Pengertian Kepemimpinan Pendidikan Menurut Ahli

Pengertian Kepemimpinan Pendidikan
A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam menjalankan kepemimpinannya, seorang pemimpin memiliki gaya-gaya tersendiri. Gaya (style) adalah suatu cara berperilaku yang khas dari seorang pemimpin terhadap para anggota kelompoknya. 

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (leader) tentang bagaimana menjalankan kepemimpinannya (to lead) sehingga bawahan dapat bergerak sesuai dengan yang diinginkan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Bergeraknya orang-orang harus mengikuti jalur tujuan organisasi yang hendak dicapai dan bukan merupakan kamuplase (kepura-puraan/keinginan pemimpin) dari kepemimpinannya itu sendiri, karena bagaimanapun pemimpin itu adalah bagian dari anggota organisasi itu sendiri. Adapun pergerakan dalam pencapaian tujuan adalah legitimasi dari sebuah kekuasan yang dimiliki oleh pemimpin, karena bagaimanapun bukan hanya sebuah simbol atau kedudukan semata. 

The Leader adalah seorang yang dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya untuk jangka panjang maupun jangka pendek dengan kewenangan dan kekuasan dalam situasi tertentu. Leading adalah kegiatan dimana individu-individu atau kelompok dipandang oleh satu atau lainnya untuk mengarahkan dalam pencapaian tujuan, walaupun tujuan itu merupakan tujuan individu. Dalam konteks memimpin ini banyak diantaranya anggota dari luar organisasi menjadi orang yang mengarahkan kegiatan orang yang ada dalam organisasi (bias). Leadership adalah proses yang mengarahkan kemampuan dalam pencapaian tujuan dengan memanfaatkan orang-orang atau kelompok dalam kondisi tertentu. 

Pemimpin dengan kekuasaan yang luas dan terbatas akan memiliki bobot yang sama berat dari sisi pertanggungjawaban secara batiniah. Adapun perbedaannya akan terlihat dari besarnya tanggungjawab berdasarkan area tanggungjawab atas pekerjaan-pekerjaan yang harus dijalankan. Manager memimpin sebagai boss dari urutan pekerjaaan, hair dari pekerjaan, head dari tim proyek. Leadership kunci dalam mengatur orang dalam mencapai tujuan. Komponen-komponen yang menjadi pegangan seorang pemimpin dalam penggerakan anggota-anggota adalah sebagai berikut : 
  1. Drive/dorongan, akan menghasilkan inisiatif, dan menimbulkan energi yang tinggi dan hasrat untuk berprestasi; 
  2. Motivation/motivasi, memiliki kekuatan dan hasrat untuk memimpin dan mendorong pelibatan anggota dalam mewujudkan visi; 
  3. Integrity/integritas/keutuhan/kejujuran, menimbulkan kepercayaan yang penuh dalam bekerjasama dengan yang lain, dan konsistensi dalam perkataan dan perbuatan; 
  4. Self Confidence/percaya diri, memperlihatkan nilai kepercayaan dalam melakukan transaksi dengan orang lain; 
  5. Knowledge/pengetahuan, pemahaman yang penuh tentang organisasi. 
Pimpinan adalah penggerak sebuah atau beberapa buah kelompok. Untuk dapat mengerakkan kelompok, ada kesepakatan-kesepakatan yang harus dijalin dalam dan dengan kelompok, hal-hal yang harus diperhatikan: 
  1. Memperhatikan secara jelas dan logis posisi kita, akan membantu orang dalam memahami cara pandang kita; 
  2. Mendengarkan setiap reaksi orang lain, dan jangan berpura-pura tidak tahu; 
  3. Libatkan semua dalam diskusi, dan temukan alternatif-alternatif tentang cara pandang kita; 
  4. Jangan berubah pikiran hanya untuk meredam konflik, tapi temukan yang terbaik, dan dalam posisi yang logis;
  5. Usahakan jangan dulu melakukan pemungutan suara, melempar koin, atau menyerah, untuk memecahkan perbedaan, cobalah dengan argumen-argumen yang benar; 
  6. Jangan terlalu terpaku dengan pemilihan situasi win-lose. 

Kekuasaan pimpinan dalam konteks personal power itu tidak akan berarti untuk dapat menjelaskan bahwa kepemimpinan yang dijalankan efektif dalam mempengaruhi orang lain. Personal behavior pimpinan dan keterampilan yang dijalankan efektif dalam mempengaruhi harus terangkum didalamnya bila kita menginginkan kelanjutan bagaimana pimpinan mempengaruhi orang lain. Kekuasaan personal dari pimpinan sangat bergantung kepada kemampuan /keterampilan dari pimpinan. Perilaku pimpinan dalam pengaruh, mengarahkan pada cara yang digunakan dalam pengaruh. 

Coba perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar  Model Pengaruh dalam Kekuasaan dan Kepemimpinan (Diadopsi dari Gery Yukl : 1989) 

Adapun untuk meningkatkan efektivitas dalam kepemimpinannya, pemimpin dapat menggunakan taktik/cara dalam pengaruh : 
  1. Rational Persuasion (bujukan secara rasional), menggunakan argumen-argumen yang logis dan data-data faktual untuk membujuk orang-orang, dimana permintaanpermintaan yang diajukan dapat berjalan dan menghasilkan keluaran-keluaran yang diharapkan; 
  2. Exchange Tactics (taktik pertukaran), permintaan/proposal yang diajukan berupa janji yang secara eksplisit atau implisit menyediakan hadiah pada orang-orang yang menjadi target. 
  3. Legitimate Request (permintaan yang legitimate), basis dari permintaan dengan menggunakan fasilitas kewenangan atau aturan-aturan, dan disesuaikan dengan peraturan-peraturan organisasi, kebijakan, dan kegiatan-kegiatan yang dijalankan. 
  4. Pressure Tactics (taktik tekanan), melalui perlakuan yang secara eksplisit atau implisit memuat ketentuan bahwa kesalahan yang terjadi memiliki konsekuensi-konsekuensi tertentu. 
  5. Personal Eppeals (daya tarik personal), menggunakan sisi hati orang lain dan perkawanan secara personal berbagai basis dari permintaan-permintaan. 
Saudara mahasiswa, coba perhatikan Al Quran QS. 2 : 247 apa sebenarnya kekuasaan dalam kepemimpinan manusia, semuanaya tidak abadi dan tidak untuk di banggakan secara berlebihan: “Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Alloh telah membangkitkan untuk kamu Thalut sebagai malik” Mereka menjawab, “Bagaimana ia mempunyai mulku atas kami, padahal kami lah yang berhak memegang mulki darinya, karena ia tidak memiliki kekayaan” 

B. Perilaku Kepemimpinan Pendidikan 
Dalam pendekatan keperilakuan (traits/behavioral approach) mencoba mengidentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam kegiatannya untuk mempengaruhi anggota-anggota kelompok atau pengikutnya. Perilaku pemimpin ini dapat berorientasi pada tugas keorganisasian ataupun pada hubungan dengan anggota kelompoknya. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Ohio State University, dibedakan adanya dua macam perilaku kepemimpinan yaitu ; Initiating Structure and Consideration. Dua pola orientasi kepemimpinan tersebut digambarkan dalam bentuk kuadran kombinasi antara initiating structure dan consideration , 

Anda perhatikan gambar berikut ini;

Gambar  The OHIO State Leadership Quadrants (Agus Darma : 1992)

Perilaku kepemimpinan struktur tugas mengandung ciri-ciri sebagai berikut: 
  • Mengutamakan tercapainya tujuan; 
  • Mementingkan produksi yang tinggi; 
  • Lebih banyak melakukan pengarahan; 
  • Melakukan pengawasan secara ketat; 
  • Penilaian terhadap pejabat yang semata-mata berdasarkan hasil tugas. 
Perilaku kepemimpinan konsidarasi mengandung ciri-ciri sebagai berikut : 
  • Memperhatikan kebutuhan bawahan; 
  • Berusaha menciptakan suasana saling percaya; 
  • Simpati terhadap bawahan; 
  • Memiliki sifat bersahabat; 
  • Lebih mengutamakan pengarahan diri, mendisiplin diri, mengontol diri. 
Dalam perilaku inisiasi struktur terdapat perilaku yang menunjukkan dengan tegas pola-pola hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin, menjelaskan bagaimana pola-pola organisasi yang ada, saluran-saluran komunikasi, dan cara-cara dalam menjalankan semua pekerjaan yang ada dalam organisasi. Sedangkan pola-pola perilaku dalam konsiderasi mengacu pada perilaku yang menunjukkan hubungan bersahabat, saling memegang kepercayaan, kehangatan, perhatian, dan respek dalam hubungan antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya. 

Hasil penelitaian dari Ohio State University ini didukung oleh hasil dari Survey Research Center Michigan University, dengan dua macam perilaku kepemimpinan yaitu Job Centered (Production Orientation) dan Employee Centered (Employee Orientation) yang memiliki pengertian yang sama dengan yang dikeluarkan oleh Ohio State University. 

Teori yang lain memberikan gambaran tentang model orientasi kepemimpinan dalam bentuk perilaku yang diperlihatkan, yaitu teori Managerial Grid dari Robert K. Blake and James S. Mouton. Dalam teori ini dikenal lima gaya kepemimpinan yang mendasarkan kepada dua model orientasi kepemimpinan yaitu : Concern for Production and Concern for People, Penekanan pada produksi dan tugas dan penekanan pada hubungan antar individu. Teori tersebut digambarkan dalam bentuk seperti terlihat pada gambar berikut:
Gambar The Managerial Grid Leadership Style (Agus Darma : 1992) 

Dari kombinasi di atas terdapat lima gaya kepemimpinan yang beranjak dari dua model orientasi kepemimpinan yaitu sebagai berikut: 
  1. Impoverished, pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dalam hal ini dianggap cukup mempertahankan organisasi. 
  2. Country Club, Kepemimpinan yang mendasarkan kepada hubungan informal antara individu, keramahtamahan dan kegembiraan. Tekanan terletak pada hubungan kemanusiaan. 
  3. Task, Pemimpin memiliki pandangan bahwa efesiensi kerja sebagai faktor utama untuk keberhasilan organisasi. 
  4. Middle Road, adanya keseimbangan yang maksimal antara tugas dan hubungan antar individu. 
  5. Team, keberhasilan suatu organisasi bergantung kepada kelompok-kelompok dalam organisasi (kepemimpinan kelompok). 
Kepemimpinan harus mengarah kepada proses yang sinergi dalam upaya menemukan solusi dalam konflik dengan memposisikan pada win-win solution. Menang-menang bukanlah teknik kepribadian, melainkan paradigma total interaksi manusia yang berasal dari karakter integritas, kematangan dan mentalitas tinggi. Menang-menang tumbuh dari hubungan dengan kepercayaan tinggi, dan diwujudkan dalam kesepakatan yang secara efektif menjelaskan dan memanajemeni harapan dan juga pencapaian. Untuk lebih jelasnya seperti gambar berikut :

PRINSIP MENANG/MENANG

Gambar Prinsip Menang-Menang (Triguna Priyadarma : 2001) 

Peranan pemimpin dalam manajemen sekolah tidak terbatas pada hal tersebut di atas, dalam bidang personalia saja. Akan tetapi berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manajer sekolah peranan lainnya berada dalam tatanan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, motivasi, dan komunikasi pada level sistem pendidikan nasional, seperti gambar berikut ini:
Gambar  Management Process (C. Turney & Friend : 1992)

Untuk tujuan pemahaman dan peningkatan profesional pemimpin dalam pekerjaan perlu dipahami dan dikuasai keterampilan dalam: 
  1. melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan, 
  2. mendelegasikan kewenangan, 
  3. membuka jalur-jalur komunikasi, 
  4. pengembangan Sumber Daya Manusia (perhatian pada pola hubungan antar manusia), 
  5. konsentrasi pada mutu. 
Sebagai manager sekolah setelah keterampilan-keterampilan itu dikuasai, hal ini perlu diaplikasikan dalam kegiatan-kegiatan: 
  1. menetapkan visi dan formulasi misi dari sekolah, 
  2. menetapkan kebijakan dan tujuan yang hendak dicapai, 
  3. melakukan kegiatan penyusunan program, 
  4. memperkirakan dan mengalokasikan sumber daya, 
  5. memodifikasi kebijakan dan perencanaan. 

Kepala sekolah akan berhasil dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya bila keterampilan-keterampilan itu harus melekat dalam hal-hal berikut ini;
  1. Keterampilan dalam Kepemimpinan;
  2. Keterampilan dalam Hubungan Antara Manusia;
  3. Keterampilan dalam Kegiatan Kelompok; 
  4. Keterampilan dalam Administrasi Personil; 
  5. Keterampilan dalam Penilaian dan Pengawasan (Evaluasi). 
Dalam kerangka pengembangan mutu sekolah yang pengelolaannya berbasis TQM (Total Quality Management), sangat jelas bahwa tipe kepemimpinan yang memiliki visi kedepan dengan memberdayakan orang lain, berpenampilan unggul dan memiliki strategi yang tinggi dalam memenuhi kegiatan kastemernya. Oleh karena itu kepemimpinan yang bermutu tidak hanya berketerampilan yang tinggi saja akan tetapi juga harus memiliki kriteria lainnya seperti visi, strategi dalam berupaya untuk memenuhi keinginan pelanggannya dengan baik. Hal ini sejalan dengan pemikiran dari Eva Balazs (1999): “Leadership in the TQM context is visionary in that is embraces empowerment, performance and strategy, means; 
  • Have a vision of total quality management for his or her institution. 
  • Have a clear commitment to the quality improvement process. 
  • Communicate the quality message. 
  • Ensure that customer needs are the centre of the institution’s policies and practice. 
  • Ensure that there are adequate channels for the voice of customers. 
  • Lead staff development. 
  • Be careful not a blame others when problem arise  most problems are the result of policies of the institution and the failing of the staff. 
  • Lead innovation within the institution. 
  • Ensure than organizational structures clearly define responsibilities and provide the maximum delegation compatible whit accountability.
 Tergambarkan dengan jelas bahwa kepemimpinan dalam konteks TQM harus memiliki kekuatan-kekuatan dalam visi yang beranjak dari TQM untuk organisasi yang dipimpinnya, memiliki komitmen yang jelas dalam proses pengembangan mutu organisasi, membangun pola-pola komunikasi yang beragam dalam mengkomunikasikan setiap pesan-pesan dalam peningkatan mutu kelembagaan, kebijakan dan langkah-langkah kegiatan dalam organisasi tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan para kastemer (pelanggan) organisasi baik pada tatanan internal maupun eksternal, menyediakan saluran bagi kastemer dalam memperkuat kualitas yang diraih, memimpin dalam pengembangan staf, tidak menyalahkan orang lain dalam menyikapi permasalahan, memiliki sikap dalam menyikapi permasalahan karena biasanya permasalahan itu mungkin berasal dari kebijakan yang dibuat, memimpin inovasi dalam organisasi, mendelegasikan kewenangan dengan sejumlah tanggungjawab kepada bawahan. 

C. Keterampilan-Keterampilan dalam Kepemimpinan 
1) Keterampilan dalam memimpin 
Pemimpin harus menguasai cara-cara kepemimpinan, memiliki keterampilan memimpin supaya dapat bertindak sebagai seorang pemimpin yang baik. Untuk hal itu antara lain ia harus menguasai bagaimana caranya : menyusun rencana bersama, mengajak anggota berpartisipasi, memberi bantuan kepada anggota kelompok, memupuk “morale” kelompok, bersama-sama membuat keputusan, menghindarkan “working on the group” dan “working for the group” dan mengembangkan “working within the group”, membagi dan menyerahkan tanggungjawab, dan sebagainya. Untuk memperoleh keterampilan di atas perlu pengalaman, dan karena itu pemimpin harus benar-benar banyak bergaul, bekerjasama, dan berkomunikasi dengan orang yang dipimpinnya. Yang penting jangan hanya tahu, tetapi harus dapat melaksanakan. 

Dalam kepemimpinan Islam kerjasama dengan tanpa melihat perbedaan yang melekat dalam setiap individu apalagi dibedakan secara fisik adalah sebuah keharusan, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat menjalin kerjasama dengan anggotanya, pemimpin yang mampu memperlihatkan sisi individual yang baik dalam kepemimpinannya, pemimpin yang dapat menjadi pengayom kepada semua anggotanya, pemimpin yang dapat menempatkan tugas dan tanggungjawab kepemimpinannya dia atas segalagalanya, pemimpin yang siap mempertanggungjawabkan kepemimpinannya di dunia dan di akhirat, dan bahwa kesalahan bawahan adalah tanggungjawabnya. 

2) Keterampilan dalam hubungan insani 
Hubungan insani adalah hubungan antar manusia. Ada dua macam hubungan yang biasa kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari: 
(1) hubungan fungsional atau hubungan formal, yaitu hubungan karena tugas resmi atau pekerjaan resmi; dan 
(2) hubungan pribadi atau hubungan informal atau hubungan personel, ialah hubungan yang tidak didasarkan atas tugas resmi atau pekerjaan, tetapi lebih bersifat kekeluargaan.

Seorang pemimpin harus terampil dalam melaksanakan hubungan-hubungan tersebut di atas, jangan sampai mencampur adukan antara hubungan fungsional dan hubungan personal. Yang menjadi inti dalam hubungan ini, apakah itu hubungan fungsional atau hubungan personal, adalah saling menghargai. Bawahan menghargai atasan dan sebaliknya atasanpun harus menghargai bawahan. 

Hubungan antar manusia yang baik dibangun dan diawali oleh pola-pola hubungan yang manusiawi oleh pimpinannya, hanya karena jabatan yang menempatkan seseorang itu berada puncak organisasi hal ini bukan kemudian menempatkan perilakunya menjadi yang teratas karena ego dan perasaan yang buruk, akan tetapi harus semakin memperlihatkan kualitas dalam membangun hubungan dengan segala kerendahan hati, kesopanan dalam tatakrama, ”kelungguhan” dalam kepribadian, keanggunan dalam berkomunikasi, keserasian dalam berperilaku, dengan menempatkan norma dan nilai agama sebagai pegangan utama. Manusia diciptakan sama oleh yang maha kuasa, manusia di berikan akal dan budi, pemimpin adalah bagian dari kesempatan yang sama tersebut. 

Bila seorang pemimpin menghindarkan kesamaan-kesamaan tersebut dimata Yang Maha Kuasa sebenarnya dia telah menodai kepemimpinanya itu sendiri. Pencitraan yang baik seorang pemimpin dimata Yang Maha Kuasa adalah dimulai dengan mencitrakan diri yang baik dimata anggotanya dengan perilaku, sikap dan tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Proses pencitraan yang baik ini harus dipahami oleh pemimpin dengan dimulai membina hubungan yang baik diantara anggotanya, sejalan dengan filosofi pendidikan bahwa peserta didik adalah manusia yang butuh bantuan untuk mengarungi kehidupannya, maka untuk memahami apa kebutuhan untuk itu harus dibina melalui pola-pola hubungan insani yang cerdas, baik, jujur, dan agamis. 

3) Keterampilan dalam proses kelompok 
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya bukan hanya karena keberhasilan seorang diri pemimpinnya, akan tetapi merupakan upaya kolektif yang dilakukan oleh semua anggota organisasi. Anggota dalam organisasi sangat beragam, dari sikap, perilaku, kemampuan, keterampilan serta tugas-tugas dalam pekerjaannya. 

Setiap anggota kelompok mempunyai perbedaan, ada yang lebih ada yang kurang, tetapi dalam kelompok mereka harus dapat bekerja sama. Maksud utama dari proses kelompok ialah bagaimana meningkatkan partisipasi anggota-anggota kelompok setinggitingginya sehingga potensi yang dimiliki para anggota kelompok itu dapat diefektifkan secara maksimal. Inti dari proses kelompok adalah hubungan insani dan tanggungjawab bersama. Pemimpin harus jadi penengah, pendamai, moderator dan bukan menjadi hakim. 

Pemimpin harus menjadi penengah, pemimpin harus menunjukan kemampuannya dalam tugas tanggungjawab, ketika anggota organisasi mengalami kemandekan dalam pencapaian tujuan karena ada ketidaksesuaian yang dirasakan oleh bawahannya baik dalam kelompok kerja, atau lintas kelompok. Tugas pemimpin adalah memberikan jalan keluar dengan sikap yang netral baik untuk kelompok kerja yang bersangkutan maupun secara indiviual. Tidak jarang ada anggota yang kurang produktif karena ada dua kepentingan yang bertubrukan, kepentingan organisasi dan kepentingan individu misalnya, penyelesaian sekaitan dengan produktifitas pekerjaan dan tuntutan keberlangsungan pekerjaan atas anggota lainnya menjadi tugas pemimpin untuk menyelesaikannya. Pemimpin memberikan jalan keluar yang menyenangkan dan aman bagi individu tersebut sebagai anggota organisasi sehingga tidak merasa terancam dengan pekerjaannya, dan terselamatkan atas masalah individualnnya. 

4) Keterampilan dalam administrasi personil. 
Administrasi personil mencakup segala usaha untuk menggunakan keahlian dan kesanggupan yang dimiliki oleh petugas-petugas secara efektif dan efisien. Kegiatan dalam administrasi personil ialah : seleksi, pengangkatan, penempatan, penugasan, orientasi, pengawasan, bimbingan dan pengembangan serta kesejahteraan. Menemukan yang paling penting dari kegiatan di atas ialah kegiatan seleksi dalam memilih orang yang paling sesuai dengan tugas dan pekerjaannya yang berpedoman pada “the right man in the right place”. 

Menemukan orang yang tepat untuk posisi yang tepat pula adalah bukan perkara gampang, karena ukurannya bukan hanya masalah suka dan tidak suka pemimpin. Memilih orang yang cocok bukan hanya karena perasaaan atau kedekatan saja, akan tetapi harus mengandung unsur-unsur profesionalitas juga yang melekat pada orang yang dibutuhkan. Oleh karena itu selain perasaan, juga profesionalitas pemimpin dibutuhkan untuk memperoleh orang yang tepat tersebut. Hal lain yang dibutuhkan sekaitan dengan pemilihan orang yang akan mendampingi dalam kepemimpinanya, perlu diperhatikan bahwa orang memiliki kebutuhan untuk berkembang, oleh karena itu pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu membina dan mengembangkan anggotanya. 

Pembinaan dan pengembangan yang dilakukan didasarkan atas kepentingan organisasi bukan hanya sekedar kepentingan individu seperti guna mengamankan otoritori kepemimpinnya dari gusuran orang lain. Oleh karena itu sampaikanlah walaupun hanya satu ayat, apabila memang berguna dan bermanfaat bagi keseluruhan anggota organisasinya, tidak kikir dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. 

5) Keterampilan dalam menilai 
Sebelum menilai orang lain, orang yang baik adalah orang yang tahu dimana posisi dia berada dalam pencapaian atas tugas dan tanggungjawabnya. Introspeksi diri atas perilaku dan tugas-tugas yang dilakukannya dengan baik dan jujur adalah modal untuk dapat menilai orang lain, jujur atas diri sendiri adalah modal untuk jujur dalam memberikan penilaian pada orang lain. Penilaian atau evaluasi ialah suatu usaha untuk mengetahui sampai di mana suatu kegiatan sudah dapat dilaksanakan atau sampai di mana suatu tujuan sudah dicapai, yang dinilai biasanya ialah : hasil kerja, cara kerja dan orang yang mengerjakannya. Untuk dapat melakukan hal tersebut, maka seorang pemimpin harus tahu dan paham dengan teknik dan prosedur evaluasi yang benar. 

Adapun teknik dan prosedur evaluasi ialah : menentukan tujuan penilaian, menetapkan norma/ukuran yang akan dinilai, mengumpulkan data-data yang dapat diolah menurut kriteria yang ditentukan, pengolahan data, dan menyimpulkan hasil penilaian. Melalui evaluasi, guru dapat dibantu dalam menilai pekerjaannya sendiri, mengetahui kekurangan dan kelebihannya. Selain guru, personil lainnyapun perlu dievaluasi seperti petugas (karyawan) tata usaha, petugas BK, dan sebagainya, untuk mengetahui kemajuan/ kekurangan yang dicapainya.

No comments:

Post a Comment