelitian Kualitatif
Validitas desain penelitian kualitatif menunjukkan tingkat kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interprestasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara pastisipan dengan peneliti. Oleh karena itu baik peneliti maupun partisipan memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan dan menggambarkan peristiwa terutama dalam menarik makna dari peristiwa.

1. Strategi untuk Meningkatkan Validitas
Validitas penelitian terletak pada teknik pengumpilan dan analisis data yang dapat dicapai melalui kombinasi dari sepuluh strategi peningkatan validitas, yaitu :
  • Pengumpulan data yang relatif lama, sehingga memungkinkan analisis dan melengkapi data secara berangsur agar kemungkinkan ada kesesuaian antara temuan dengan kenyataan.
  • Strategi multi metode, memungkinkan melakukan paduan beberapa teknik pengumpulandata seperti wawancara, observasi, studi dokumenter dan sumber dalam pengumpulan dan analisis data (triangulasi).
  • Bahasa partisipan kata demi kata perlu mendapatkan rumusan dan kutipan yang rinci.
  • Deskriptor inferensi yang rendah, pencatatan yang lengkap dan detail baik untuk sumber situasi maupun orang.
  • Peneliti beberapa orang, diperlukan persetujuan data deskriptip yang dikumpulkan oleh tim peneliti 
  • Pencatat data mekanik, menggunakan perekam foto, video, dan audio.
  • Partisipan sebagai peneliti, menggunakan catatan-catatan dari partisipan berbentuk diari, catatan anekdot, untuk melengkapi.
  • Pengecekan anggota, pengecekan data oleh sesama anggota selama pengumpulan dan analisis data. 
  • Review oleh partisipan, bertanya kepada partisipan untuk meriview data, melakukan sintesis semua hasil wawancara dan observasi.
  • Kasus-kasus negative, mencari, mencatat, mengganalisis melaporkan data dari kasus-kasus negatif atau yang berbeda dengan pola yang ada.
2. Subjektivitas dan Refleksivitas
Penelitian kualitatif bersifat subjektif dan reflektif. Dalam penelitian kualitatif tidak digunakan instrumen standar, tetapi peneliti berperan sebagai instrumen. Data dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil penglihatan, pendengaran, persepsi, penghayatan dati peneliti.

Penelitian kualitatif melibatkan segi-segi subjektif yang berarti peneliti bebas menafsirkan apa yang ia lihat, dengar, rasakan semau dia, dia harus jujur atau disiplin terhadap dirinya. Sedangkan objektivitas penelitian kualitatif berarti jujur, peneliti mencatatapa yang dilihat, didengar, ditangkap, dirasakan berdasarkan persepsi dan keyakinan dia, tidak dibuat-buat atau direka-reka. Penelitian kualitatif juga bersifat reflektsif yang merupakan pengkajian yang cermat dan hati-hati terhadap seluruh proses penelitian.

3. Subjektivitas Interpersonal
Dalam penelitian yang bersifat interaktif, keterampilan membina hubungan interpersonal memegang peranan penting. Keterampilan ini meliputi kemampuan menumbuhkan kepercayaan, menjaga hubungan baik, tidak menilai, menghormati norma situasi, memiliki sensitivitas terhadap isu-isu etika.

Peneliti berhubungan dengan partisipan sebagai pribadi, bukan pengisap informasi dari lingkungan. 

Dalam interaksi yang bersifat tatap muka suasana perasaan antar kedua pihak memegang peranan penting.

Data yang diperoleh tetap valid meskipun bersifat khusus dan dipengaruhi oleh kehadiran peneliti. Kemungkinan bias dapat diperkecil dengan waktu penelitian yang cukup lama, menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam.

Waktu yang panjang juga memungkinkan peneliti melengkapi data, dan membuang data yang tidak tepat. 
Reaksi penelitian, keleluasaan dalam melengkapi data dan konfirmasi yang dilakukan pada setiap tahap penelitian akan meminimalkan bias.

4. Strategi untuk Meningkatkan Refleksivitas 
Untuk dapat meningkatkan refleksivitas dalam pengumpulan data, peneliti dapat menggabungkan beberapa dari cara berikut :
  • Memilih teman yang dapat membantu mempermudah analisis dan interprestasi data.
  • Membuat catatan harian yang memuat tanggal, jam, tempat, orang dan kegiatan untuk berhubungan dengan partisipan
  • Jurnal lanpangan yaitu catatan tentang perubahan-perubahan yang dibuat selama proses pengumpulan data, alasan perubahan dan perkiraan validitas data d. Catatan tentang pertentangan etika, keputusan dan tindakan dalam jurnal lapangan
  • Teknik pengelolahan pencatatan data, pengkodean, pengelompokan
  • Melakukan kegiatan konfirmasi formal sperti survei, kelompok utama, wawancara
  • Melakukan kritik diri dengan mengajukan pertanyaan tentang peranan dan kegiatan dalam seluruh proses penelitian.
Sistematika Penelitian Kualitatif
1. Pendahuluan berisi : 
a. Latar Belakang, 
b. Identifikasi Masalah. 
c. Pembatasan Masalah, 
d. Perumusan Masalah, 
e. Tujuan Penelitian, 
f. Manfaat Penelitian

2. Kajian Teori dan Kerangka Pikir berisi : 
a. Kajian Teori, 
b. Penelitian gang Relevan, 
c. Kerangka Pikir

3. Metodologi Penelitian berisi :
a. Lokasi Penelitian,
b. Waktu Penelitian, 
c. Bentuk Penelitian, 
d. Sumber Data, 
e. Teknik Pengumpulan Data, 
f.Teknik Cuplikan/Sampling, 
g. Validitas Data, 
h.Teknik Analisis,

4. Pembahasan dan Analisis berisi : 
a. Deskripsi Data,
b.Pembahasan dan Analisis, 
c. Pokok-Pokok Temuan Penelitian, 
d. Analisis Justifikasi

5. Penutup  berisi : 
a. Simpulan, 
b. Implikasi,

c. Rekomendasi
Secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif yang terkait dengan sistematika dapat dijelaskan sebagai berikut :
  1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
  2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.
  3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantu merumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
  4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.
  5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
  6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuan memerlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta.
Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
  • Ary, Donald, Lucy Cheser Jacobs, dan Christine K. Sorensen, Introduction to Research in Education, Eight Edition, USA: Wadsworth Cengage Learning. 2010. 
  • Bodgan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen, Qualitative Research for Education: an Introduction to Theories and Methods, Fifth Edition, USA: Pearson. 2006. 
  • Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta. 
  • Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta. 
  • Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana. 2010. 
  • Charmaz, Kathy., 2006, Constructing Grounded Theory, London: Sage Publications. 
  • Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California. 
  • Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. 
  • Luthfiyah, Fitwi. 2009. Penerapan Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Madrasah Terhadap Mutu Sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sekayu. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang) 
  • Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006. 
  • Patton, Michael Quinn Metode Evaluasi Kualitatif , Terjemah: Budi Puspo Priyadi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1991. 
  • Raharjo, Mudjia, Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif, dari http://mudjiaraharjo.com/ Met. Penelitian 
  • Pendidikan/penting/270-triangulasi-dalam-penelitiankualitatif. html (Jum’at , 15 Oktober 2010). 
  • Ruslan, Rosady Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006. 
  • S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kwalitatif, Bandung: Tarsito. 1992. 
  • Saldana, Johnny., 2009, The Coding Manual for Qualitative Researchers, London: Sage Publications. 
  • Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. 
  • Strauss, Anselm L., 1987, Qualitative Analysis for Social Scientist, Cambridge: Cambrigde University Press 
  • Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kulitatif R & D, Bandung: Alfabeta. 2009. 
  • Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf,Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.