Pengertian, Fungsi Dan Tujuan Kredit Menurut Ahli

Pengertian Kredit 
Kredit berasal dari kata Credere dalam bahas latin yang artinya percaya. Dengan kata lain apabila seseorang memperoleh kredit atau melakukan peminjaman, maka orang tersebut memperoleh kepercayaan. Begitu pula dengan kreditur dengan memberikan kredit maka, kreditur memberikan kepercayaan kepada peminjam bahwa uang yang kreditur pinjamkan pasti akan dikembalikan. 

Pengertian kreditur menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan hal itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain, yang mengajukan pihak peminjam melunasi setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta atau pada waktu yang akan datang (Thomas, 2003). Dari pengertian kredit diatas maka dapat dilihat bahwa dalam pemberian kredit tidak dapat lepas dari unsur-unsur yang terkandung didalamnya. 

Adapun unsur-unsur yang terkandung didalamnya sebagai berikut : 
1). Kepercayaan 
Suatu unsur atau keyakinan kreditur ( pemberi kredit ) bahwa suatu saat prestasi (uang, jasa, barang ) yang diberikan akan diterimanya kembali di masa yang akan datang sesuai dengan batas waktu yang telah disepakati. 

2). Kesepakatan 
Dapat berupa perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak ( kreditur dan debitur) dan telah menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Pada umumnya perjanjian yang dibuat adalah perjanjian tertulis dan bermeterai. 

3). Jangka Waktu
Masa yang diberikan kreditur kepada debitur untuk mengembalikan pinjaman yang sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

4). Resiko 
Dengan adanya tenggang waktu yang telah disepakati untuk mengembalikan pinjaman yang akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya pinjaman kredit sehingga resiko tidak terbayarnya hutang tersebut akan ditanggung oleh kreditur. 

5). Balas Jasa 
Memberikan keuntungan atas pembayaran kredit atau jasa yang berupa bunga. Diharapkan bunga tersebut dapat diterima sepenuhnya dengan tidak ada resiko. Fungsi dan Tujuan Kredit Fungsi dari pemberian kredit antara lain sebagai berikut :
  1. Untuk meningkatkan daya guna uang : dengan cara meminjamkan uang secara langsung atau melalui lembaga-lembaga keuangan kepada pengrajin atau pengusaha untuk meningkatkan produksi atau usahanya.
  2. Untuk meningkatkan peredaraan dan lalu lintas uang
  3. Untuk meningkatkan daya guna dan peredaraan uang : melalui penjualan kredit maupun dengan memberi barang-barang dari suatu tempat dan menjualnya ke tempat lain. Selain itu dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut meningkat.
  4. Sebagai alat stabilitas ekonomi, kredit berperan sebagai : pengendali inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
  5. Dapat meningkatkan pemerataan pendapatan : dengan adanya kredit dapat memperluas usahanya dan mendirikankan proyek-proyek baru. Sehingga dapat menampung tenaga kerja, dan akan meningkatkan pemerataan pendapatan.
  6. Dengan adanya kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.
  7. Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Jenis-Jenis Kredit 
Kredit yang dilakukan kepada masyarakat ada beberapa macam antara lain : 
1). Dilihat dari sudut kegunaannya Ada dua macam yakni :
a. Kredit Investor
Kredit ini diberikan kepada perorangan atau perusahaan untuk melakukan Investasi atau penanaman modal.

b. Kredit Modal Kerja
Digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga proses produksi dan operasional perusahaan dapat berjalan dengan lancar baik peningkatan kualitas maupun kuantitas. Selain macam- macam kredit di atas ada beberapa bentuk kredit yang diberikan untuk pengusaha golongan ekonomi lemah antara lain sebagai berikut :

1. Kredit Candak Kulak
Kredit yang diberikan kepada pedagang dengan jangka waktu tiga bulan dengan bunga 1% sebulan. 

2. Kredit Mini 
Kredit yang diberikan untuk usaha kecil di pedesaan, misalnya petani, pedagang, perajin, dan buruh dengan jangka waktu maksimum tiga bulan dan bunga 1 % sebulan harus ada jaminan kredit.

3. Kredit Midi
Kredit yang diberikan kepada nasabah yang dulunya memakai kredit mini.

4. Kredit atas dasar kekayaan
Kredit yang diberikan kepada golongan ekonomi lemah tetapi tetap memperhatikan tambahan jaminan yang tersedia.

5. Dan kredit lainnya((Thomas,2003)
Dalam pemberian kredit akan berpengaruh secara langsung terhadap modal. Modal kerja dapat dikelompokkan menjadi beberapa konsep yaitu : 

1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur. Aktiva lancar merupakan aktiva yang sekali berputar kembali ke bentuk semula. Dana yang tertanam didalamnya akan dapat kembali lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar, dan sering juga modal kerja menurut konsep kuantatif disebut Modal Kerja Bruto (Gross Working Capital). 

2. Konsep Kualitatif 
Modal kerja konsep kualitatif didasarkan pada besar kecilnya jumlah utang lancar atau utang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dana aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan. Sebagian dari aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan agar terjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggangu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar atau sering juga disebut Modal Kerja Neto ( Net Working Capital). 

3. Konsep Fungsional 
Didasarkan pada fungsi dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Modal kerja itu sendiri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu : 

a. Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital) 
Modal kerja permanen harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital dapat dibedakan menjadi dua yakni :

1) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital )
Modal kerja primer adalah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha

2) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Modal kerja normal yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 

b. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) 
Modal kerja variable adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja juga tergantung pada dua faktor yaitu :
  • Periode putaran atau periode berikutnya modal kerja.
  • Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya .

Pengertian Dan Jenis-jenis Iptek

Pengertian Dan Jenis-jenis Iptek 
1. Pengertian
IPTEK, saat kita mendengar hal ini apakah yang ada di benak kita? komputer, mesin-mesin, hanphone? Jika ini yang ada di otak kita maka jawaban tersebut benar. IPTEK adalah singkatan dari Ilmu pengetahuan dan teknologi. Iptek berasal dari dua kata yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pngetahuan biasa disebut dengan sains, yang berasal dari bahasa latin yang berarti mengetahui. Ilmu pengetahuan diatur dengan cara yang metodis, logis dan sistematis. 

Teknologi berasal dari kata techne dan logia. Sedangkan menurut Anglin mendefinisikan teknologi sengai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Teknologi muncul dari suatu masalah. Yang mana kemudian manusia berfikir bagaimana untuk menghadapai masalah tersebut melalui berbagai macam ilmu yang mereka miliki disertai dengan percobaan dan penelitian. 

Kemudian Iskandar Alisyahbana mendefinisikan lebih jelas dan lengkap tentang teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indra ataupun otak. Tanpa disadari untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari mulai dari pagi hingga malam hari kita menggunakan yang namanya IPTEK. Pada tahun 1997 Nana Saodih menyatakan bahwa manusia sudah menggunakan teknologi sejak zaman dahulu kala, seperti memecahkan kemiri dengan menggunakan batu atau memetik buah dengan gala sebagai gambaran teknlogi sederhana. 

2. Jenis IPTEK
Pada umumnya teknologi dibagi menjadi teknologi modern dan teknologi sederhana.teknologi modern adalah teknologi yang memiliki karakteristik mutakhir maksudnya adalah canggih dan lebih praktis jika dibandingkan dengan teknologi sederhana sehingga memudahkan manusia dalam pemanfaatannya. 

Cirri-ciri dari teknologi modern adalah 
  • Padat modal 
  • Mekanis elektris 
  • Menggunakan bahan impor 
  • Berdasarkan penelitian mutakhir. 
Sedangkan yang dimaksud dengan teknologi sederhana adalah teknologi yang memiliki karakteristik sederhana dengan ciri-ciri:
a. Bersifat padat karya
b. Menggunakan keterampilan setempat
c. Menggunakan alat setempat
d. Menggunakan bahan setempat
e. Berdasarkankebiasaan atau pengamatan

Berdasarkan Callahan dan zubair pada tahun 1997 membedakan teknologi kedaalm 5 tipe, hal ini dimaksudkan untuk melihat potensi berbagai macam teknologi dan memahami dampak atas kehidupan manusia.
1. Teknologi konservasi
2. Teknologi perbaikan
3. Teknologi implikasi
4. Teknologi destruktif
5. teknologi kompensatoris

3. Peranan IPTEK dalam pengelolaan lingkungan hidup
Pada dasarnya suka atau tidak suka, amu atau tidak mau manusia tidak akan pernah bisa lepas dari yang namanya IPTEK. Hal ini dikarenakan hamper semua yang kita gunakan adalah bentuk dari pengembangan IPTEK bukan Cuma itu dizaman globalisasi seperti saat ini IPTEK juga digunakan sebagai alat untuk mengukur kemajuan suatu bangsa, semakin canggih atau mutakhir maka bangsa tersebut pun akan semakin menjadi bangsa yang maju. Hal ini dikarenakan peningkatan kualitas dan taraf hidup masyarakat suatu bangsa sangatlah susah dilakukan tanpa adanya bantuan dari teknologi. 

Teknologi diciptakan oleh manusia untuk membantu meringankan segala aktivitas kehidupannya demi kesejahteraan manusia itu sendiri. Banyak sekali produk-produk teknologi yang memiliki peranan positif bagi kehidupan manusia. Berikut adalah contoh-contohnya :

1. Hidroponik.
Hidroponik berasal dari bahasa lati, hydros yang berarti air dan phonos yang berate kerja, maka secara harfiah adalah kerja air. Teknologi ini digunakan untuk menannam tanaman tanpa menggunakan medium tanah. 

2. Biopori
Biopori adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akbibat berbagai aktivitas organisma di dalamnya seperti cacing, rayap, dll. Selain itu biopori pun bisa terbentuk dengan sengaja oleh manusia. Biopori ini berguna untuk mengurangi banjir dikarenakan kemampuan sebidang tanah untuk meresap air semakin meningkat.dan meningkatnya kemampuan tanah untuk meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Selain itu biopori juga berguna sebagai tempat mengubah sampah organic menjadi kompos, mencegah meawabahnya penyakit. 

3. Sumur Resapan
Wakil Presiden Bank Dunia Ismael Serageldin mengatakan berbagai perang pada abad ini dikarenakan oleh minyak bumi si emas hitam, sedangkan perang di masa depan akan dipicu oleh si emas biru atau air. Satu decade dari ucapannya tersebut krisis air terjadi di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Sebab itu, menyelamatkan air bukanlah upaya yang mengada-ada dan bisa dimulai sejak dipekarangan rumah kita sendiri. Caranya adalah dengan membuat sumur-sumur resapan. Sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknis konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa menyerupai bentuk sumur galian dengan kedalaman tertentu, yang diiisi dengan bahan-bahan resapan ( pasir, ijik, batu) secara berlapis sampai rata dengan permukann tanah yang berfungsi sebagai tempat penampungan dan sekaligus peresapan air ke dalam tanah.

4. Briket Sampah.
Saat ini kita harus menghadapai kenyataan yang sangat memprihatinkan dengan mahalnya dan susahnya mendapatkan minyak tanah. Briket sampah adalah sebuah teknologi killen metal berbentuk drum oli yang diatasnya dibentuk cerobong dab ditengah-tengahnya diberi selongsong. Briket samp[ah digunkan untuk pengganti minyak tanah, selain itu juga dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang ada.

Pengertian Iptek Dan Seni Menurut Ahli

Pengertian Iptek Dan Seni Menurut Ahli 
Pengertian IPTEK
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu” sekalipun berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”, “fiqh”, “hikmah”, dan ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, maupun obyeknya. Ilmu yang berarti pengetahuan yang jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk upaya kemanusiaaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya. Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini disebut “knowledge”. Sedangkan ilmu dalam pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun juga merupakan keseluruhan bentu upaya kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi disertai memperhatikan obyek yang ditelaah, cara yang dipergunakan, dan kegunaannya. Dengan demikian, pengetahuan ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan diIndonesiakan dengan sains. (Ensiklopedi Islam, hal.201)

Pengertian Seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah. 

Integrasi Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an Surat Ibrahim (14:24-25). Ayat di atas menganalogikan bangunan Dienul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik, iman diidentikkan dengan akar dari sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam. Ilmu diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi dan seni. QS: Ibrahim :24-25
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada Allah akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan ummat manusia termasuk bagi lingkungannya. Dengan demikian manusia harus selalu meningkatkan kemampuannya dalam ipteknya dan semakin bertambah imannya kepada Allah SWT (QS. Thaha:114 dan QS. Yusuf:72).

Keutamaan Orang yang Berilmu
Seringkali manusia melupakan segi etika atau moral dari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Secara moral adalah normal apabila lingkungan akan memberikan kepada manusia berbagai hal yang akan diketemukannya. bahkan manusia juga harus memberikan toleransi kepada kenyataan bahwa sewaktu-waktu dapat timbul malapetaka bagi kehidupan manusia. Jika manusia dapat berlaku adil dengan semua yang makhiuk hidup di alam ini, maka disini letak kebenaran norma moral yang baik, dimana manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus juga memberikan manfaat kepada manusia lain. 

Manusia dan masyarakat mengembangkan sistem nilai yang sesuai dengan keadaan lingkungan. Manusia menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia, maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Hal inilah yang melahirkan suatu kebiasaan, tradisi dan hukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur pergaulan hidup masyarakat. 

Perilaku manusia merupakan pencerminan dari moral manusia yang dimilikinya. Citra manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam kehidupan bersama dalam kelompok masyarakat. Sebab dalam kehidupan berkelompok itulah terdapat sistem-sistem perlambang yang selanjutnya berfungsi sebagai sumber nilai. Cara manusia mewujudkan diri adalah hasil pilihannya sendiri. Oleh karena itu, apapun pilihannya, manusia sendiri yang bertanggung jawab.

Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Dalam konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy-Syams/91:8). 

Dengan kedua kecenderungan tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. 

Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam, karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

Pengertian Dan Tinjauan Tentang Metacomprehension Siswa Pada Materi Fiqih

Tinjauan Tentang Metacomprehension Siswa Pada Materi Fiqih
1. Pengertian Metacomprehension 
Sebelum kita membahas Metacomprehension terlebih dahulu kita bahas tentang Comprehension (pemahaman). Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu maka belajar berarti harus mengerti maksud dan penerapannya sehingga siswa dapat memahami suatu situasi. Hal ini sangat penting bagi siswa yang belajar karena memahami maksud dari suatu materi, menangkap maknanya adalah tujuan akhir dari setiap belajar. Pemahaman (Comprehension) juga mamiliki arti yang sangat mendasar karena tanpa pemahaman, maka skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. 

Dalam belajar, unsur pemahaman tidak dapat dipisahkan dari unsurunsur psikologis yang lain. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi, subjek belajar dapat mengembangkan fakta-fakta, ide-ide, sehingga dengan gabungan semuanya siswa dapat mempelajari sejumlah data atau materi baik secara berkala maupun secara langsung. Pemahaman (Comprehension) tidak sekedar tahu tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami melalui perhatian, tanggapan, sikap, perubahan tingkah laku dalam belajar. Semakin dalam Comprehension yang diperoleh siswa pada waktu mempelajari materi untuk petama kali, makin baik pula prestasi mengingat kembali pada waktu mengerjakan ulangan.

Dengan demikian diharapkan pemahaman (Comprehension) akan bersifat kreatif dan apabila siswa benar-benar memahami suatu materi maka akan siap memberi jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan dalam proses belajar. Pemahaman (Comprehension) dapat dibedakan menjadi dua macam: 

a. Menurut terjadinya, pemahaman (comprehension) dapat dibagi dalam dua macam: 
  1. Dengan sengaja, ialah dengan sadar dan sungguh-sunguh memahami, hasilnya akan lebih mendalam. 
  2. Tidak sengaja, ialah dengan tidak sadar ia memperoleh sesuatu pengetahuan, hasilnya tidak mendalam dan tidak teratur. 
b. Menurut cara memahaminya, pemahaman (comprehension) dapat dibagi dua macam: 
  1. Secara mekanis, ialah menghafal secara mesin dengan tidak menghiraukan apa artinya. Hasil dari pemahaman ini biasanya tidak akan tahan lama dan cepat lupa. 
  2. Secara logis, ialah menghafal dengan mengenal dan memperhatikan artinya. Hasil dari pemahaman ini akan lebih tahan lama dan tidak cepat lupa. 
Pemahaman atau Comprehension siswa juga dapat terlihat dari tanggapan yang mereka berikan pada materi pelajaran. Tanggapan dapat diartikan sebagai perilaku baru dari siswa sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat ia belajar. Tanggapan juga berarti kemauan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian dengan cara berpatisipasi dalam berbagai bentuk Dengan menggabungkan antara comprehension dan metacomprehension, kategori siswa dapat dibagi menjadi 4 kelompok (Standiford, Sally N. dalam www.vtaide.com): 
  1. High Comprehension-High Metacomprehension (siswa yang tahu dan sadar bahwa dia tahu) 
  2. Low Comprehension-High Metacomprehension (siswa yang tidak tahu dan menyatakan bahwa mereka tidak tahu) 
  3. High Comprehension-Low Metacomprehension (siswa yang tahu tapi berfikir bahwa mereka tidak tahu) 
  4. Low Comprehension-Low Metacomprehension (siswa yang tidak tahu tapi berfikir bahwa mereka tahu) Arti kata Metacomprehension adalah Keterampilan dan kemampuan siswa dalam menilai pemahaman mereka sendiri. 
Kemampuan ini mengacu pada kemampuan pebelajar untuk memonitor tingkat pemahaman mereka terhadap suatu informasi yang disampaikan kepada mereka. Kemampuan ini sangat penting bagi siswa agar mereka dapat selalu menyadari kesalahanya dan berusaha memperbaiki diri. 

Keterampilan Metacomprehension meliputi kemampuan siswa dalam: 
  1. Menentukan tingkat keyakinan diri. 
  2. Membandingkan konsep awal dengan konsep yang baru diperoleh.
2. Penerapan Metacomprehension 
Pada proses pembelajaran strategi metakognitif, siswa dilatih suatu keterampilan untuk menilai kemampuan pemahaman mereka (Metacomprehension) terhadap suatu materi. Keterampilan metacomprehension ini tidak bisa dilakukan secara asalasalan, akan tetapi memerlukan pemahaman (comprehension) yang tinggi. Dalam penerapannya keterampilan metacomprehension membutuhkan media yang bisa dikatakan sangat sederhana. Media yang digunakan adalah Lembar Penilaian Pemahaman Diri (LPPD), yang terdiri dari dua lembar, yaitu LPPD individu dan LPPD kelompok. Metacomprehension bisa dimulai dengan membagi LPPD menjadi dua bagian dengan masing-masing fungsi, yakni pada bagian LPPD individu yang berfungsi sebagai menentukan tingkat keyakinan diri dan pada LPPD kelompok yang berfungsi untuk membandingkan konsep awal dengan konsep yang baru diperoleh dari hasil diskusi dengan bantuan buku siswa. 

Siswa yang memiliki Comprehension tinggi terhadap suatu materi akan bisa langsung mengerjakan soal pada LPPD I, dengan tanpa melihat buku dan bertanya pada teman. Begitu juga pada siswa yang Metacomprehension tinggi akan menjawab dengan benar dalam menentukan tingkat keyakinan dan membandingkan konsep pengetahuannya. Diakhir pelajaran, beri waktu pada siswa untuk melihat kembali LPPDnya, lalu beri mereka kesempatan dari masing-masing kelompok untuk mengungkapkan hasil jawabannya. 

Ketika siswa mengulas kembali jawaban dari LPPDnya, maka dari jawaban-jawaban itu akan memicu pikirannya untuk mengingat apa yang dikatakan pembicara dan juga menghidupkan kembali apa yang siswa pikirkan pada saat itu, hal ini akan sangat berarti bagi siswa dalam membantu mereka memahami materi yang disampaikan guru. enulis pikiran yang ada pada anak didik dengan cara seperti ini akan membantu siswa dalam memusatkan konsentrasi dan mengalihkan pikiran kembali pada apa yang sedang dikatakan oleh guru. 

Indikator-indikator Metacomprehension : 
a) Mampu menentukan tingkat keyakinan atas jawabannya 
  • Yakin bahwa jawabannya yang benar adalah benar 
  • Yakin bahwa jawabannya yang salah adalah salah 
b) Mampu membandingkan konsep 
  • Jika dapat membedakan bahwa pengetahuan yang ia miliki sebelumnya berbeda atau tidak berbeda dengan pengetahuan yang baru diperoleh. 
Tinjauan Tentang Pembelajaran Materi Fiqih di Sekolah
1. Pengertian fiqih 
Fiqih merupakan salah satu materi pelajaran dalam pendidikan agama Islam yang membahas tentang hukum-hukum Islam yang bersifat amali.

Materi ini diberikan dengan tujuan memberikan pemahaman dan pengalaman pada siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul di sekitarnya yang bersifat amaliyah dengan melalui hukum-hukum Islam. 

Pengertian fiqih secara etimologis berarti mengetahui sesuatu secara mendalam yang menghendaki pengerahan potensi akal. Pengertian tersebut dapat kita temukan dalam al-qur’an yang berbunyi :
Artinya: “Sesungguhnya telah kami jelaskan tanda-tanda kebesaran kami kepada orang-orang yang mengetahui”. (QS. Al-An’am : 98) Adapun fiqih secara terminologis adalah hukum-hukum syara’ yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci.

Sedangkan menurut Dr. H. Muslim Ibrahim.M.A. mendefinisikan fiqih sebagai suatu ilmu yang mengkaji hukum syara’ yaitu firman allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf berupa tuntutan, seperti wajib, haram, sunnah, dan makruh atau pilihan yaitu mubah, ataupun ketetapan seperti syarat dan mani’ yaitu kesemuannya digali dari dalil-dalilNya yaitu Al-qur’an dan As-sunnah melalui dalil-dalil yang terinci seperti ijma’, qiyas dan lainlain.

Pembelajaran fiqih dalam kurikulum adalah salah satu bagian dari mata pelajaran PAI yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, penggunaan pengalaman dan pembiasaan. Mata pelajaran fiqih meliputi fiqih ibadah dan fiqih Mu'amalah, yang menggambarkan bahwa ruang lingkup fiqih mencakup perwujudan kesaksian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablunminallah wa hablunminnas). 

2. Tujuan dan fungsi 
a. Tujuan 
Fiqih di Madrasah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat : ƒ 
  • Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terpenuhi dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli. Pengetahuan dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
  • Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar pengalaman tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kekuatan menjalankan hukum Islam, dengan disiplin dan bertanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya. 
b. Fungsi 
Bidang study fiqih berfungsi untuk : ƒ 
  • Menanamakaan nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah SWT, sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. ƒ 
  • Membiasakan pengamalan terhadap hukum Islam pada peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat. ƒ
  • Membuat kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di Madrasah dan masyarakat. ƒ 
  • Meneguhkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta menanamakaan akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin. 
3. Ruang lingkup 
Ruang lingkup fiqih meliputi keserasian keselarasan dan keseimbangan antara : ƒ 
  • Hubungan manusia dengan Allah SWT ƒ 
  • Hubungan manusia dengan sesama manusia ƒ 
  • Hubungan manusia dengan alam dan lingkungan. 
Efektifitas Pembelajaran dengan Strategi Belajar Metakognitif dalam Meningkatkan Metacomprehension Siswa pada Materi Fiqih
Efektifitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan. Dalam upaya meningkatkan efektifitas proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar terbaik sesuai harapan, perencanaan pembelajaran merupakan sesuatu yang mutlak harus dipersiapkan setiap guru, setiap akan melaksanakan proses pembelajaran, walaupun belum tentu semua yang direncanakan akan dapat dilaksanakan, karena bisa terjadi kondisi kelas merefleksikan sebuah permintaan yang berbeda dari rencana yang sudah dipersiapkan, khususnya tentang strategi pembelajaran apa yang diterapkan. Namun demikian, guru tetap diharapkan mampu menyusun perencanaan yang lebih sempurna, sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga semua siswa bisa mengikuti proses kegiatan belajar sesuai harapan, semua siswa bisa memahami bahan-bahan ajar yang ditawarkan, semua siswa bisa memperoleh berbagai pengalaman baru dalam menambah kompetensinya sesuai hasil belajar mereka. 

Untuk dapat membuat perencanaan yang baik dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang ideal, setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, antara lain, kebutuhankebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang dapat dicapai, berbagai strategi belajar yang relevan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dan kriteria evaluasi. Bersamaan dengan itu, peran guru dalam mengembangkan strategi belajar metakognitif ini sangat penting, karena aktivitas siswa belajar sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru dalam kelas. Jika mereka antusias, memperhatikan aktivitas dan kebutuhan-kebutuhan siswa, maka siswa-siswa tersebut akan mengembangkan aktivitas belajarnya dengan baik, antusias, giat, dan serius. Efektifitas pengajaran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi belajar metakognitif pada materi fiqih ini, merupakan sejauh mana tujuan pengajaran yang diinginkan telah tercapai melalui kegiatan belajar mengajar dan sejauhmana siswa mengalami perubahan tingkah laku. Dalam meningkatkan metacomprehension siswa, khususnya pada materi fiqih maka seorang guru dituntut untuk dapat menggunakan strategi mengajar yang tepat maka dari itu salah satu usaha guru dalam rangka meningkatkan metacomprehension siswa pada materi fiqih adalah dengan menggunakan strategi belajar metakognitif. 

Pebelajar yang dapat mengembangkan kemampuan metakognitif dengan baik akan melakukan hal-hal berikut: 
  1. Percaya bahwa diri mereka dapat belajar; 
  2. Membuat penilaian yang tepat tentang penyebeb keberhasilan mereka dalam belajar; 
  3. Memikirkan penyebab ketidaktepatan ketika terjadi kesalahan dalam tugas; 
  4. Aktif mencari informasi untuk memperluas daftar strategi belajar mereka; 
  5. Mencocokkan strategi dengan tugas belajar, membuat penyesuaian ketika dibutuhkan; 
  6. Meminta petunjuk kepada teman sebaya atau guru;
  7. Menggunakan waktu untuk berfikir tentang pemikiran mereka sendiri; 
  8. Memandang diri mereka sendiri sebagai pebelajar dan pemikir terus menerus. 
Maka dari itu, penggunaan strategi belajar metakognitif sangat penting untuk memberikan pemahaman yang baik serta untuk meningkatkan metacomprehension siswa dalam materi fiqih. Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa penggunaan strategi belajar metakognitif sangat efektif dalam meningkatkan metacomprehension siswa terutama pada materi fiqih

Pengertian Dan Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran PAI

Tinjauan Tentang Efektivitas Pembelajaran PAI
Barangkali memang agak kesulitan untuk mengukur efektivitas/efisiensi dari suatu pembelajaran. Disamping variabel yang diukur itu banyak jumlahnya dan tiap orang membutuhkan variabel yang berbeda satu sama lain, juga alat ukur yang dipakai sangat relatif, sehingga hasil penilaian menjadi bersifat subjektif. 

Mengajar dikatakan ‘seni’ (art), karena memang mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, bakat dan kreativitas.

Dikatakan pula sebagai ‘ilmu pengetahuan’ (science), karena dalam mengajar itu diperlukan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan dan juga penguasaan terhadap keterampilan didalam memberikan bahan ajar tersebut. dengan demikian, maka seorang pengajar memerlukan keahlian dalam memilih dan melaksanakan cara mengajar yang terbaik agar ilmu pengetahuan tersebut dapat diberikan dengan baik di kelas dan mereka yang belajar (siswa) dapat menerimanya dengan baik pula. Mungkin dalam hal ini hanya mampu memberikan ciri-cirinya saja menurut beberapa pakar pendidikan.

Agar mendapat pemahaman yang utuh tentang efektivitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran PAI, maka terlebih dahulu kita pahami pengertian pembelajaran yang efektif secara umum sebagaimana berikut;

1. Pengertian Tentang Pembelajaran Yang Efektif
Dalam pengertian pembelajaran yang efektif (teaching effectiveness) tidak terlepas dari cara mengajar yang efektif /efisien, karena dalam pembelajaran yang memiliki peran utama sebagai subjek aktif ’manajer’ dalam mengolah kelas adalah pengajar (guru). Seperti dijelaskan sebelumnya, dalam menilai aktivitas seorang dalam mengajar adalah relatif sekali. Namun demikian ada baiknya disajikan beberapa pendapat dari para ahli pendidikan,diantaranya sebagai berikut:
  • Menurut Slamento, mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar siswa menjadi efektif pula. Belajar disini adalah suatu aktivitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah.
  • Menurut Medley, ada empat karakteristik dari mengajar yang efektif, yaitu:
  1. Penampilan mengajar (penguasaan bahan ajar), termasuk persiapan dalam mengajar;
  2. Cara mengajar (pemilihan model instruksi, alat bantu mengajar dan evaluasi yang dipakai);
  3. Kompetensi dalam mengajar;
  4. Pengambilan keputusan yang bijaksana;
  • Kalau menurut Shachelford dan Henak, bahwa pengajar yang efektif didefinisikan sebagai berikut: “Effective teacher are knowledgable about the theories of presentation, learning, and learner characteristics”.
Jika diperhatikan pengertian tersebut adalah apa yang selama ini lebih dikenal dalam proses belajar-mengajar, yaitu bahwa mengajar harus menguasai:
  1. Apa yang diajarkan;
  2. Teori pengajaran (pemilihan instructional design) yang relevan;
  3. Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar yang diberikan);
  4. Karakteristik siswa.
Dalam pada itu Shachelford dan Henack berpendapat bahwa cara pengajaran yang efisien akan terbentuk kalau pengajarnya juga bertindak efisien. Sebab pengajar bertindak sebagai manajer yang harus mengambil keputusan untuk aktivitas yang ia lakukan di kelas agar berjalan secara efektif/efisien. Dari pengertian tersebut, paling tidak seorang pengajar perlu melakukan tiga kegiatan apabila dikehendaki mengajar yang efektif, yaitu membuat persiapan atau perencanaan yang baik, melaksanakan pengajaran yang baik pula dan membuat evaluasi.

Melakukan persiapan atau perencanaan pengajaran adalah tahapan yang sangat penting, karena pada tahapan persiapan dan perencanaan inilah pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan baik pula.

Mengenai tahapan pesiapan apa saja yang perlu dilakukan, hal tersebut dapat dilihat secara garis besar pada gambar.
Gambar Flowchart Persiapan Melakukan Pengajaran

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Pembelajaran
Dalam lingkup mikro, pendidikan diwujudkan melalui proses pengajaran, baik di dalam atau di luar kelas. Proses ini berlangsung melalui interaksi antara guru dengan siswa dalam situasi pengajaran yang bersifat edukatif (mendidik).

Melalui proses pengajaran ini, siswa akan berkembang ke arah pembentukan manusia sebagaimana tersirat dalam tujuan pendidikan. Agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka guru harus mampu menciptakan proses pengajaran dalam suasana pembelajaran dan pengajaran yang baik.
Proses pembelajaran yang efektif dapat dibentuk melalui pengajaran yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berpusat pada siswa
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan, siswa merupakan subjek uatama.
Segala bentuk aktivitas hendaknya diarahkan untuk membantu perkembangan siswa. Keberhasilan proses pembelajaran dan pengajaran terletak dalam perwujudan diri siswa sebagai pribadi mandiri, pelajar efektif dan pekerja produktif.

b. Interaksi edukatif antara guru dengan siswa
Dalam proses pembelajaran, hendaknya terjalin hubungan yang bersifat edukatif atau mendidik dan mengembangkan. Interaksi antara guru dengan siswa, hendaknya berdasarkan sentuhan-sentuhan psikologis yaitu adanya saling pemahaman antara guru dengan siswa, rasa percaya diri dapat ditumbuhkan dalam suasana seperti itu.

c. Suasana demokratis
Dalam suasana demokratis semua pihak memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi dan potensinya, sehingga dapat memupuk rasa percaya diri, dan pada gilirannya dapat berinovasi dan berkreasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.

d. Variasi metode mengajar
Methode mengajar yang digunakan guru, hendaknya sedemikian rupa bervariasi sesuai dengan tjuan dan bahan yang diajarkan. Dengan metode mengajar yang bervariasi dapat membuat siswa lebih senang dan bersemangat dalam belajar, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang lebih baik.

e. Guru professional
Proses pembelajaran yang efektif hanya mungkin terwujud apabila dilaksanakan oleh guru profesionaldan dijiwai jiwa profesionalisme yang tinggi. Guru professional ialah guru yang memiliki keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi, serta memiliki rasa kebersamaan dengan
sejawatnya. Mereka mampu melaksanakan fungsi-fungsinya sebagai pendidik yang bertanggung jawab mempersiapkan siswa bagi peranannya dimasa depan. Dengan jiwa profesionalisme, guru mencintai pekerjaannya dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi dan tanggung jawab.

f. Bahan yang sesuai dan bermanfaat
Bahan yang diajarkan adalah bersumber dari kurikulum yang ditetapkan secara baku. Tugas guru ialah mengolah bahan pengajaran menjadi sajian yang dapat dicerna oleh siswa secara tepat dan bermakna. Untuk itu bahan yang diajarkan hendaknya sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungannya, sehingga memberikan makna dan faedah bagi siswa.

g. Lingkungan yang kondusif
Pendidikan di sekolah dan di luar sekolah tidak boleh dilepaskan dari lingkungannya. Lingkungan yang kondusif ialah lingkungan yang dapat menunjang bagi proses pembelajaran-pengajaran secara efektif.

h. Sarana belajar yang menunjang.
Proses pembelajaran dan pengajaran akan berlangsung secara efektif apabila ditunjang dengan sarana yang baik. Sarana tersebut adalah berupa alat Bantu mengajar, laboratorium, aula, mushola, lapangan olah raga, perpustakaan,dsb. 

Dalam pembelajaran agama islam, pada materi tertentu mengharuskan untuk menggunakan media agar pembelajaran lebih efektif, seperti merawat jenazah, wudhu, tayamum, khutbah,dsb. Untuk lebih jelasnya, kedudukan media dalam proses pembelajaran dapat diilustrasikan seperti terlihat pada Gambar.
Gambar Kedudukan media dalam Penyampaian Pesan Pembelajaran

Dalam pembelajaran dan pengajaran yang efektif ini dapat dikemukakan pandangan lain yang yang dapat menjadi pertimbangan juga. Pandangan ini mengatakan bahwa mengajar yang efektif perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
  1. Penguasaan bahan pelajaran; guru harus menguasai bahan pelajaran sebaik mungkin, sehingga dapat membuat perencanaan pelajaran dengan baik, memikirkan variasi metode, cara memecahkan persoalan dan membatasi bahan, membimbing siswa ke arah tujuan yang diharapkan, tanpa kehilangan kepercayaan terhadap dirinya.
  2. Cinta kepada yang diajarkan; guru yang mencintai pelajaran yang diberikan, akan berusaha mengajar dengan efektif, agar pelajaran itu dapat menjadi milik siswa sehingga bagi kehidupan kelak. Guru yang cinta pada pekerjaannya akan menyadari pula bahwa mengajar adalah profesinya, sehingga pantang mundur walaupun banyak mengalami kesulitan dalam tugasnya. Ia berusaha mengatasinya dengan ketekunan, kesabaran dan keteladanan.
  3. Pengalaman pribadi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; guru perlu meneliti hal-hal tersebut termasuk kemampuan dan prestasi siswa, dengan cara apa saja yang dapat mengungkap masalah itu.
  4. Variasi metode; sebagaimana penjelasan sebelumnya, jika guru hanya menggunakan salah satu metode maka pembelajaran akan membosankan, siswa tidak tertarik pada materi yang diajarkan. Dengan metode yang bervariasi dapat meningkatkan motivasi dan prestasi siswa dalam belajar.
  5. Seorang guru mengajar harus memberikan pengetahuan yang actual dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Pengetahuan yang actual akan menarik minat siswa, sehingga pelajaran guru akan menimbulkan rangsangan yang efektif bagi proses belajar siswa.
  6. Guru harus berani memberikan pujian (reward); pujian yang diberikan dengan tepat dapatt mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif, daripada guru yang selalu mengkritik dan mencela. Pujian dapat menjadi motivasi belajar yang positif bagi siswa.
  7. Menimbulkan semangat belajar secara individual; masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam pengalaman, kemampuan dan sifat-sifat pribadi yang lain, sehingga dapat memberikan kebebasan dan kebiasaan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan penuh inisiatif dan kreatif dalam pekerjaannya.

Pembelajaran yang efektif bukan lagi menjadi wacana dalam pendidikan, namun menjadi tuntutan dalam profesi pendidikan. Di masyarakat modern mengajar efektif dituntut dengan sendirinya pada para pengajar karenaperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian pesatnya.

Berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan proses pembelajaran dan pengajaran yang efektif, senada dengan hal itu, Heri Jauhari berpendapat, untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif adalah sebagai berikut:
  • Melibatkan anak/peserta didik secara aktif.
  • Menarik perhatian dan membangkitkan motivasi.
  • Memperhatikan perbedaan individual anak/peserta didik.
  • Manarik/membangkitkan minat dan bakat peserta didik.
  • Menerapkan ilmu pengetahuan ke dalam dunia nyata.
Kemudian supaya terwujud proses pengajaran yang efektif bisa dilakukan dengan cara:
  • Panyampaian materi pengajaran dengan bahasa yang jelas dan menarik.
  • Menggunakan metode yang bervariasi
  • Adanya korelasi antara materi dengan humor
  • Menggunakan alat peraga yang tepat
  • Memberikan penghargaan dan hukuman yang mendidik, serta sesuai dengan perbuatannya.
Melalui pemaparan berbagai hal mengenai beberapa factor yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran maupun pengajaran tersebut semoga akan terwujud pendidik-pendidik yang professional sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang efektif. Namun perlu juga kita perhatikan faktor yang menghambat efektivitas pembelajaran itu sendiri, sebagaimana yang akan diuraikan pada pembahasan berikutnya.

3. Faktor-faktor Yang Menghambat Efektivitas Penbelajaran Dan Cara Mengatasinya
Secara teoritis dapat dikatakan bahwa pembelajaran maupun pengajaran yang tidak efektif adalah karena kriteria mengajar yang baik dan efisien seperti yang dijelaskan di atas tidak dipenuhi. Namun dalam praktek, karena situasi dan kondisi setempat, maka sumber ketidak efektifan mengajar ini juga sangat kondisional. Dari beberapa literatur ditemukan beberapa penyebab mengapa pembelajaran tidak efektif, diantaranya adalah menurut Schackelford dan Henack sumber ketidak efektifan mengajar itu disebabkan berbagai faktor antara lain sebagai berikut:
  1. Bahan ajar diberikan dengan cara kaku (tidak fleksibel), sehingga terkesan bahwa pengajaran tersebut terasa ‘kering’ dan ‘tidak menarik’ 
  2. Pengajar memberikan bahan ajar dengan membaca saja, tanpa diselingi dengan penggunaan dengan penggunaan alat Bantu pengajaran (aspek ‘mendengar’ lebih banyak daripada ‘aspek melihat’).
  3. Tidak ada variasi dalam cara mengajar, tidak ada penekanan terhadap mana materi yang penting dan aspek mana yang kurang penting.
  4. Pembicaraan sering menyimpang dari silabus yang ditetapkan.
  5. Penyampaian bahan ajar yang sulit, tidak dapat dijelaskan secara baik, sehingga siswa sulit memahaminya.
  6. Tugas-tugas yang diberikan siswa sering berubah-ubah dari yang semula ditetapkan sehingga menyulitkan siswa untuk mengatur waktu penyelesaian.
  7. Pengorganisasian yang acak-acakan, sehingga pemberian bahan ajar menjadi kurang sistematis.
  8. Tidak mau atau hanya sedikit menerima umpan balik dari siswa atau pun dari teman sejawatnya.
  9. Penilaian yang kurang adil atau tidak objektif.
  10. Kurang menyenangi tugas atau profesinya sebagai pengajar.
  11. Sulit untuk ditemui atau dicari siswa saat siswa dalam kesulitan memahami pelajaran dan perlu bimbingan.
  12. Sombong dan tinggi hati, sehingga tidak memerlukan komentar atau umpan balik dari orang lain.
Disamping yang diuraikan diatas, masih terdapat pula beberapa hal yang membuat pengajaran tidak efektif. Antara lain sebagaimana yang diuraikan oleh Soekartawi seperti berikut:
  1. Pengajar tidak cukup waktu dalam melaksanakan pengajaran
  2. Karena sibuknya pengajar yang bersangkutan, sehingga ia sering mengubahubah waktu pengajaran, akibatnya siswa kurang siap mengikuti pembelajaran.
  3. Alokasi waktu yang kurang tepat, missal karena keterbatasan ruangan.
  4. Aaalokasi tempat pembelajaran yang terpencar-pencar, sehingga kurang bisa tepat waktu.
  5. Waktu pengajaran yang berbenturan aktivitas akademik lain, seperti rapat – rapat maupun undangan yang datang mendadak.
  6. Pengajar tidak mempunyai alternatif dalam penentuan buku wajib bagi siswa.
  7. Terbatasnya tenaga pengajar, sehingga sebagian pengajar mengajar yang sebenarnya bukan profesinya di bidang tersebut.
  8. Bahan ajar yang diberikan ‘itu-itu saja’ , menggunakan metode lama tanpa ada variasi mengajar yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  9. Buku wajib yang ditentukan berbahasa asing, padahal banyak sekali siswa yang belum paham basa yang digunakan dalam buku tersebut.
Masih banyak pendapat lain yang menjadi faktor ketidak efektivan dalam pembelajaran, yang tentunya tidak dapat kami uraikan satu persatu. Terlepas dari berbagai pendapat diatas, maka setiap pendidik berkewajiban untuk meningkatkan kualitas pengajaran yang tak terbatas waktu dan tempat, apabila ingin menjadi guru yang baik. Walaupun banyak factor yang menyebabkan pengajaran tidak efektif, namun untuk tujuan yang pragmatis, maka Shackelford dan Henack menyarankan enam factor yang perlu mendapat prioritas untuk dikerjakan. 

Keenam factor tersebut adalah:
  • Jujurlah pada anda sendiri. Sekiranya ada kekurangan anda dalam mengajar, maka terimalah kritik atau saran oran lain untuk memperbaiaki kekurangan anda tersebut.
  • Hindari pemberian bahan ajar yang tidak terfokus pada satu permasalahan. Sebab bila anda memberikan apa saja tanpa arahan yang jelas, maka anda akan kehilangan topic mana yang penting dan mana yang kurang penting. c. Tuliskan apa yang anda berikan, walaupun itu hanya satu atau beberapa lembar agar siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran dan anda sendiri tidak kehilangan arah dalam memberikan pengajaran.
  • Ikuti penataran atau seminar singkat tentang cara pengajaran yang baik yang dilakukan instansi terkait. Sebab dengan belajar pada orang lain yang mempunyai skill tentang itu adalah sangat baik untuk meningkatkan skill anda sendiri.
  • Cari umpan balik dari cara anda memberikan bahan ajar dilihat dari aspek apa saja, apakah cara anda mengajara, pemilihan alat Bantu mengajar atau yang lainnya.
  • Carilah ide-ide baru untuk meningkatkan cara anda mengajar. 
Berbagai penelitian tentang efektivitas pengajaran ini telah banyak dilakukan dan diterbitkan oleh berbagai surat kabar, majalah, maupun berbagai buku. Dari berbagai pendapat, maka pengajaran yang efektif akan terjadi kalau pengajar melakukan:
  • Persiapan atau perencanaan
  • Pelaksanaan dengan baik
  • Penilaian (evaluasi) yang baik.
Yang dimaksud evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses belajar mengajar dimana guru berinteraksi dengan siswa. Evaluasi performance artinya penilaian yang berkenaan dengan seluruh kegiatan yang dilakukan, baik kegiatan mengajar maupun kegiatan belajar, sampai sejauhmana tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Penilain tersebut dapat dilakukan dengan fase pertama bersifat formatif, dan fase kedua bersifat sumatif.

Hasil analisis data yang diperoleh melalui evaluasi tersebut dapat dijadikan umpan balik (feedback) untuk merevisi hal-hal atau kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pengajaran tersebut, atau pelaksanaannya, sehingga dengan adanya umpan balik diharapkan perencanaan selanjutnya dapat direvisi dan lebih dimantapkan sebagaimana mestinya.

Bila diteliti secara mendetail, evaluasi yang dilakukan bukan sekedar menilai hasil belajar siswa saja, akan tetapi dalam arti yang lebih luas berupa kegiatan; pengumpulan data tentang materi dan kemampuan siswa, memantau proses belajar mengajar, dan mengatur pencapaian tujuan pengajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar

Gamnbar Analisi evalusi sebagai umpan balik

Akhirnya, dari beberapa pendapat tentang efektivitas pembelajaran tersebut, marilah kita tengok bagaimana efektivitas pembelajaran PAI itu sendiri. Dalam pendidikan Islam baik proses maupun hasil belajar selalu interen dengan keislaman; keislaman melandasi aktivitas belajar, menafasi perubahan yang terjadi serta menjiwai aktivitas berikutnya. 

Perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar beranjak dari taksonomi Bloom meliputi domain-domain sebagai berikut:
  1. Kognitif; meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
  2. Afektif; meliputi perubahan-perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesadaran.
  3. Psikomotor; meliputi perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik.
Strategi atau pendekatan yang dipakai dalam pengajaran agama Islam lebih banyak ditekankan pada suatu model pengajaran ”seruan” atau ”ajakan” yang bijaksana dan pembentukan sikap manusia (afektif), sehingga tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Sebagaimana terkandung dalam Al-Qur’an surat An-Nahl: 125.
Artinya: ”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...”

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk ”meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan benegara”, sebagaimana yang temuat dalam GBPP PAI tahun 1994. Secara skematis hakikat belajar dalam kerangka pendidikan islam dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar Hakikat belajar dalam kerangka pendidikan Islam

Keseluruhan proses belajar berpegang pada prinsip-prinsip Al-Qur’an dan sunah dan terbuka untuk unsur-unsur luar secara adaptif yang ditilik dari perspektif keislaman. Tujuan akhir berupa pembentukan orientasi hidup secara  menyeluruh sesuai dengan kehendak Tuhan (bermakna ibadah) dan konsisten dengan kekhalifahannya.

Dalam khazanah pemikiran pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah “untuk beribadah kepada Allah SWT.” sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an bahwa “tujuan Tuhan menciptakan jin dan manusia adalah agar mereka menyembah kepada-Nya”. Ibadah itu mencangkup segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia, baik berupa amal perbuatan, pikiran maupun perasaan yang selalu diarahkan kepada Allah SWT.

Dari sini dapat pahami tentang efektivitas pembelajaran PAI, untuk mengukur efektivitas pembelajaran PAI tidak hanya ditentukan dalam proses pembelajan saja, meskipun secara kognitif pemahanan siswa terhadap materi juga penting, akan tetapi jauh lebih penting dan lebih efektif lagi jika hasil pembelajaran PAI tersebut tidak hanya membekas di kepala, namun juga dapat dilihat dari perubahan tingkah laku serta aktivitas keseharian siswa yang mengarah pada pendidikan agama islam secara kaffah (menyeluruh).

Korelasi Teori Belajar Sibernetik Dalam Efektivitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
Belajar merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar dalam Islam. Ajaran Islam mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap belajar. Nabi Muhammad SAW. sebagai pendidik agung dari lahir sampai meninggal, dan menjadikan belajar itu sebagai kewajiiban utama bagi setiap muslim. Dan bahkan ayat pertama turun kepada Rasulullah adalah suatu perintah untuk membaca. Jika ditinjau dari aspek psikologis, menurut pendapat Prof. Dr. Hasan Langgulung bahwa perintah ”membaca” dalam ayat pertama tersebut melibatkan proses mental yang tinggi, yaitu proses pengenalan (cognition), ingatan (memory), pengamatan (reasoning) dan daya kreasi (reativity).

Sementara itu, sering terjadi diskusi, apakah Islam mempunyai konsep tersendiri mengenai pendidikan (Pendidikan Islam) ataukah tidak. Sebagian beranggapan bahwa ajaran Islam tidak mempunyai konsep tersendiri mengenai pendidikan. Hal ini berdasarkan kenyataan sejarah bahwa Islam selalu menerima dan berasimilasi serta beradaptasi bahkan mengadopsi system dan lembaga kependidikan dari lingkungan social budaya dan peradaban masyarakat yang dijumpainya.

Namun demikian, alasan tersebut tidaklah sepenuhnya benar. Memang fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam selalu berintegrasi dan beradaptasi, bahkan mengadopsi system dan lembaga kependidikan serta sosial budaya lainnya yang dijumpai dan dimasukinya. Ternyata dalam proses integrasi dan adaptasi tersebut, Islam tidak pernah kehilangan sama sekali identitas dan karakteristik dasarnya. Bahkan sebaliknya, kemudian terjadi proses Islamisasi terhadap system dan lingkungan sosial budaya yang dimasukinya sedemikian rupa sehingga berkembang menjadi system dan lingkugan social budaya yang Islami, dan hilang identitas dan karakteristik lamanya.

Teori belajar dan pembelajaran mendeskripsikan pengetahuan tentang bagaimana seseorang itu belajar dan membelajarkan seseorang. Kualitas pembelajaran oendidikan Islam sangat bergantung pada bagaimana pembelajaran itu dirancang. Landasan ilmiah yang diperlukan oleh perancang pembelajaran berupa pengetahuan ilmiah tentang bagaimana seseorang belajar termasuk belajar PAI dan pengetahuan ilmiah tentang proses dan hasil belajar PAI. oleh karena itu setiap merencanakan kegiatan pembelajaran dibutuhkan pemahaman teori belajar dan pembelajaran.

Teori belajar menaruh perhatian pada apa yang terjadi selama seseorang melakukan kegiatan belajar. Sedangkan teori pembelajaran menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Teori belajar bersifat deskriptif dalam membicarakan bagaimana seseorang belajar (proses belajar). Dari bagaimana seseorang belajar ini, akan dijadikan landasan dalam menetapkan cara bagaimana dapat membelajarkan seseorang. Sedangkan teori pembelajaran bersifat preskriptif, berarti menjelaskan apa yang seharusnya dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah belajar. 

Sejalan dengan uraian diatas, sebagaimana yang menjadi asumsi dalam teori belajar sibernetik, bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Setiap individu memiliki karakteristiknya sendiri. Dalam kedudukannya ditengah-tengah komunitas masing-masing memiliki perbedaan individual (alfarq al-fardiyah), Al-Qur’an menegaskan adanya perbedaan struktur dan status social. Abilitas dan bobot setiap individu berlainan. Adanya perbedaan individual menunjukkan pula adanya perbedaan kondisi belajar setiap orang. Agar setiap individu dapat berkembang secara optimal dalam berbagai dimensi, diperlukan orientasi yang pararel dengan kondisi yang dimilikinya; dituntut penghargaan guru akan individualitas.

Dalam proses belajar mengajar yang optimal (efektif), terjadi komunikasi dua arah (two way communication) atau lebih (multy way communication) antara pengajar dan pelajar, tidak hanya komunikasi satu arah saja (one way communication). Dalam komunikasi multi arah, umpan balik (feedback) terjadi tidak hanya dari guru-siswa tapi juga bisa terjadi antar siswa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
Gambar Komunikasi multi arah antar guru dengan siswa dan siswa dengan siswa

Dalam hubungan (korelasi) antara teori belajar sibernetik dalam efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), marilah kita tengok dari uraian tentang teori belajar sibernetik maupun efektivitas pembelajaran, lalu kita bandingkan asas Islami yang diterapka oleh Rasulullah SAW dalam pendidikan menurut Drs.Muhammad Tholib,antara lain sebagai berikut:
  1. Mengulang-ulang (supaya mudah dipahami).
  2. Sedikit demi sedikit/bertahap (supaya mudah dikuasai).
  3. Memilih yang paling ringan (algoritmik atau heuristik)
  4. Mudah dan luwes (pembelajaran yang fleksibel)
  5. Dalam kondisi segar (supaya lebih konsentrasi).
  6. Memilih waktu yang tepat.
  7. Memperhatikan bakat/potensi peserta didik.
  8. Mengikuti kecenderungan anak/peserta didik. 
  9. Mengetahui tingkat kemampuan anak/peserta didik.
  10. Berjenjang/sesuai tahapan usia anak.
  11. Stabil dan berkelanjutan (dalam mengamalkan ilmu)
  12. Menyesuaikan perlakuan dengan martabat/keadaan.
  13. Menguji kemampuan/keterampilan (evaluasi).
  14. Adil (dalam berbuat, bersikap, dan memutuskan).
  15. Bertanya kepada ahlinya (feedback) sehingga tercipta komunikasi multi arah.
Dari uraian yang bersumber dari berbagai pustaka tersebut, selanjutnya penulis akan melakukan penelitian dan mengumpulkan data dari lapangan lokasi penelitian, dengan menggunakan metode penelitian sebagaimana yang akan diuraiakan pada pembahasan berikutnya.

Pengertian Dan Tinjauan Tentang Teori Belajar Sibernetik Menurut Para Ahli

Tinjauan Tentang Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada, seperti teori belajar behavioristik, konstruktivistik, humanistik , maupun teori belajar kognitif.

Seolah-olah teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.

1. Pengertian Teori Belajar Sibernetik
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ’Cybernetic’ yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik. 

Kata ’cybernetic’ yang selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah ’sibernetik’ pertama kali dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institut of Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intellidence). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi.

Sejalan dengan pengertian tersebut, M.R.Abror mendefinisikan:
”Cybernetik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik”.

Teori ini berkembang dengan sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. 

Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi (penyampaian materi). Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.

Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Robert Gagne, Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson. KonsepsiLanda dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga termasuk teori sibernetik. Masing-masing akan diuraikan secara singkat dalam pembahasan selanjutnya.
 
2. Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernetik
Dalam teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi, yaitu yaitu bagaimana kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi.

Selanjutnya digunakan acuan oleh seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam penyampaian informasi kepada siswa lebih efektif. 

Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambang/simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal.

Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi.
Oleh sebab itu untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, ada baiknya di sini dikemukakan definisi komunikasi. Menurut Geralt R.Miller:
”komunikasi terjadi dari suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.

Sedangkan menurut Keith Davis: ”komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain”. Melalui komunikasi guru sebagai sumber menyampaikan informasi, yang dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non-verbal. Sebaliknya siswa akan  menyampaikan beberapa pesan sebagai respon kepada guru (feedback) sehingga terjadi komunikasi dua arah.

Robert Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas:

a. Informasi verbal
Ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau secara lisan. Informasi verbal bisa berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan berbagai hal dalam bentuk verbal.

b. Kecakapan intelektual
Ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencangkup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum. Kecakapan ini sangat diperlukan dalam
menghadapi pemecahan masalah.

c. Strategi kognitif
Ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola (management) keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini mengarah pada kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktifitas yang efektif.

d. Sikap
Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan di dalam diri individu yang akan memberi arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi sutu objek atau rangsangan.

e. Kecakapan motorik
Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan gerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencangkup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Dalam teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran. 

Dalam pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  • Menentukan tujuan pembelajaran.
  • Menentukan materi pembelajaran.
  • Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
  • Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
  • Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasi
  • Manyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.

3. Proses Berpikir Algoritmik dan Heuristik dalam Teori Belaja Sibernetik
Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa. Ia membedakan ada dua macam proses berpikir , yaitu proses berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristik.
  • Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan menjalankan mesin mobil, dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secara berurutan.
  • Proses berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah, dalam pembelajaran biasa dikenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah sosial dari sebuah materi pembelajaran).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.

Misalnya dalam memahami definisi Al-Qur’an, akan lebih efektif bila sebelum siswa memahami definisi menurut para pakarnya, terlebih dahulu siswa diberikan kesempatan berpikir sesuai dengan imajinasinya mengenai definisi Al-Qur’an dari bentuk kongkrit Al-Qur’an yang dibawa guru ke ruang kelas. Hal tersebut tentunya dengan arah berpikir yang terkontrol oleh guru pengajar, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik atau linier.

4. Aplikasi Teori Belajar Siberneti dalam Kegiatan Pembelajaran
Model pembelajaran sibernetik yang sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan umpan balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan siswa dalam memahami, jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu dilakukan. Sebaliknya, umpan balik dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.

Funsi guru dalam hal ini adalah: merencanakan, mempersiapkan dan melengkapi perangsang yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan sebagainya) dan masukan referensial (objek dan peristiwa-peristiwa) yang akan membawa kepada konsep informasi yang cocok untuk membimbing siswa memanipulasikan proses konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari sebuah latihan/pembelajaran.

Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru. 

Langkah-langkah tersebut adalah:
  1. Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa
  2. Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan dibahas
  3. Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran
  4. Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
  5. Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
  6. Memberikan peneguhan kepada prilaku pembelajaran siswa.
  7. Memberikan umpan balik terhadap prilaku yang ditunjukkan siswa
  8. Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
  9. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.

Pengertian Dan Tujuan Konstitusi Menurut Para Ahli

Pengertian Konstitusi Menurut Para Ahli 
  • K.C. Wheare, konstitusi adalah keseluruhan sistem ketaatanegaraaan suatu negara yang berupa kumpulan peraturan yang membentuk mengatur /memerintah dalam pemerintahan suatu negara.
  • Herman heller, konstitusi mempunyai arti luas daripada UUD. Konstitusi tidak hanya bersifat yuridis tetapi juga sosiologis dan politis
  • Lasalle, konstitusi adalah hubungan antara kekuasaaan yang terdapat di dalam masyarakat seperti golongan yang mempunyai kedudukan nyata di dalam masyarakat misalnya kepala negara angkatan perang, partai politik dsb
  • L.j Van Apeldoorn, konstitusi memuat baik peraturan tertulis maupun peraturan tak tertulis
  • Koernimanto soetopawiro, istilah konstitusi berasal dari bahasa latin cisme yang berarati bewrsama dengan dan statute yang berarti membuat sesuatu agar berdiri. Jadi konstitusi berarti menetapkan secara bersama.
  • Carl schmitt membagi konstitusi dalam 4 pengertian yaitu:

a) Konstitusi dalam arti absolut mempunyai 4 sub pengertian yaitu; 
  1. Konstitusi sebagai kesatuan organisasi yang mencakup hukum dan semua organisasi yang ada di dalam negara. 
  2. Konstitusi sebagai bentuk negara 
  3. Konstitusi sebagai faktor integrasi 
  4. Konstitusi sebagai sistem tertutup dari norma hukum yang tertinggi di dalam negara 
b) Konstitusi dalam artoi relatif dibagi menjadi 2 pengertian yaitu konstitusi sebagai tuntyutan dari golongan borjuis agar haknya dapat dijamin oleh penguasa dan konstitusi sebagai sebuah konstitusi dalam arti formil (konstitrusi dapat berupa terttulis) dan konstitusi dalam arti materiil (konstitusi yang dilihat dari segi isinya)
c) konstitusi dalam arti positif adalah sebagai sebuah keputusan politik yang tertinggi sehingga mampu mengubah tatanan kehidupan kenegaraan
d) konstitusi dalam arti ideal yaitu konstitusi yang memuat adanya jaminan atas hak asasi serta perlindungannya.

Tujuan Konstitusi
1) Membatasi kekuasaan penguasa agar tidak bertindak sewenang – wenang maksudnya tanpa membatasi kekuasaan penguasa, konstitusi tidak akan berjalan dengan baik dan bisa saja kekuasaan penguasa akan merajalela Dan bisa merugikan rakyat banyak
2) Melindungi Ham maksudnya setiap penguasa berhak menghormati Ham orang lain dan hak memperoleh perlindungan hukum dalam hal melaksanakan haknya.
3) Pedoman penyelengaraan negara maksudnya tanpa adanya pedoman konstitusi negara kita tidak akan berdiri dengan kokoh.

Nilai Konstitusi
Karl Laewenstein memberikan tiga tingkatan nilai pada konstitusi yaitu :

1. Nilai yang bersifat Normatif
Peraturan hukun yang bersifat normatif ialah kalau peraturan hukum itu masih di patuhi oleh masyarakat, kalau tidak ia merupakan peraturan yang mati, yang tidak pernah terujud.

2. Nilai yang bersifat Nominal
Nilai konstitusi yang bersifat nominal ialah kalau konstitusi itu kenyataannya tidak dilaksanakan dan hanya disebutkan namanya saja. Dengan kata lain konstitusi tersebut menurut hukum berlaku.

3. Nilai yang bersifat Simantik
Nilai konstitusi yang bersifat simantik ialah suatu konstitusi yang dilaksanakan dan diperlakukan dengan penuh, tetapi hanyalah sekedar memberi bentuk dari tempat yang telah ada untuk melaksanakan kekuasaan politik.

Macam-macam Konstitusi
  1. Menurut CF. Strong konstitusi terdiri Konstitusi tertulis (dokumentary constiutution / writenØdari: constitution) adalah aturan-aturan pokok dasar negara , bangunan negara dan tata negara, demikian juga aturan dasar lainnya yang mengatur Øperikehidupan suatu bangsa di dalam persekutuan hukum negara. 
  2. Konstitusi tidak tertulis / konvensi(nondokumentary constitution) adalah berupa kebiasaan ketatanegaraan yang sering timbul.
Adapun syarat-syarat konvensi adalah: 
  • Diakui dan dipergunakan berulang – ulang dalam praktik penyelenggaraan negara. 
  • Tidak bertentangan dengan UUD 1945 
  • Memperhatikan pelaksanaan UUD 1945. 
  • Secara teoritis konstitusi dibedakan menjadi: 
  1. Konstitusi politik adalah berisi tentang norma- norma dalam penyelenggaraan negara, hubungan rakyat dengan pemerintah, hubuyngan antar lembaga negara. 
  2. Konstitusi sosial adalah konstitusi yang mengandung cita – cita sosial bangsa, rumusan filosofis negara, sistem sosial, sistem ekonomi, dan sistem politik yang ingin dikembangkan bangsa itu. 
Fungsi Konstitusi
Bila dilihat dari fungsinya, maka konstitusi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

Konstitusi berfungsi serta mengatur pembagian konstitusi dalam negara dalam dua bentuk:
  1. Membagi kekuasaan dalam negara.
  2. Membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa dalam negara.
Secara Vertikal
Yaitu pembagian kekuasaan menurut tingkatanya yang di maksud ialah pembagian kekuasaan antara beberapa tingkat pemerintahan. Carl J Friedrich memakai istilah pembagian kekuasaan secara territorial. Pembagian kekuasaan ini dengan jelas dapat kita saksikan kalau kita bandingkan antara negara kesatuan, negara federal, serta konfederasi. Di samping itu kita melihat bahwa konstitusi itu mengatur juga pembagian kekuasaan dalam negara. Macam-macam konstitusi tersebut adalah :
  1. Konstitusi Unitaris.
  2. Konstitusi Federalistis.
  3. Konstitusi Konfederalistis
Secara Horizontal
Yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsinya. Pembagian kekuasaan ini menunjukkan pula perbedaan antara fungsi-fungsi pemerintahan yang bersifat legislative, eksekutif dan yudikatif yang lebih dikenal sebagai Trias Politica. Fungsi konstitusi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi konstitusional, maka konstitusi mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi kekuasaan pemerintahan sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Dengan demikian di harapkan hak-hak warga negara akan lebih terlindung. Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme.

Pengertian Integritas Nasional Menurut Beberapa Ahli

Pengertian Integritas Nasional Menurut Beberapa Ahli 
1. Howard Wriggins 
Integritas nasional berarti penyatuan bagian yang berbeda-beda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh atau memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang jumlahnya banyak menjadi satu kesatuan bangsa. 

2. Myron Weiner
Menurutnya Integrasi menunjuk pada proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial ke dalam satu kesatuan wilayah, dalam rangka pembentukan suatu identitas nasional. 

3. Dr. Nazaruddin Sjamsuddin 
Integrasi nasional ini sebagai proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. 

4. J. Soedjati Djiwandono 
Integrasi nasional sebagai cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional bangsa indonesia berarti hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa, menjadi satu kesatuan bangsa secara resmi, dan direalisasikan dalam satu kesepakatan atau konsensus nasional melalui Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. 

Faktor Pendukung Integrasi Nasional 
  1. Faktor sejarah yang menimbulkan rasa senasib dan seperjuangan. 
  2. Keinginan untuk bersatu di kalangan bangsa Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. 
  3. Rasa cinta tanah air di kalangan bangsa Indonesia, sebagaimana dibuktikan perjuangan merebut, menegakkan, dan mengisi kemerdekaan. 
  4. Rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara, sebagaimana dibuktikan oleh banyak pahlawan bangsa yang gugur di medan perjuangan. 
  5. Kesepakatan atau konsensus nasional dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, bahasa kesatuan bahasa Indonesia. 
Faktor Penghambat Integrasi Nasional 
  1. Masyarakat Indonesia yang heterogen (beraneka ragam) dalam faktor-faktor kesukubangsaan dengan masing-masing kebudayaan daerahnya, bahasa daerah, agama yang dianut, ras dan sebagainya. 
  2. Wilayah negara yang begitu luas, terdiri atas ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan luas. 
  3. Besarnya kemungkinan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang merongrong keutuhan, kesatuan dan persatuan bangsa, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. 
  4. Masih besarnya ketimpangan dan ketidakmerataan pembangunan dan hasil-hasil pembangunan menimbulkan berbagai rasa tidak puas dan keputusasaan di masalah SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan), gerakan separatisme dan kedaerahan, demonstrasi dan unjuk rasa. 
  5.  Adanya paham “etnosentrisme” di antara beberapa suku bangsa yang menonjolkan kelebihan-kelebihan budayanya dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. 

Faktor Internal dan Eksternal Integrasi 
· Faktor Internal : kesadaran diri sebagai makhluk sosial tuntutan kebutuhan jiwa dan semangat gotong royong 
· Faktor External : tuntutan perkembangan zaman persamaan kebudayaan terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama persaman visi, misi, dan tujuan sikap toleransi adanya kosensus nilai adanya tantangan dari luar 

Contoh Integritas Nasional dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 
  • Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia . Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan juga bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia.
  • Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman, tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
  • Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau mempelajari budaya daerah lain. 
Contoh Bentuk Konflik 
  1. Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role)) 
  2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank). 
  3. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa). 
  4. Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara) 
  5. Konflik antar atau tidak antar agama 
  6. Konflik antar politik. 
  7. Konflik individu dengan kelompok 
Pengertian Konflik 
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. 

Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Konflik 
  1. Perbedaan kepentingan dan pandangan hidup 
  2. Perbedaan nilai dan norma sosial
  3. Perbedaan nilai-nilai kebudayaan
  4. Perbedaan status dan peran sosial 
  5. Pengaruh perubahan unsur- unsur kebudayaan 
Contoh Disintegrasi Nasional dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara 
  • Kemerdekaan Propinsi Timor Timur dari wilayah NKRI dan berdiri sendiri dengan nama Timor Leste pada tahun 2002. 
  • Gerakan separatis di Poso, Ambon, dan Papua. 
  • Gerakan Aceh Merdeka