Pengertian Pendidikan Orang Dewasa Menurut Ahli

Pengertian Pendidikan Orang Dewasa Menurut Ahli
Beragam konsep dan pengertian mengenai pendidikan orang dewasa (POD) banyak telah diketahui. Untuk mengetahui esensi mengenai konsep dan pengertian POD, terlebih dahulu kita perhatikan konsep dan pengertian atas POD sbb: 

1). Menurut Boyd 
Boyd memandang pendidikan orang dewasa dalam konteks psikologi. Secara spesifik diungkapkan oleh beliau bahwa pandangan terhadap pendidikan orang dewasa tidak boleh dilepaskan dalam konteks terminology “Orang dewasa. Sehingga sebagaimana dia ungkapkan menyitir pernyataan Balkely bahwa pendidikan orang dewasa berimlikasi pada proses pendidikan sistematis yang bertujuan, dan banyak dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar. 

Lebih lanjut tujuan secara sistematis ini berusaha dicapai dengan cara mengedapankan integritas dari pembelajar. Dengan demikian konsep pembelajaran orang dewasa berbeda dengan pembelajaran dengan anak atau remaja disebabkan factor sosio psikologis yang berbeda. Pada anaka-anak atau remaja faktor-faktor peniruan sangat kental yang banyak dipengaruhi oleh keinginan tahu dan belum banyaknya pengalaman. Sedangkan pada orang dewasa sudah banyak terdapat pengalaman, sehingga telah memiliki kerangka berpikir tersendiri dan tidak mudah untuk dipengaruhi. Bayak pertimbangan-pertimbangan relistis ketika seseorang telah menjadi dewasa. 

Dan hal ini tidak terjadi pada anak-anak atau orang dewasa. Dengan demikian maka individu dewasa pada dasarnya telah memiliki identitas dirinya, dan dengan identitas tersebut maka ia memandang atau mempersepsi segala sesuatu yang berinter aksi dengan dengannya. Konsekuensinya dalam konteks belajar maka orang dewasa telah memiliki dan mengetahui standar seperti ap a yang ingin dicapainya dan harapan- harapan yang terkait dengan proses belajar yang akan ditempuhnya. Apabila proses belajar memenuhi apa yang diharapkannya maka dia akan merasa menyenangi dengan sendirinya. Hal ini juga berimplikasi, terdapat keinginan untuk bebas dari standar di luar dirinya dan ketergantungan kepada orang lain. Secara skematis dapat digambarkan: 

Dalam konteks seperti ini maka tugas guru adalah membantu mengarahkan dan menemukan kesesuaian materi dengan yang dibutuhkan pelajar. Hubungan antara instruktur dan orang dewasa adalah terbuka dan bebas. Jadi pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan dimana para pembelajarnya adalah individu yang telah memiliki identitas dan mengetahui standar serta harapan-harapan dan berkeinginan untuk memenuhinya, yang dapat dilaksanakan dengan fasilitasi seorang instruktur yang berorientasi untuk mempermudah pembelajar mempelajari subyek materi sesuai dengan kebutuhannya. 

2). Menurut Mead Pandangan Mead. 
Pakar ini melihat bahwa proses pembelajaran secara umum harus dimaknai sebagai pengalihan baik yang bersifat vertical maupun lateral. Tetapi dalam konteks ini beliau kemudian memperjelad bahwa dengan perubahan-perubahan yang terjadi di sekeliling kita maka proses vertical menjadi kurang up todate. Konsekuensinya proses lateral menjadi penting. Transmisi lateral ini dimaksudkan adalah instruktur atau guru tidak lagi berperan sebagai orang yang menumpahkan air ke dalam gelas “ otaK” dari pembelajar, tetapi pengetahuan disebarkan dengan cara sharing atau dibagikan, didiskusikan dan dipikirkan secara kritis. Dalam konteks ini maka tidak ada pihak yang paling dominan dan paling menguasai dalam proses pembelajaran. Fokusnya adalah mempertajam dan memenuhi harapan pembelajar terhadap subyek yang ingin diketahuinya. 

3). Menurut Lindeman Pandangan Lindeman. 
Terdapat beberapa hal yang cukup prinsip yang dikemukan oleh pakar ini bahwa: pertama, konsep orang dewasa harus dimaknai secara kontekstual dalam perkembangan dinamika pertumbuhan manusia. Kedua, pendidikan seharusnya tidak hanya mengajakan prinsip idealitas, akan tetapi juga bersifat pragmatis. Ketiga, pendidikan orang dewasa harus berkorelasi dengan situasi dimana orang dewasa ter sebut ada dan membutuhkan apa. Keempat, pendidikan orang dewasa bagaimanapun tidak dapat dilepaskan dengan pengalaman orang dewasa. 

Dengan pertimbangan-pertimbangan ini maka Lindeman menyatakan bahwa orang dewasa sebagai entitas dan memiliki integritas harus dilihat secara personal dan yang memiliki kepribadian. Dalam proses pembelajaran orang dewasa sebagai individu tidak semata-mata berharap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi berharap dengan apa yang diilikinya hidupnya akan lebih baik, lebih bermakna, dan memiliki arti dalam interaksi social. Sehingga pada adasarnya orang dewasa berkeinginan untuk memperbaiki dirinya sendiri sebagai tujuan primer dirinya. Tetapi mereka ingin juga merubah tatanan social untuk menjadi lebih baik, tentu saja dengan kondisi-kondisi yang sesuai dengan harapannya. Dengan demikian inilah inti dari pendidikan orang dewasa. 

4). Menurut Shef field dan Houle 
Pada dasarnya orang dewasa telah memiliki satu rentang hidup dalam fase kehidupannya. Ketika tumbuh dia telah memiliki berbagai peranan yang jauh berbeda dengan apa yang telah dialaminya semasa ia masih anak-anak atau remaja. Peran-peran inti kemudian memiliki konsekuensi bagi dirinya serta tuntutan yang harus dipenuhinya. Proses pemenuhan akan tuntuhan serta kebutuhan yang disadarinya terhadap dirinya melahirkan kebutuhan untuk belajar. Maka dengan pertimbangan-pertimbangan ini pembelajar (orang dewasa) melaksanakan proses pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat orientasi-orientasi tertentu bagi orang dewasa dalam melaksanakan proses pembelajaran. Orientasi belajar orang dewasa menurut pakar ini dapat dibedakan: Learning orientation, Sociability orientation, Personal goal orientation, societal goal orientation, need fulfillment (pemenuhan kebutuhan) orientation. 

5). Pandangan Allen Tough. 
Hampir sama dengan pandangan diatas maka Tough menyatakan bahwa pada dasarnya orang dewasa memiliki kebutuhan yang amat beragam dalam mengahadpi segala perubahan dalam kehidupannya. Ini juga terkait dengan peran-peran yang diaminkan misalnya sebagai anggota keluarga, di tempat kerja, di tempat lingkungan rumah dan lain-lain. Untuk memenuhi itu maka orang dewasa berusaha memenuhinya dengan jalan melakukan proses pembelajaran. Hakekatnya proses pembelajaran dari diri sendiri lebih banyak dilakukan dengan difasilitasi dengan saran-saran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Setiap target yang hendak dicapai untuk menguasai suatu keterampilan atau kompetensi tertentu pada dasarnya terbagi dalam episode-episode belajar. 

Episode belajar adalah suatu masa dimana seseorang melakukan suatu aktivitas tertentu yang merupakan bagian dari suatu rangkaian aktivitas sehingga apabila rangkaian-rangkaian ini dijalankan maka tujuan tersebut (berupa kompetensi) dapat dicapai. Bagian rangkaian yang merupakan episode yang dilakukan secara keseluruhan disebut dengan proyek belajar. Materi yang dipelajari akan sangat beragam tergantung kebutuhan yang dirasakan, dalam hal ini dapat berupa kompetensi teknis, kebutuhan intelektual, kebutuhan seni dan yang lainnya. Sedangkan alasannya proses belajar dilakukan adalah: motovasi keseluruhan untuk belajar, pencerahan jiwa, pengetahuan dan keterampilan untuk merubah sikap dan perilaku, dan alasan-alasan yang bersifat personal. 

Pada dasarnya proses pembelajaran yang dilakukan akan mendatangkan kesenangan-kesenganan (pleasure) , harga atau martabat diri (self esteem), dan yang lainnya (other) . Selama bagian rangkaian berupa episode dilaksanakan dan berhasil akan mendatangkan ketiga efek tersebut yakni pleasure, self esteem, dan others . Demikian juga ketika sebuah proyek belajar telah dilaksanakan. Lebih lanjut proyek belajar dapat dilaksanakan secara mandiri dengan perencanaan yang jelas. Dan secara terus-menerus dengan waktu yang direncanakan terus diperbaiki (improvement) . 

6). Pandangan Apps. 
Dalam pendidikan orang dewasa maka harus dipandang secara holistic terkait dengan individu orang dewasa. Dalam hal ini orang dewasa ber asal dari latar belakang sosio budaya yang beragam, dengan identitas yang kuat, dan kepercayaan kuat pula. 

No comments:

Post a Comment