Tinjauan Tentang Teori Belajar Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang telah ada, seperti teori belajar behavioristik, konstruktivistik, humanistik , maupun teori belajar kognitif.
Seolah-olah teori ini memiliki kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Bagaimana proses belajar akan berlangsung, sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
1. Pengertian Teori Belajar Sibernetik
Sibernetik merupakan bentuk kata serapan dari kata ’Cybernetic’ yakni sistem kontrol dan komunikasi yang memungkinkan feedback atau umpan balik.
Kata ’cybernetic’ yang selanjutnya kita tulis dengan kata sibernetik berasal dari bahasa yunani yang berarti pengendali atau pilot. Bidang ini menjadi disiplin ilmu komunikasi yang berkaitan dengan mengontrol mesin komputer. Istilah ini dipakai pertama kali oleh Louis Couffignal tahun 1958. Kini istilah sibernetik berkembang menjadi segala sesuatu yang berhubungan dengan internet, kecerdasan buatan dan jaringan komputer. Istilah ’sibernetik’ pertama kali dipopulerkan oleh Nobert Wiener, seorang ilmuwan dari Massachussets Institut of Technology (MIT), untuk menggambarkan kecerdasan buatan (artificial intellidence). Istilah sibernetik digunakan untuk menggambarkan cara bagaimana umpan balik (feedback) memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi.
Sejalan dengan pengertian tersebut, M.R.Abror mendefinisikan:
”Cybernetik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkan dalam fungsi organisme atau mesin yang majemuk, dalam hal ini sering disinonimkan dengan umpan balik”.
Teori ini berkembang dengan sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi (penyampaian materi). Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran telah dikembangkan oleh beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Robert Gagne, Gage dan Berliner, Biehler, Snowman, Baine, dan Tennyson. KonsepsiLanda dalam model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik juga termasuk teori sibernetik. Masing-masing akan diuraikan secara singkat dalam pembahasan selanjutnya.
2. Pemrosesan Informasi dalam Teori Belajar Sibernetik
Dalam teori belajar sibernetik berorientasi pada pemrosesan informasi, yaitu yaitu bagaimana kecakapan siswa dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi.
Selanjutnya digunakan acuan oleh seorang pengajar dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dalam penyampaian informasi kepada siswa lebih efektif.
Pemrosesan informasi mengacu kepada cara-cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan lambang/simbol-simbol baik verbal maupun non-verbal.
Pemrosesan informasi dalam pembelajaran tidak terlepas dari komunikasi.
Oleh sebab itu untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif, ada baiknya di sini dikemukakan definisi komunikasi. Menurut Geralt R.Miller:
”komunikasi terjadi dari suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi prilaku penerima”.
Sedangkan menurut Keith Davis: ”komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain”. Melalui komunikasi guru sebagai sumber menyampaikan informasi, yang dalam konteks belajar dan pembelajaran adalah materi pelajaran, kepada penerima yaitu siswa dengan menggunakan simbol-simbol baik lisan, tulisan, dan bahasa non-verbal. Sebaliknya siswa akan menyampaikan beberapa pesan sebagai respon kepada guru (feedback) sehingga terjadi komunikasi dua arah.
Robert Gagne berpendapat bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Menurut teori Gagne, hasil pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capabilities) yang terdiri atas:
a. Informasi verbal
Ialah hasil pembelajaran yang berupa informasi yang dinyatakan dalam bentuk verbal (kata-kata atau kalimat) baik secara tertulis atau secara lisan. Informasi verbal bisa berupa pemberian nama atau label terhadap suatu benda atau fakta, pemberian definisi atau pengertian, atau perumusan berbagai hal dalam bentuk verbal.
b. Kecakapan intelektual
Ialah kecakapan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungan dengan menggunakan simbol-simbol. Kecakapan intelektual ini mencangkup kecakapan dalam membedakan (diskriminasi), konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum-hukum. Kecakapan ini sangat diperlukan dalam
menghadapi pemecahan masalah.
c. Strategi kognitif
Ialah kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dalam mengelola (management) keseluruhan aktivitasnya. Dalam proses pembelajaran, strategi kognitif ini mengarah pada kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berpikir agar terjadi aktifitas yang efektif.
d. Sikap
Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih berbagai tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain, sikap dapat diartikan sebagai keadaan di dalam diri individu yang akan memberi arah kecenderungan bertindak dalam menghadapi sutu objek atau rangsangan.
e. Kecakapan motorik
Ialah hasil pembelajaran yang berupa kecakapan gerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar merupakan proses internal yang mencangkup beberapa tahapan. Tahapan-tahapan ini dapat dimudahkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengikuti urutan tertentu sebagai peristiwa pembelajaran (the events of instruction), yang mempreskripsikan kondisi belajar internal dan eksternal utama untuk kapabilitas apapun. Dalam teori Gagne dan Briggs mempreskripsikan adanya kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan pembelajaran.
Dalam pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menentukan tujuan pembelajaran.
- Menentukan materi pembelajaran.
- Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
- Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
- Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasi
- Manyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.
3. Proses Berpikir Algoritmik dan Heuristik dalam Teori Belaja Sibernetik
Salah satu penganut aliran sibernetik adalah Landa. Ia membedakan ada dua macam proses berpikir , yaitu proses berpikir algoritmik dan proses berpikir heuristik.
- Proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir yang sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus menuju ke satu target tujuan tertentu. Contoh dalam kehidupan sehari-hari seperti kegiatan menjalankan mesin mobil, dalam menjalankan mesin mobil kegiatan yang dilakukan dijalankan secara berurutan.
- Proses berpikir heuristik, yaitu cara berpikir divergen, menuju ke beberapa target tujuan sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik. Contoh proses berpikir heuristik misalnya penemuan cara memecahkan masalah, dalam pembelajaran biasa dikenal dengan metode problem solving (pemecahan masalah sosial dari sebuah materi pembelajaran).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan (dalam istilah teori sibernetik adalah sistem informasi yang hendak dipelajari) diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk ”terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berpikir.
Misalnya dalam memahami definisi Al-Qur’an, akan lebih efektif bila sebelum siswa memahami definisi menurut para pakarnya, terlebih dahulu siswa diberikan kesempatan berpikir sesuai dengan imajinasinya mengenai definisi Al-Qur’an dari bentuk kongkrit Al-Qur’an yang dibawa guru ke ruang kelas. Hal tersebut tentunya dengan arah berpikir yang terkontrol oleh guru pengajar, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik atau linier.
4. Aplikasi Teori Belajar Siberneti dalam Kegiatan Pembelajaran
Model pembelajaran sibernetik yang sering disinonimkan dengan umpan balik (feedback) dalam konteks pendidikan umpan balik ini sangat penting artinya bagi keberhasilan belajar dan pembelajaran. Dengan adanya umpan balik dari siswa, guru akan mengetahui apakah materi yang disampaikan telah dipahami dan apa kesulitan siswa dalam memahami, jika ada selanjutnya tindakan remedial apa yang perlu dilakukan. Sebaliknya, umpan balik dari guru misalnya dalam bentuk nilai atas hasil kerja siswa akan mengingatkan kepada siswa sampai sejauh mana penguasaannya terhadap materi yang sedang dipelajari. Berdasarkan umpan balik tersebut siswa dapat memutuskan tindakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan hasil belajarnya jika kurang memuaskan.
Funsi guru dalam hal ini adalah: merencanakan, mempersiapkan dan melengkapi perangsang yang penting untuk masukan simbolik (informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan sebagainya) dan masukan referensial (objek dan peristiwa-peristiwa) yang akan membawa kepada konsep informasi yang cocok untuk membimbing siswa memanipulasikan proses konsep dan mempersiapkan umpan balik (feedback) dari sebuah latihan/pembelajaran.
Dalam kaitannya pembelajaran di ruang kelas, Gagne mengemukakan ada sembilan langkah pengajaran yang perlu diperhatikan oleh guru.
Langkah-langkah tersebut adalah:
- Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa
- Memberikan informasi kepada siswa mengenai tujuan pengajaran dan topik-topik yang akan dibahas
- Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran
- Menyampaikan isi pelajaran yang dibahas sesuai dengan topik yang telah ditetapkan.
- Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
- Memberikan peneguhan kepada prilaku pembelajaran siswa.
- Memberikan umpan balik terhadap prilaku yang ditunjukkan siswa
- Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat dan menggunakan hasil pembelajaran.