Pengertian Dan Manfaat Inovasi Pertanian
Pembangunan pertanian masa kini dan masa mendatang akan dihadapkan pada berbagai permasalahan yang semakin kompleks. Isu ketahanan pangan, proses produksi yang efisien dalam rangka menghadapi pasar global, peningkatan kesejahteraan petani, penyediaan lapangan kerja, kemerosotan kualitas sumberdaya lahan, produk pertanian yang ramah lingkungan (organic farming), perlu dipertimbangkan dalam membangun pertanian kedepan. Untuk itu penelitian dan pengkajian teknologi pertanian harus diarahkan untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut
Dalam rangka memperkecil ketidak cocokan antara teknologi yang dihasilkan dengan kebutuhan pengguna, identifikasi kebutuhan teknologi bagi petani perlu dilakukan sebelum proses perakitan teknologi dilakukan, serta memperhatikan faktor-faktor teknis, ekonomi, sosial dan budaya dari pengguna teknologi. Untuk menjadikan pertanian sebagai sektor andalan dan penggerak utama pembangunan ekonomi nasional, diperlukan kesiapan teknologi guna memacu peningkatan produktivitas, kualitas produk, efisiensi serta teknologi pengolahan produk primer menjadi produk olahan sekunder. Sesuai dengan pergeseran paradigma dan tuntutan masyarakat, pengembangan dan usaha agribisnis harus menjadi sasaran dalam setiap kegiatan pembangunan pertanian. Oleh karena itu penelitian dan kajian perlu diarahkan untuk menciptakan dan membangun suatu inovasi agribisnis yang sesuai dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis, ekonomis, sosial budaya, dan lingkungan.
Dewasa ini telah banyak inovasi pertanian hasil penelitian dan pengkajian Badan Litbang Pertanian yang dapat dikembangkan guna mendukung pengambangan agribisnis. Ciri teknologi yang berorientasi agribisnis adalah mampu:
- meningkatkan efisiensi dan cost effectiveness produksi melalui teknologi inovatif,
- menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas produk,
- menghasilkan produk primer berkualitas tinggi dengan standar harga pasar yang baik,
- mengurangi kehilangan hasil pada saat pra panen dan pasca panen,
- mengolah by-product menjadi produk bernilai tambah,
- mempertahankan produktivitas dan kualitas produksi, serta suplai produk ke pasar secara berkesinambungan, dan
- mampu memperbaiki kualitas kemasan untuk transportasi (Budianto, 2002).
Disatu sisi Isu adanya kesenjangan hasil penelitian dengan hasil petani dalam penerapan teknologi hingga saat ini masih sering terdengar. Penyebabnya antara lain adalah petani umumnya belum menerapkan teknologi hasil penelitian. Hal itu sebagai akibat dari penggunaan teknologi tidak sesuai kebutuhan, teknologi terlalu sukar diterapkan, tidak menghasilkan nilai tambah yang ekonomis yang nyata serta keterbatasan petani dalam mendapatkan hasil penelitian dan atau hasil penelitian tidak sampai kepada petani . Masalah ini menjadi tantangan kita bersama, khususnya bagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Sebab jika benar bahwa senjang hasil penelitian dengan hasil petani tersebut adalah akibat tidak sampainya teknologi kepada petani, maka salah satu penyebabnya adalah lemahnya aspek diseminasi atau penyampaian teknologi hasil penelitian dan pengkajian kepada petani. Hal itu dapat dipahami karena adanya beberapa kenyataan yaitu antara lain:
(a) lemahnya akses petani kepada lembaga penelitian (sumber teknologi),
(b) beragamnya kondisi agroekologi wilayah Jawa Tengah,
(c) berubahnya system penyuluhan pertanian sebagai konsekuensi penerapan Otonomi daerah.
Berawal dari masalah itu, penyelenggaraan diseminasi inovasi pertanian perlu terus dikembangkan sejalan dengan tuntutan masyarakat pertanian pada era Otonomi Daerah. Peluang tersebut terbuka dengan diluncurkan Program Pengembangan Desa Model Agribisnis dalam rangka untuk mengatasi masalah keterlambatan penggunaan teknologi dalam menumbuhkan sitim usaha pertanian yang berwawasan usaha ( agribisnis) agar dapat memberikan kesejahteraan kepada petani. Di samping itu pengolahan hasil pertanian belum dilakukan dengan baik sehingga produk yang dihasilkan di jual apa adanya (bahan mentah) sehingga belum memberikan nilai tambah pada petani. Oleh sebab itu pengolahan hasil pertanian perlu dikembangkan untuk memberikan nilai tambah terhadap petani.
Program pengembangan agribisnis pedesaan dapat dilaksanakan melalui empat strategi, yaitu (1) menerapkan teknologi inovatif tepat guna melalui penelitian dan pengembangan partisipatif (Participatory Research and Development) , (2).membangun model percontohan sistem dan usaha agribisnis progresif berbasis teknologi inovatif dengan mengintegrasikan sitem inovasi dan sistem agribisnis, (3) mendorong proses difusi dan replikasi model percontohan teknologi melalui expose dan demontrasi lapang, diseminasi informasi,advokasi dan fasilitasi. (4) basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi sosial ekonomi setempat.
Dalam rangka mendukung Pengembangan Agribisnis di Pedesaan maka kegiatan yang perlu dilakukan adalah:
a. Melakukan studi karakterisasi dengan metode PRA dan survei pendasaran (baseline survey) pada lokasi kegiatan untuk menyusun rancang bangun model pengembangan Laboratorium Agribisnis
b. Membuat unit percontohan usaha agribisnis terpadu sesuai rancang bangun (unit percontohan agribisnis berbasis kambing/sapi dan tanaman pangan/sayuran)
c. Melakukan diversifikasi usaha komoditas penunjang pada Laboratorium Agribisnis
d. Revitalisasi kelembagaan kelompok tani dan pembinaan/pelatihan petani sebagai pelaku agribisnis
e. Inisiasi pembentukan klinik agribisnis
Dasar Pertimbangan
Petani miskin di pedesaan mempunyai strategi yang berbeda – beda untuk meningkatkan pendapatannya, tergantung dari keadaan sistim pertanian yang berkembang di wilayahnya (Ashley and Camey 1999) untuk itu menurut Berdeque dan Escobar (2002) program yang disusun untuk mengurangi kemiskinan di pedesaan harus didasarkan potensi sumber daya di masing-masing lokasi dan dilihat hubungan langsung ataupun tidak langsung yang mempengaruhi produktifitas pertanian.
Sasaran akhir dari program utama pembangunan pertanian adalah meningkatkan kesejahteraan petsani dengan tetap mempertimbangkan ekosistem, sehingga tercapai suatu system usaha tani produktif yang berkelanjutan. Sistim usaha tani yang berkelanjutan merupakan salah satu model pendekatan pembangunan pertanian dengan menggunakan input luar yang rendah. Sejalan dengan konsep diversifikasi horizontal dalam upaya peningkatan pendapatan rumah tangga tani, yaitu mengembangkan komoditas unggulan sebagai “core of business” serta mengembangkan usaha tani komoditas lainnya sebagai penyangga untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja keluarga serta memperkecil terjadinya resiko kegagalan usaha (Sarjana dkk, 2001). Diversifikasi usaha tersebut sebaiknya memperhatikan lingkungan sehingga tidak terjadi degradasi lahan (Orgendo, 1998).
Industrialisasi Pedesaan dilaksanakan dengan strategi antara lain menerapkan tehnologi inovatif tepat guna melalui penelitian dan pengembangan parstisipatif. Membangun model percontohan system dan usaha Agribisnis progresif berbasis tehnologi inovatif dengan mengintegrasikan sistim inovasi dan sistim Agribisnis. Mendorong proses divusi dan replikasi model percontohan tehnologi inovatif melalui ekspose, demonstrasi lapang, desiminasi informasi, advokasi serta fasilitasi. Basis pengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayah agroekosistem dan kondisi social ekonomi setempat (Badan Litbang Pertanian, (2004)
Sejalan dengan perubahan kebijakan dan arah pembangunan pertanian ke depan, operasional pembangunan pertanian ke depan diarahkan pada upaya penajaman fokus kegiatan dan wilayah pengembangan, serta keterpaduan/intregrasi kegiatan dan pembiayaan. Operasional pembangunan pertanian ditempuh melalui pendekatan keterpaduan dengan melibatkan peran serta seluruh stakeholder
Guna memperbaiki kinerja penyampaian dan pemasyarakatan inovasi pertanian kepada pengguna, maka dipandang perlu untuk merancang suatu program yang bertujuan mempercepat alih inovasi teknologi pertanian yang memiliki kesesuaian teknis, ekonomis, sosial dan budaya kepada pengguna. Program Pengembangan agribisnis di pedesaan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh semua pemangku kepentingan (stake holder) pembangunan pertanian dalam bentuk laboratorium agribisnis merupakan salah satu solusinya.
Agroekosistem lahan kering merupakan salah satu agroekosistem potensial bagi pengembangan pertanian tetapi belum banyak disentuh sebagaimana halnya dengan agroekosistem lahan sawah. Potensi lahan kering dataran tinggi di Jawa Tengah cukup besar untuk pengembangan agribisnis, khususnya komoditas ternak, tanaman industri, maupun tanaman hortikultura sayuran dan buah-buahan.
Pada Rencana Stretegis (RENSTRA) Dinas Pertanian baik di Kabupaten Blora maupun Temangung Tahun 2005-2009 ditetapkan tujuan pembangunan di bidang pertanian adalah (1) meningkatnya produksi dan produktivitas pertanian tanaman pangan, perkebunan,kehutanan, peternakan dan perikanan , (2) meningkatnya diversifikasi usahatani (3) terwujudnya pengembangan teknologi pertanian, (3) meningkatnya peran kelembagaan dan pemberdayaan petani (4) meningkatnya kualitas sarana dan prasarana pertanian dan (5) meningkatnya kualitas SDM Pertanian
Beberapa potensi dan permasalahan yang dihadapi di Desa –desa yang mendapatkan Propgram P4MI antara lain (1) Sumberdaya pertanian belum dapat dimanfaatakn secara optimal (2) Usahatani tanaman semusim seperti (a). Usahatani tanaman pangan padi dan jagung , dalam usaha tani padi masih menggunakan varietas IR 64 dan Ciherang , jagung potensi dan masalah yang ada antara lain varietas yang ditanam merupakan varietas lokal dan ditanam turun temurun , pemupukan belum berimbang ,tanaman rebah karena angin kencang, serangan hama lalat bibit belum diatasi, pada MH mudah terserang penyakit busuk tongkol dan hawar daun , pengeringan hasil panen pada musim hujan sulit dilakukan . pemipilan masih tradisional (manual) sehingga membutuhkan waktu lama dan pengolahan hasil baru diolah untuk konsumsi keluarga (b) Usahatani tanaman hortikultura seperti cabai , tomat dan bawang merah , potensi dan masalah antara lain (1).Varietas ditanam masih varietas lokal, kualitas benih rendah (tidak diseleksi) dan ditanam turun temurun (2) Serangan hama/penyakit keriting dan layu (dominan), penyakit potensial ’bulai/kuning’ (3). Harga tidak stabil (fluktuasi harga tinggi).
Sedangkan untuk Pemanfaatan pekarangan dan pengembangan sumber pendapatan tambahan di Desa , petani melihat adanya potensi pekarangan yang belum dimanfaatkan secara optimal melalui usaha tanaman hias ataupun tanaman buah-buahan.
Komoditas ternak kambing dan sapi merupakan komoditas utama yang dikembangkan. Komoditas ternak dipilih karena memenuhi pertimbangan teknis, ekonomis, sosial ekonomi serta kelestarian lingkungan. Adapun potensi dan masalah yang ada antara lain Hijauan pakan ternak berlimpah namun pada musim kemarau belum mencukup dengan bertambahnya atau meningkatnya populasi ternak .Selain itu dengan meningkatnya populasi ternak terkendala oleh ketersediaan modal, nilai tambah pemanfaatan limbah belum optimal (misalnya untuk bahan bakar gas), pupuk organik siap dalam waktu yang lama dan berpotensi pembawa gulma, hama, dan penyakit. Disatu sisi masalah yang ada pada komoditas ternak kambing antara lain inbreeding (kawin sedarah), tidak ada seleksi induk, hanya sebagai usaha sampingan.
Beberapa masalah yang dihadapai pada usaha off farm ( pengolahan) yaitu:
(a) kualitas produk masih kurang baik,
(b) pengolahan kurang efisien, dan
(c) pasar dikuasai pengepul.
Upaya diversifikasi produk dan usaha pertanian baik secara vertikal dan horisontal perlu dilakukan guna mengurangi resiko kegagalan usahatani yang dihadapi petani. Beberapa produk pertanian antara jagung, pisang dan singkong serta yang lain-lain memerlukan penanganan pasca panen untuk meningkatkan nilai jual dan nilai tambah. Teknologi pasca panen termasuk processing (pengolahan hasil) memiliki peranan penting dalam penanganan hasil produksi pertanian. Kegiatan pasca panen menjadi perlu terlebih jika melihat sifat dari sebagian besar produk pertanian yang mudah rusak (perishable) dan bersifat musiman (seasonal) dan volumeneous.
Ditinjau dari aspek kelembagaan, pengembangan usahatani di beberapa desa umumnya masih memiliki kelemahan, antara lain:
(a) kelompok tani sebagai kelas belajar, unit produksi, dan wahana kerjasama belum berfungsi secara optimal,
(b) belum adanya wadah penyedia modal, input produksi, dan pemasaran hasil pertanian,
(c) koperasi unit desa belum berfungsi dalam mendukung usahatani.
Dalam rangka membantu petani menyelesaikan permasalahan yang ada, diperlukan upaya pemberdayaan baik dalam hal kemampuan teknis produksi, manajemen usaha, maupun kemampuan dalam menghadapi pasar. Selain itu juga diperlukan upaya untuk menumbuhkan dan mengoptimalkan kelembagaan pendukung dalam pengembangan usaha pertanian.
Keluaran
a. Data dan informasi tentang : potensi (wilayah dan sumberdaya manusia), masalah dan peluang pengembangan agribisnis, sosial ekonomi dan kelembagaan pedesaan sebagai bahan penyusunan rancang bangun
b. Rancang bangun laboratorium agribisnis, jenis-jenis inovasi yang akan dikembangkan dan pembuatan jadwal kegiatan inovasi selama 3 tahun ke depan.
c. Unit percontohan usaha agribisnis berbasis inovasi teknologi :
(1).Usaha tani kambing (perbibitan/penggemukan dan pengelolaan limbah kambing)
(2) Usahatani berbasis tanaman pangan
d. Terbentuknya diversifikasi usaha komoditas penunjang pada Laboratorium Agribisnis
e. Terbentuknya inisiasi kerjasama kelembagaan agribisnis
f. Kelembagaan dan pembinaan petani sebagai pelaku agribisnis :
(1) Peningkatan kinerja kelembagaan kelompok tani
(2) Klinik agribisnis
(3) Petani (pelaku agribisnis) meningkat pengetahuan dan ketrampilannya
Manfaat Dan Perkiraan Dampak
Manfaat dan perkiraan dampak yang akan ditimbulkan dari implementasi inovasi yang akan dikembangkan antara lain:
a. Percepatan penyebaran dan adopsi inovasi teknologi dan kelembagaan usaha kambing dan tanaman pangan
b. Peningkatan kinerja (tingkat produktivitas) usahatani kambing dan usahatani berbasis tanaman pangan
c. Peningkatan pendapatan petani
Metodologi
A. Pendekatan
Kegiatan dilakukan melalui beberapa pendekatan secara terpadu, yaitu: (1) agribisnis, (2) Agro-ekosistem, (3) wilayah, (4) kelembagaan, dan (5) pemberdayaan masyarakat. Pengembangan Agribisnis mencakup, berbasis agroekosistem tertentu, melalui pemanfaatan secara optimal sumberdaya pertanian suatu wilayah, kelembagaan pertanian dan pemberdayaan masyarakat petani (comminity development), sehingga inovasi yang diperkenalkanm mampu meningkatkan partisipasi dan memberikan nilai tambah bagi petani, pelaku agribisnis.
B. Lokasi Kegiatan
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dan Temanggung khususnya Dinas Pertanian dan PIU ke 2 kabupaten tersebut, sebagai lokasi kegiatan adalah di tunjuk Desa Model Pengembangan Agribisnis . Dengan pertimbangan desa model agribisnis diharapkan masyarakatnya dapat memiliki pandangan bahwa kegiatan usahatani bukan hanya memproduksi hasil pertanian saja akan tetapi ke depannya usahataninya lebih dititik beratkan pada usahatani yang mengarah pada usaha agribisnis dan mampu mengangkat derajat kaum petani.
C . Perancangan Model Inovasi
Untuk merancang suatu model inovasi usaha agribisnis disuatu wilayah, perlu mempertimbangkan berbagai aspek pendukung. Untuk itu sebelum membuat rancangan model perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan, yang antara lain adalah : (1) Pengorganisasian, untuk memberikan gambaran yang jelas tentang tugas dan kewenangan masing-masing institusi; (2) Perencanaan yang dimulai dengan Study pemahaman desa secara partisipatif (PRA) yang meliputi identifikasi kondisi agroekosistem, sosial budaya, identifikasi sistem usaha agribisnis, identifikasi potensi dan peluang pengembangan komoditas unggulan potensial, identifikasi usahatani, usaha agribisnis dan teknologi existing, identifikasi kelembagaan agribisnis existing, identifikasi bentuk-bentuk unit usaha on farm, off farm dan non farm yang ada serta identifikasi bentuk hubungan antar lembaga dan unit usaha. (3) Perancangan Model, yang meliputi, rancangan Laboratorium Agribisnis dan rancangan pembiayaan; (4) Implementasi model, meliputi introduksi model, pemantapan model dan transfer model, dan (5) Monitoring dan Evaluasi.
D. Ruang Lingkup Kegiatan Tahun 2008
Secara umum, pada tahun 2008 kgiatan yang akan dilaksanakan, merupakan Pembentukan Desa Model Agribisnis yang diharapkan dapat menjadi contoh desa yang menerapkan suatu usaha agribisnis dengan memanfaatkan potensi sumberdaya di wilayahnya sebagai kesatuan yang utuh. Kegiatan tersebut meliputi :
1. Pengembangan Kapasitas Sumberdaya
Pengembangan kapasitas sumberdaya dilakukan melalui kegiatan pelatihan, studi banding, dan magang. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kemandirian petani dengan mengenali potensi dan peluang yang dimiliki, membuat keputusan atas jenis usaha, dan mengelola usahanya serta memfasilitasi sesuai dengan orientasi kebutuhan petani. Kegiatan yang akan dilakukan meliputi:
- Studi banding pengolahan limbah kandang
- Pelatihan pengolahan pasca panen jagung dan ketela pohon untuk berbagai produk olahan
- Pelatihan perbaikan pasca panen
- Pelatihan pembuatan pakan seimbang dari bahan lokal
- Manajemen lembaga keuangan mikro
2. Inisiasi Pengembangan Kelembagaan
Inisiasi pengembangan kelembagaan di lokasi kegiatan meliputi kelembagaan keuangan desa dan input produksi untuk mendukung usaha rumah tangga petani. Kelompok tani merupakan lembaga tingkat desa yang berhubungan secara langsung dengan pembangunan pertanian. Kelompok - kelompok tani tersebut direncanakan menjadi pelaksana dalam mengembangkan Laboratorium Agribisnis. Sebagai kelas belajar, kelompok tani sudah mulai berfungsi walaupun belum optimal. Namun sebagai unit produksi dan unit kerjasama dalam usahatani, fungsi tersebut belum berjalan.
Guna memfungsikan kelompok tani sebagai unit kerjasama dan produksi dalam usahatani, maka pada tahun 2008 ini akan dilakukan penyempurnaan suatu model kelembagaan agribisnis. Kelembagaan agribisnis yang akan dibangun merupakan suatu model kelembagaan inovasi dalam program Desa Model Agribisnis yang meliputi kelembagaan modal, penyedia sarana produksi, lembaga penyuluhan (Klinik Agribisnis), serta lembaga pengolahan dan pemasaran hasil.
Untuk membangun Laboratorium Agribisnis diperlukan gabungan kelompok-kelompok tersebut dan kelompok lainnya. Langkah-langkah yang dilakukan tahun 2008 untuk membangun Laboratorium Agribisnis adalah sebagai berikut:
1. Kelompok-kelompok pelaksana kegiatan Desa Model Agribisnis menjadi kelompok yang berfungsi sebagai kelas belajar, unit produksi dan wahana kerjasama.
2. Mendorong kelompok tani untuk dapat bekerjasama satu sama lain dalam kegiatan belajar, usaha produksi dan pemasaran dengan menumbuhkan gabungan kelompok
3. Antara kelompok satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan kerjasama yang erat, yang digambarkan dalam bagan kelembagaan Laboratorium Agribisnis Disamping kelembagaan yang pelaku utamanya adalah kelompok tani, pada tahun 2008 juga dilakuka penyempurnaa Klinik Agribisnis yang berfungsi sebagai lembaga yang memberikan advokasi terhadap kegiatan agribisnis, menyediakan informasi inovasi, menyediakan tempat percontohan, dan sebagai tempat konsultasi agribisnis.
3. Percontohan Inovasi Teknologi
Introduksi model usaha ternak sapi potong terpadu. Kegiatan ini meliputi perbaikan manajemen produksi (introduksi bibit unggul, perkandangan komunal, manajemen pemberian pakan) , menuju sistem produksi yang efisien (Pendekatan Zero Waste) untuk komoditas utama yaitu ternak sapi potong. Termasuk penanganan limbah ternak untuk pupuk organik bermutu dan kedepan untuk Bio Gas. Teknologi yang digunakan terutama bersumber dari Puslitbangnak/Balitnak Penerapan biogas : Prinsip pembuatan biogas adalah menampung limbah organic kotoran ternak, kemudian diproses dan diambil gasnya untuk dimanfaatkan sebagai suber energi. Dalam proses ini dibutuhkan 3 tabung yaitu tabung penampung bahan baku , tabung pemroses dan tabung penampung sisa hasil pemrosesan. Bahan pembuat tabung dapat bersal dari bata merah , plastik atau drum bekas baik dari seng atau dari plastik ( Muryanto dkk, 2006 ).
4. Percontohan model usahatani terpadu (integrasi tanaman dan ternak).
Merupakan kegiatan lanjutan tahun 2007, menyempurnakan unit percontohan usaha perbibitan kambing PE dengan kandang komunal dan perbaikan manajemen pemeliharaan. Teknologi yang digunakan terutama bersumber dari Puslitbangnak/Balitnak Penyempunaan teknologi meliputi pemberian pakan, pengelolaan limbah kotoran dan dan integrasinya dengan komoditas penunjang (tanaman palawija,hortikultura dan tanaman hias).
5. Percontohan budidaya sayuran dan tanaman hias
Kegiatan berupa percontohan perbaikan tehnik budidaya sayuran (cabai, wortel, kubis dan bawang merah ) dan perbaikan varietas serta introduksi bibit unggul tanaman hias.
6. Percontohan usaha tani padi dan jagung
Kegiatan berupa percontohan perbaikan usaha tani padi dan jagung pendekatan PTT dan pengenalan beberapa varietas .
7. Penangan pasca panen
Kegiatan berupa percontohan difersifikasi produk olahan dengan memanfaatan sumberdaya lokal seperti, jagung, jagung, pisang, waluh, nangka dan melakukan penyempurnaan produk olahan
8. Operasionalisasi Klinik Agribisnis.
Klinik Agribisnis pada tahun 2008 akan dicoba dioperasionalkan fungsinya berupa tempat pelatihan, advokasi permasalahan petani dalam usahatani maupun usaha agribisnis, dengan didukung pengadaan peralatan dan bahan informasi berupa pustaka mini. Melalui kerjasama dengan Pemerintah Desa, Kecamatan akan dipromosikan keberadaan Klinik Konsultasi.
Pada Klinik Agribisnis juga akan dilengkapi bahan-bahan informasi inovasi pertanian, berupa buku-buku pertanian, leafet, brosur dan CD inovasi teknologi. Sumber informasi berasal dari BPTP, Balai Nasional lingkup Badan Litbang Pertanian dan Dinas Lingkup Pertanian kabupaten dan swasta.
Semua kegiatan tersebut dilaksanakan dalam kerangka membangun Laboratorium Agribisnis di Desa Model Pengembangan Agriisnis di Kabupaten Temanggung dan Blora. Laboratorium Agriisnis tersebut akan ditata secara komprehensif Guna mendukung implementasi model tersebut dibutuhkan keterlibatan berbagai institusi, terutama Pemerintah Daerah dan jajarannya. Pelaksanaan di lapangan petani kooperator dibawah bimbingan teknis dari peneliti dan teknisi BPTP bersama-sama penyuluh dari Dinas teknis terkait, berkewajiban melaksanakan pengkajian, dengan cara mengimplementasikan rakitan teknologi yang telah dirancang.
E. Implementasi inovasi pada Laboratorium Agribisnis Prima Tani. Dalam rangka membangun model Laboratorium Agribisnis Prima Tani, akan dilakukan implementasi inovasi secara bertahap. Kegiatan yang akan dilakukan pada tahun 2008 meliputi :
(1) Revitalisasi dan pengembangan kelembagaan agribisnis: (i) kelembagaan sub sistem input produksi, (ii) kelembagaan sub sistem produksi, (iii) kelembagaan sub sistem pasca panen dan (iv) kelembagaan sub sistem pemasaran pada kelompok tani serta (v) inisiasi klinik agribisnis.
(2) Pengembangan sumberdaya manusia pelaku agribisnis: (i) penyuluhan tentang berbagai inovasi teknologi kepada petani pelaku agribisnis, (ii) pelatihan/studi banding/magang petani tentang inovasi teknologi (usahatani) sesuai dengan potensi dan prospek usaha.
(3) Pembuatan unit percontohan usaha tani kambing (perbibitan/penggemukan dan pengelolaan limbah kambing) dan usahatani berbasis tanaman pangan
9. Metode Analisis
Kegiatan Prima tani merupakan suatu inovasi teknologi baik berupa introduksi teknologi maupun rekayasa model, metode analisis yang digunakan tergantung pada jenis kegiatan, dan lebih dititik beratkan pada aspek ekonomi dan sosial :
a) Survey Pendasaran akan mengikuti petunjuk teknis pelaksanaan survey yang disusun tim Prima Tani Pusat
b) Aspek Ekonomi
Data dan informasi yang dihimpun meliputi hal-hal yang berkaitan dengan biaya usahatani, produksi, penerimaan. Analisis yang didunakan analisis finansial parsial dan titik impas (Kadariah,1998) atau Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR) (Palaniappan, 1985)
c) Aspek Sosial
Data dan informasi yang dihimpun untuk mengetahui persepsi dan respon petani dan instsnti terksit terhasdsp model inovasi yang diintroduksikan, termasuk permasalahan-permasalahan yang terjadi selama kegiatan berjalan. Metode Analisis yang digunakan secara diskriptif, dengan menggunakan konsep ukuran untuk menjelaskan fenonema yang diamati yaitu presentase dan distribusi frekuensi.