Pengertian pembelajaran Al-Qur`an
Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber
untuk belajar. Teori terdiri dari konsep bangunan (konstruk), prinsip, dan proposisi yang memberi sumbangan terhadap khasanah pengetahuan.
Sedangkan praktek merupakan penerapan pengetahuan tersebut dalam
memecahkan permasalahan. Desain adalah proses untuk menentukan kondisi
belajar. Pengembangan adalah proses penterjemahan spesifikasi desain ke
dalam bentuk fisik. Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan
sumber untuk belajar. Pengelolaan meliputi pengendalian Teknologi
Pembelajaran melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkondisian dan
supervisi. Penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran
dan belajar. Proses adalah serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan
pada suatu hasil tertentu. Sumber adalah asal yang mendukung terjadinya
belajar, termasuk sistem pelayanan, bahan belajar dan lingkungan.
Sejalan dengan institusionalisasi pengajaran Al-Qur`an (setelah proses
unifikasi bacaan Al-Qur`an), berkembang ilmu spesifik pembacaan Al-Qur`an
yang dikenal sebagai tajwid (dari kata jawwada, membuat sesuatu menjadi
lebih baik). Lebih jauh lagi, ash-Shaffat mengutip dari syarh jazariyah dan alItqan
mengungkap empat cara baca yang dianggap bid’ah.
Pertama, at-tar’id (berguruh) yakni mengguruhkan suara sebagaimana
orang kedinginan atau kesakitan. Kedua, at-tathrib (kegirangan), merupakan
lawan dari yang pertama, membaca dengan “mendendang” hingga melalaikan
yang seharusnya dibaca pendek-dipanjangkan atau sebaliknya karena
gramatika bahasa Arab tidak pernah membolehkannya. Ketiga, at-tahzin (ekspresi sedih), kurangnya menghayati sisi dalam makna Al-Qur`an.
Keempat, at-tarqish (menari-nari/banyak gerak) hendaknya membaca dengan
diam dan menghayati. Oleh karenanya benar kiranya jika Ibnu al-Jazari (w.
833/1429) menghukumi ‘wajib’ menggunakan Ilmu Tajwid dalam membaca
Al-Qur`an demi menjaga keagungan Kitab Suci selain menjadi kitab yang
ditafsirkan juga kitab yang dibaca. Dalam karyanya Matan Jazariyah
tepatnya pada bait ke-27 berbunyi :
“Menggunakan atau mengamalkan Ilmu Tajwid merupakan kewajiban
yang pasti (fardhu ‘ain), siapa saja yang tidak memperbaiki bacaan AlQur`an
ia melakukan sebuah kesalahan (dosa).”
Dalam hasanah literatur Islam, selain Tajwid, terdapat beberapa istilah
lain yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu spesifik pembacaan Al-Qur`an,
yaitu:
- Tartil, berasal dari kata rattala, “melagukan,” “menyanyikan,” yang pada
awal Islam hanya bermakna pembacaan Al-Qur`an secara melodik,
menjelaskan bahwa tartil mencakup pemahaman tentang pausa dalam
pembacaan dan artikulasi yang tepat huruf-hurf hijaiyah. Dewasa ini,
istilah tersebut tidak hanya merupakan suatu terma generik untuk pembacaan Al-Qur`an, tetapi juga merujuk kepada pembacaannya secara
cermat dan perlahan-lahan. Selain itu ada dua kategori lain metode
membaca Al-Qur`an, adalah hadr, pembacaan secara cepat, dan tadwir,
pembacaan dengan kecepatan sedang.
- Tilawah, berasal dari kata tala, “membaca secara tenang, berimbang dan
menyenangkan.” Di masa pra-Islam, kata ini digunakan untuk merujuk
pembacaan syair. Pembacaan semacam ini mencakup cara sederhana
pendengungan atau pelaguan yang disebut tarannum.
- Qira’ah, berasal dari kata qara’a, “membaca,” yang mesti dibedakan
penggunaannnya untuk merujuk keragaman bacaan Al-Qur`an. Di sini,
pembacaan Al-Qur`an mencakup hal-hal yang ada dalam istilah-istilah
lain, seperti titik nada tinggi rendah, penekanan pada pola-pola durasi
bacaan dan lain-lain.
Strategi Pembelajaran Al-Qur`an.
Dari stimulasi dan anjuran Nabi tersebut pernah menjadi perhatian dan
mendapatkan respon posistif di hati kaum Muslimin. Pada awal abad ke 8 H.
kaum Muslimin mulai mengajarkan anak-anak mereka menghafalkan AlQur`an.
Praktek semacam ini biasanya dihubungkan dengan hadis-hadis
tertentu Nabi atau dengan praktek generasi awal. Abu Abdullah Muhammad
ibn Idris asy-Syafi’I (w. 820 H.), pendiri mazhab Syafi’iyah, misalnya,
dikabarkan telah menghafal secara keseluruhan Al-Qur`an ketika berusia tujuh tahun. Bahkan terdapat penekanan yang tegas pada pentingnya
pembelajaran Al-Qur`an dalam usia belia. Dikabarkan bahwa salah satu
khalifah banu Umaiyah, Hisyam bin Abdul Malik (w. 743 H. ), setelah
menunjuk Sulaiman bin al-Kalbi sebagai tutor agama anaknya, memberinya
petuah: “Nasihatku yang pertama kepadamu adalah upayakanlah agar
ia (anak-anakku) belajar Kitab Allah. Setelah itu barulah Engkau bisa
menyampaikan kepadanya karya-karya puitis pilihan.
Dengan demikian, jelas, tradisi kaum Muslimin memberikan tempat
yang sangat khusus kepada pembacaan atau penghafalan Al-Qur`an. AsySyatibi
(w. 590 H.) misalnya, dalam sistem pengajaran Al-Qur`an dan Qiraah
mengharuskan murid-muridnya yang hendak mengajarkan Al-Qur`an
menghatamkan secara keseluruhan tiga kali pembacaan Al-Qur`an menurut
masing-masing qiraah dalam bacaan tujuh –setiap kalinya menurut dua versi
(riwayah) dari tiap-tiap qiraah-, kemudian sekali lagi dengan mengumpulkan
kedua versi itu secara bersama-sama (jam’). Jauh sebelum masa asy-Syatibi,
tuntunan yang diajukan pengajar Al-Qur`an lebih berat lagi. Al-Hushri (w.
486 H.), mengharuskan 70 kali penghataman tujuh bacaan kanonik. Di
samping itu, dalam proses pembelajaran ini, mata rantai periwayatan tiap-tiap
qiraah mesti dikuasai.
Selama berabad-abad telah muncul di berbagai wilayah Islam sekolahsekolah
khusus yang mengajarkan Al-Qur`an kepada anak-anak kaum
Muslimin, baik dengan tujuan agar mereka “melek” baca Al-Qur`an atapun mampu menghafalkannya. Secara historis, sekolah semacam itu pertama kali
diinstruksikan pembangunannya oleh khalifah umar bin al-Khattab.
Sebelumnya, pengajaran Al-Qur`an bagi anak-anak hanya merupakan urusan
pribadi kaum Muslimin, dan biasanya orang tua mengajarkannya secara
privat.
Di Indonesia ada beberapa strategi atau metode pembelajaran AlQur`an
yang sudah lama dikenal ataupun baru diterapkan, antara lain yaitu :
Metode-metode pembelajaran baca tulis Al-Qur'an telah banyak
berkembang di Indonesia sejak lama. Tiap-tiap metode dikembangkan
berdasarkan karakteristiknya.
1. Metode Baghdadiyah.
Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “, berasal dari
Baghdad masa pemerintahan khalifah Bani Abbasiyah. Tidak tahu dengan
pasti siapa penyusunnya. Dan telah seabad lebih berkembang secara
merata di tanah air. Secara dikdatik, materi-materinya diurutkan dari yang
kongkrit ke abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum
sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). Secara garis besar, Qoidah
Baghdadiyah memerlukan 17 langkah. 30 huruf hijaiyyah selalu
ditampilkan secara utuh dalam tiap langkah. Seolah-olah sejumlah tersebut
menjadi tema central dengan berbagai variasi. Variasi dari tiap langkah
menimbulkan rasa estetika bagi siswa (enak didengar ) karena bunyinya bersajak berirama. Indah dilihat karena penulisan huruf yang sama.
Metode ini diajarkan secara klasikal maupun privat. Beberapa kelebihan
Qoidah Baghdadiyah antara lain :
a. Bahan/materi pelajaran disusun secara sekuensif.
b. 30 huruf abjad hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah secara
utuh sebagai tema
c. Sentral.
d. Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
e. Ketrampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik
tersendiri.
f. Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
Beberapa kekurangan Qoidah baghdadiyah antara lain :
a. Qoidah Baghdadiyah yang asli sulit diketahui, karena sudah
mengalami beberapa modifikasi
b. Kecil.
c. Penyajian materi terkesan menjemukan.
d. Penampilan beberapa huruf yang mirip dapat menyulitkan pengalaman
siswa.
e. Memerlukan waktu lama untuk mampu membaca Al-Qur'an
2. Metode Iqro’.
Metode Iqro’ disusun oleh Bapak As'ad Humam dari Kotagede
Yogyakarta dan dikembangkan oleh AMM ( Angkatan Muda Masjid dan
Musholla ) Yogyakarta dengan membuka TK Al-Qur'an dan TP Al-Qur'an.
Metode Iqro’ semakin berkembang dan menyebar merata di Indonesia
setelah munas DPP BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an
dan metode Iqro’ sebagai sebagai program utama perjuangannya. Metode
Iqro’ terdiri dari 6 jilid dengan variasi warna cover yang memikat
perhatian anak TK Al-Qur'an. 10 sifat buku Iqro’ adalah :
a. Bacaan langsung.
b. CBSA
c. Privat
d. Modul
e. Asistensi
f. Praktis
g. Disusun secara lengkap dan sempurna
h. Variatif
i. Komunikatif
j. Fleksibel
Bentuk-bentuk pengajaran dengan metode Iqro’ antara lain :
a. TK Al-Qur'an
b. TP Al-Qur'an
c. Digunakan pada pengajian anak-anak di masjid/musholla
d. Menjadi materi dalam kursus baca tulis Al-Qur'an
e. Menjadi program ekstra kurikuler sekolah
f. Digunakan di majelis-majelis taklim
3. Metode Qiro’ati
Metode baca al-Qur’an Qira'ati ditemukan KH. Dachlan Salim
Zarkasyi (w. 2001 M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode yang
disebarkan sejak awal 1970-an, ini memungkinkan anak-anak mempelajari
al-Qur'an secara cepat dan mudah. Kiai Dachlan yang mulai mengajar alQur'an
pada 1963, merasa metode baca al-Qur'an yang ada belum
memadai. Misalnya metode Qa'idah Baghdadiyah dari Baghdad Irak, yang
dianggap metode tertua, terlalu mengandalkan hafalan dan tidak
mengenalkan cara baca tartil (jelas dan tepat, red.)
Kiai Dachlan kemudian menerbitkan enam jilid buku Pelajaran
Membaca al-Qur'an untuk TK al-Qur'an untuk anak usia 4-6 tahun pada l
Juli 1986. Usai merampungkan penyusunannya, KH. Dachlan berwasiat,
supaya tidak sembarang orang mengajarkan metode Qira'ati. Tapi semua
orang boleh diajar dengan metode Qira'ati. Dalam perkembangannya,
sasaran metode Qiraati kian diperluas. Kini ada Qiraati untuk anak usia 4-6 tahun, untuk 6-12 tahun, dan untuk mahasiswa. Secara umum metode
pengajaran Qiro’ati adalah :
a. Klasikal dan privat
b. Guru menjelaskan dengan memberi contoh materi pokok bahasan,
selanjutnya siswa
c. Membaca sendiri ( CBSA)
d. Siswa membaca tanpa mengeja.
e. Sejak awal belajar, siswa ditekankan untuk membaca dengan tepat dan
cepat.
4. Metode Al Barqy
Metode al-Barqy dapat dinilai sebagai metode cepat membaca alQur'an
yang paling awal. Metode ini ditemukan dosen Fakultas Adab
IAIN Sunan Ampel Surabaya, Muhadjir Sulthon pada 1965. Awalnya, alBarqy
diperuntukkan bagi siswa SD Islam at-Tarbiyah, Surabaya. Siswa
yang belajar metode ini lebih cepat mampu membaca al-Qur'an. Muhadjir
lantas membukukan metodenya pada 1978, dengan judul Cara Cepat
Mempelajari Bacaan al-Qur'an al- Barqy.
MUHADJIR SULTHON MANAJEMEN (MSM) merupakan
lembaga yang didirikan untuk membantu program pemerintah dalam hal
pemberantasan buta Baca Tulis Al Qur’an dan Membaca Huruf Latin.
Berpusat di Surabaya, dan telah mempunyai cabang di beberapa kota besar
di Indonesia, Singapura & Malaysia. Metode ini disebut ANTI LUPA karena mempunyai struktur yang apabila pada saat siswa lupa dengan
huruf-huruf / suku kata yang telah dipelajari, maka ia akan dengan mudah
dapat mengingat kembali tanpa bantuan guru. Penyebutan Anti Lupa itu
sendiri adalah dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen
Agama RI.
Metode ini diperuntukkan bagi siapa saja mulai anak-anak hingga
orang dewasa.
Metode ini mempunyai keunggulan anak tidak akan lupa
sehingga secara langsung dapat MEMPERMUDAH dan
MEMPERCEPAT anak / siswa belajar membaca. Waktu untuk belajar
membaca Al Qur’an menjadi semakin singkat. Keuntungan yang di dapat
dengan menggunakan metode ini adalah :
a. Bagi guru ( guru mempunyai keahlian tambahan sehingga dapat
mengajar dengan lebih baik, bisa menambah penghasilan di waktu
luang dengan keahlian yang dipelajari),
b. Bagi Murid ( Murid merasa cepat belajar sehingga tidak merasa bosan
dan menambah kepercayaan dirinya karena sudah bisa belajar dan
mengusainya dalam waktu singkat, hanya satu level sehingga biayanya
lebih murah),
c. Bagi Sekolah (sekolah menjadi lebih terkenal karena murid-muridnya
mempunyai kemampuan untuk menguasai pelajaran lebih cepat
dibandingkan dengan sekolah lain).
5. Metode Tilawati.
Metode Tilawati disusun pada tahun 2002 oleh Tim terdiri dari
Drs.H. Hasan Sadzili, Drs H. Ali Muaffa dkk. Kemudian dikembangkan
oleh Pesantren Virtual Nurul Falah Surabaya. Metode Tilawati
dikembangkan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di TKTPA,
antara lain :
- Mutu Pendidikan Kualitas santri lulusan TK/TP Al Qur’an belum
sesuai dengan target.
Metode Pembelajaran
- Metode pembelajaran masih belum menciptakan
suasana belajar yang kondusif. Sehingga proses belajar tidak efektif.
- Pendanaan Tidak adanya keseimbangan keuangan antara pemasukan
dan pengeluaran.
Waktu pendidikan
- Waktu pendidikan masih terlalu lama sehingga
banyak santri drop out sebelum khatam Al-Qur'an.
- Kelas TQA Pasca TPA TQA belum bisa terlaksana.
Metode Tilawati memberikan jaminan kualitas bagi santri-santrinya,
antara lain :
- Santri mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.
- Santri mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.
- Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara
kelompok 80%.
Prinsip-prinsip pembelajaran Tilawati :
a. Disampaikan dengan praktis.
b. Menggunakan lagu Rost.
c. Menggunakan pendekatan klasikal dan individu secara seimbang.
6. Metode Iqro’
Dewasa dan Metode Iqro’ Terpadu
Kedua metode ini disusun oleh Drs. Tasrifin Karim dari
Kalimantan Selatan. Iqro’ terpadu merupakan penyempurnaan dari Iqro’
Dewasa. Kelebihan Iqro’ Terpadu dibandingkan dengan Iqro’ Dewasa
antara lain bahwa Iqro’ Dewasa dengan pola 20 kali pertemuan sedangkan
Iqro’ Terpadu hanya 10 kali pertemuan dan dilengkapi dengan latihan
membaca dan menulis. Kedua metode ini diperuntukkan bagi orang
dewasa. Prinsip-prinsip pengajarannya seperti yang dikembangkan pada
TK-TP Al-Qur'an.
7. Metode Iqro’
Klasikal
Metode ini dikembangkan oleh Tim Tadarrus AMM Yogyakarta
sebagai pemampatan dari buku Iqro’ 6 jilid. Iqro’ Klasikal diperuntukkan
bagi siswa SD/MI, yang diajarkan secara klasikal dan mengacu pada
kurikulum sekolah formal.
8. Dirosa ( Dirasah Orang Dewasa )
Dirosa merupakan sistem pembinaan islam berkelanjutan yang
diawali dengan belajar baca Al-Qur`an. Panduan Baca Al-Qur`an pada
Dirosa disusun tahun 2006 yang dikembangkan Wahdah Islamiyah Gowa. Panduan ini khusus orang dewasa dengan sistem klasikal 20 kali
pertemuan.
Buku panduan ini lahir dari sebuah proses yang panjang, dari
sebuah perjalanan pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu yang dialami
sendiri oleh Pencetus dan Penulis buku ini. Telah terjadi proses pencarian
format yang terbaik pada pengajaran Al Qur'an di kalangan ibu-ibu selama
kurang lebih 15 tahun dengan berganti-ganti metode. Dan akhirnya
ditemukanlah satu format yang sementara dianggap paling ideal, paling
baik dan efektif yaitu memadukan pembelajaran baca Al-Qur'an dengan
pengenalan dasar-dasar keislaman. Buku panduan belajar baca AlQur'annya
disusun tahun 2006. Sedangkan buku-buku penunjangnya juga
yang dipakai pada santri TK-TP Al-Qur'an.
Panduan Dirosa sudah mulai berkembang di daerah-daerah, baik
Sulawesi, Kalimantan maupun beberapa daerah kepulauan Maluku; yang
dibawa oleh para da’i .Secara garis besar metode pengajarannya adalah
Baca-Tunjuk-Simak-Ulang, yaitu pembina membacakan, peserta
menunjuk tulisan, mendengarkan dengan seksama kemudian mengulangi
bacaan tadi. Tehnik ini dilakukan bukan hanya bagi bacaan pembina,
tetapi juga bacaan dari sesama peserta. Semakin banyak mendengar dan
mengulang, semakin besar kemungkinan untuk bisa baca Al-Qur'an lebih
cepat.
9. PQOD ( Pendidikan Qur’an Orang Dewasa )
Dikembangkan oleh Bagian dakwah LM DPP WI, yang hingga
saat ini belum diekspos keluar. Diajarkan di kalangan anggota Majlis
Taklim dan satu paket dengan kursus Tartil Al- Qur'an
Inovasi untuk metode pembelajaran Al Qur’an semakin bervariasi,
baru-baru ini dalam MTQ XXII di kota Serang-Banten IIQ (Institut Ilmu
Al Qur’an) memamerkan sebuah produk dan metode baru mempermudah
belajar membaca al-qur`an dengan menggunakan pena digital yang diberi
nama Al-qalam. Serang, 18/6 (Pinmas)–Institute Ilmu Al`quran (IIQ)
Jakarta meluncurkan dan memamerkan sebuah produk dan metode baru
mempermudah belajar membaca al-qur`an dengan menggunakan pena
digital yang diberi nama Al-qalam.
“Ini merupakan metode baru mempermudah membaca Al-qur`an
dengan fasih. Pada pameran MTQ XXII kali ini diluncurkan,” kata Rektor
Institute Ilmu Al-Qur`an Ahsin Sakho Muhammad di stand IIQ di arena
pameran MTQN XXII Kota Serang, Banten, Rabu.
Menurut Aksin, dengan menggunakan pena digital tersebut, setiap
orang bisa dengan mudah belajar membaca al-Qur`an hanya dengan
menyentuhkan pena digital tersebut pada ayat-ayat dalam mushaf yang
dilengkapi dengan plastik mika khusus.
Ia mengatakan, setiap orang bisa memilih ayat-ayat tertentu yang
diinginkan dengan menyentuhkan pena digital, dan bisa dilakukan
berulang-ulang jika memang belum difahami dengan benar. Sehingga, saat
pen tersebut disentuhkan dalam mushaf secara otomatis akan keluar suara
rekaman sesuai dengan ayat yang ditunjuk.
“Kalau metode yang biasa menggunakan kaset dan CD atau belajar
langsung dengan guru. Ini lebih mudah karena bisa belajar sendiri lengkap
dengan tajwid dan 7 langgam (lagu),” katanya.
Dalam rekaman pena digital tersebut, kata Akhsin, ada tujuh
langgam (lagu) yang dilantunkan oleh qori Muammar Z.A dan qoriah
Maria Ulfah, lengkap dengan tajwid yang sudah diuji oleh tim pentashih
dari pihak studio dan Departemen Agama.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah Shollallahu 'Alaihi
Wasallam memerintahkan para sahabatnya untuk memudahkan urusan. Isi
dari sabda tersebut adalah "Yassiruu Wa Laa Tu'assiruu", yang berarti
"Permudahlah dan janganlah kalian mempersulit...". HR. Muslim
(no.3262/Juz 9/152 Bab Fil Amri bi At Taisir..)
Perintah Rasul ini telah menjadi inspirasi banyak orang untuk
membuat aneka karya inovatif yang bertujuan mempermudah urusan
manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Mobil, adalah karya inovatif
manusia yang bertujuan mempermudah terjadinya perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan kemajuan tekhnologi yang
tercipta, maka proses perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat
yang lain, bukan hanya mudah tetapi juga menyenangkan dan
menenangkan. Bahkan jarak yang ratusan kilometer dapat ditempuh
dengan mudah dan cepat.
Demikian halnya dengan kemudahan yang dibuat dalam proses
pembelajaran. Ada banyak methode yang telah dibuat orang untuk
mempermudah para pelajar dalam mempelajari suatu keilmuan. Salah satu
methode yang dibuat untuk mempermudah pembelajaran al Qur'an adalah
"As Syafaq", yaitu methode belajar memahami arti huruf al Quran dengan
warna.
Untuk memfasilitasi pengembangan methode ini, maka dibuatlah
suatu lembaga yang diberi nama SMART-QUR'AN (disingkat Smart-Q)
yang merupakan kependekan dari "Solusi Memahami Arti Tulisan (Al)
Qur'an ", dengan motto : Cerdaskan diri dengan Al Qur'an. Karena
sesungguhnya, dengan mempelajari al Qur'an, manusia dapat
meningkatkan kecerdasannya. Bahkan, dengan intensitas, kesungguhan
dan keimanan, niscaya Allah SWT akan membimbingnya langsung untuk
mendapatkan beberapa pemahaman dari kajian dan pembelajarannya
terhadap al Qur'an. Ini sebagaimana isi akhir ayat 282 Qs. Al Baqoroh
berikut ini: "Wattaqullah Wayu'allimukumullah", yang berarti
"bertaqwalah kepada Allah, Allah akan mengajarimu".