Pengertian Co-branding
Konsep co-branding menurut masyarakat umum adalah aktivitas pemasaran yang cukup luas dan melibatkan penggunaan dua merek atau lebih. Sedangkan menurut Rhenald Kasali doktor bidang consumer sciences-business administration, co-branding adalah “segala aktivitas yang harus dapat meningkatkan nilai tambah, entah berupa asosiasi baru yang positif, diferensiasi produk yang lebih cespleng, kepercayaan konsumen yang lebih bagus karena kepastian terhadap kualitas yang lebih besar, atau bahkan strategi-strategi pemasaran baru seperti jalur distribusi baru dan produk baru”. (Marketing,2002)
Kemudian Kasali membagi co-branding menjadi tiga macam bentuk :
a. Ingredient branding dan host branding
Ingredient branding adalah suatu merek dengan asosiasi merek yang kurang kuat di benak konsumen yang menjadi bagian dari merek lainnya yang disebut host branding, dimana host branding adalah merek dengan asosiasi merek yang lebih kuat di benak konsumen untuk mendukung ingredient branding.
b. Corporate branding
Bentuk dari co-branding dimana terdapat dua atau lebih merek yang bergabung menjadi satu yang memiliki peran yang sama serta saling meminjam ekuitas merek. Menurut Nickels, dkk (1999, 418) ekuitas merek adalah kombinasi dari faktor-faktor seperti respon, loyalitas, persepsi kualitas, image, dan emosi masyarakat pada suatu nama merek yang ada.
c. Complementary branding
Produk-produk yang ada dipasarkan atau diiklankan bersama-sama untuk menunjukkan penggunaannya yang saling melengkapi
Pengaruh Co-branding Terhadap Atribut Produk
Co-branding yang dilakukan oleh dua atau lebih perusahaan mempengaruhi atribut produk perusahaan. Pengaruh dari co-branding terhadap suatu produk dapat dilihat atau diamati melalui perubahan-perubahan yang terjadi pada atribut produk hasil co-branding. Menurut Kotler dan Amstrong Atribut produk adalah segala sesuatu yang melekat pada produk serta memberikan identitas pada suatu produk. (1996, 279) Yang termasuk dalam atribut produk yaitu :
a. Kualitas produk
Kemampuan produk dalam menjalankan fungsi-fungsi yang dimilikinya yang meliputi keseluruhan daya tahan, relibilitas, akurasi, mudah pengoperasian dan perawatan serta beberapa manfaat lainnya.
b. Tampilan produk
Merupakan suatu alat kompetitif yang digunakan untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan produk pesaingnya. Dimana setiap model baru yang dihasilkan perusahaan pada umumnya memiliki tambahan tampilan dibandingkan model sebelumnya.
c. Desain produk
Suatu proses mendesain fungsi dan gaya produk yang meliputi penciptaan suatu produk yang menarik, mudah, aman, dan murah, mudah penggunaan dan perawatan, sederhana serta ekonomis untuk diproduksi dan didistribusikan
Pengaruh Co-branding Terhadap Harapan Konsumen
Adanya pengaruh co-branding terhadap atribut produk akan berdampak atau mempengaruhi harapan dari konsumen. Menurut Zeithaml, harapan konsumen dibentuk oleh pengalaman pembelian terdahulu, komentar teman dan kenalannya, kebutuhan pribadi serta janji dan informasi pemasar dan saingannya. (1990, 23)
Menurut Vijiyanto, harapan konsumen memiliki peranan yang sangat besar sebagai suatu standar perbandingan dalam penilaian kualitas maupun kepuasan. Harapan konsumen merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu produk yang dijadikan standar atau acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.
(1998, 30).
Konsumen tentunya berharap dengan adanya co-branding membawa perubahan-perubahan pada atribut produk yang dapat memberikan nilai tambah pada produk yang ada, dalam memuaskan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Salah satu ukuran yang dapat digunakan oleh pemasar dalam menilai pengaruh suatu co-branding terhadap suatu produk ialah dengan menilai pengaruh atribut produk hasil co-branding dalam memenuhi harapan konsumen
Kasali mengungkapkan ada empat hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang melakukan co-branding agar dapat berhasil di pasar atau dapat diterima dan memenuhi harapan konsumen yaitu :
a. Faktor partner
Perusahaan yang akan melakukan co-branding harus memperhatikan asosiasi merek dari perusahaan yang bertindak sebagai ingredient branding maupun sebagai host branding. Tidak selamanya co-branding antara perusahaan dengan asosiasi merek yang sama-sama kuat selalu berhasil di pasar. Menurut riset yang ada suatu perusahaan dengan asosiasi merek yang kuat dalam jangka panjang akan lebih menguntungkan apabila melakukan co-branding dengan perusahaan yang memiliki asosiasi merek yang lebih lemah.
b. Kampanye Iklan
Hasil kajian riset menyatakan bahwa host partner sebaiknya tidak mendukung kegiatan kampanye iklan oleh ingredient partner apabila iklan menekankan pada manfaat yang dimiliki oleh host partner sebelumnya. Selain itu co-branding memerlukan sejumlah dana yang cukup besar untuk melakukan kampanye iklan.
c. Pengalaman dengan produk
Ada kalanya merek yang lebih kuat menciptakan harapan yang berlebihan atas produk co-branded sehingga dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam mencoba produk tersebut. Dimana kepuasan tersebut dapat diteruskan kepada merek ingredient yang menyebabkan evaluation kualitas jadi semakin rendah.
d. Atribut kualitas
Bila atribut kualitas tidak bisa diamati terutama pada produk-produk experience (produk yang membutuhkan pengalaman dari konsumen dalam mengkonsumsi produk tersebut agar dapat memberikan penilaian produk), co-branding bisa memberikan kepastian kualitas. Tetapi sebaliknya jika atribut kualitas dapat diamati maka kehadiran merek yang kuat kurang berperan karena konsumen menilai secara langsung.