Macam - Macam Batik dan Proses Pengerjaannya
Awalnya batik merupakan pakaian raja-raja di Jawa pada abad-abad yang lalu kemudian berkembang menjadi pakaian sehari-hari masyarakat Jawa. Meskipun batik identik dengan pakaian adat Jawa, namun kini batik sudah menjadi pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia, bahkan sudah banyak pula dikenal di manca negara. Penggunaannyapun tidak lagi sebagai pakaian adat tetapi sudah mengikuti perkembangan mode busana baik bagi wanita maupun pria, bahkan biasa digunakan sebagai desain interior dan perlengkapan rumah tangga.
Macam batik dapat dibedakan menjadi :
1. Batik Klasik, dan
2. Batik Modern.
1. Batik Klasik
Batik klasik mempunyai nilai dan cita rasa seni yang tinggi, dengan pengerjaan yang rumit dan dalam waktu berminggu-minggu. Batik klasik mempunyai pola-pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti kawung, parang, nitik, tuntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Bahan dasar batik berupa kain katun putih kwalitas halus, juga kain sutera putih, batik dengan bahan sutera akan menghasilkan warna yang lebih hidup.
Proses Pembuatan Batik Klasik
Hampir setiap orang pernah melihat batik. Bahkan banyak diantaranya yang pernah melihat cara pembuatan batik. Mereka mengira bahwa mereka melihatnya dalam perjalanannya di Jawa sewaktu kunjungan ke sebuah tempat kerja batik dimana para wanita menggambar desain-desain pada kain putih dengan sebuah canting. Bagian ini, dimana sesungguhnya merupakan penerapan malam adalah hanya satu dari berbagai langkah pemrosesan yang harus dilakukan untuk menjadikan suatu barang bernama batik.
A. Persiapan
Kain katun putih dengan lebar kira-kira 110 cm dan panjang 240 cm digarap sebelumnya agar bisa dipakai untuk pengolahan selanjutnya. Penggarapan ini terdiri dari mencuci, menganji, menjemur dan mengetuknya, suatu proses yang memakan waktu berhari-hari.
Design
Jika kain sudah siap untuk proses selanjutnya, maka motif-motif digambar dengan mengikuti pola yang sudah tersedia pada kertas atau langsung menggambar pada kain bagi pengrajin batik yang telah ahli. Setelah desain dibuat maka satu persatu diberi warna. Namun bisa juga menggambar keliling desain dulu supaya bidang-bidangnya bisa ditutupi. Cara menggambar dilakukan dengan cairan malam yang keluar dari canting dalam bentuk pancuran halus, sedangkan ukuran canting pun bervariasi.
Canting berbentuk seperti poci teh kuningan kecil sebesar kepala pipa tembakau dan bertangkai kayu. Semakin kecil canting semakin halus aliran malam yang keluar. Sebelumnya malam dicairkan dengan cara memanaskan lebih dulu, yang terpenting adalah menjaga suhu agar tepat. Kemudian pada permukaan kain sebaliknya, dilakukan desain dan pengerjaan yang sama agar tidak terdapat perbedaan di kedua sisi kain batik.
B. Pewarnaan
Selanjutnya kain bisa dicelupkan dalam bahan pewarna biru. Pewarnaan/pencelupan ini diulang berkali-kali hingga hasilnya tercapai. Pada produk-produk bermutu tinggi pewarnaan hingga 30 kali adalah suatu keharusan. Pewarna tradisional adalah indigo, keistimewaan warna ini adalah warnanya baru timbul sesudah kain yang diberi pewarna ini dijemur dan terkena udara. Jika kain masih basah maka bagian-bagian desain yang akan diberi warna coklat, dikerik malamnya. Setelah itu bagian-bagian yang diberi warna biru dan tetap harus berwarna biru juga ditutup dengan malam. Kemudian kain dicelup ke dalam pewarna coklat.
Bahan pewarna tradisional untuk coklat adalah soga, sejenis kulit pohon tertentu. Penggarapan warna yang baik memakan waktu 15 hari, dengan 3 macam pewarnaan perhari. Bagian-bagian yang mula-mula diwarna biru dan kemudian diwarna coklat menjadi hitam warnanya. Dengan demikian terjadilah tiga warna dari dua bahan pewarna, yaitu biru, coklat dan hitam. Dan disamping itu beberapa bagian tetap berwarna putih.
C. Penghilangan Malam
Setelah pengulangan pewarnaan dilakukan sehingga sesuai. Selanjutnya seluruh malam dapat dilepaskan, hal ini dilakukan dengan meng-godog hingga cair, dan cairan malam akan mengapung di permukaan. Setelah itu kain dicuci lagi.
Pengerjaan batik pada kain sutera digunakan tehknik yang berbeda, karena memerlukan malam dan bahan pewarna yang berbeda agar tidak merusak kain suteranya.
Hasil proses pembuatan batik tersebut di atas disebut batik tulis. Jenis lainnya adalah batik cap, dimana pada proses penggambaran dengan canting pada batik tulis digantikan dengan menggunakan cap (seperti gambar di bawah ini) untuk menerapkan malam pada kain.
Batik klasik dikenal dengan bermacam ukuran dan penamaan yakni :
- batik kain panjang dengan lebar 110 cm X panjang 240 cm,
- batik kain sarung (sekitar 105cmX200cm),
- selendang (45~60cmX200~300cm),
- iket kepala (90cmX90cm) dan
- kemben (60cmX200cm).
Pada penggunaan sehari-harinya batik banyak ditemui dalam berbagai bentuk seperti berbagai macam pakaian resmi pada pria dan wanita, dan bermacam bahan untuk dekorasi interior rumah, kantor ataupun hotel, juga variasi rumah tangga seperti, taplak meja, napkins, place mats, tas, sarung bantalan, bedcover, bed sheet, dan lainnya.
2. Batik Modern
Berbeda dengan batik klasik, pada batik modern motif maupun pewarnaan tidak tergantung pada pola-pola dan pewarnaan tertentu seperti pada batik klasik, namun desainnya bisa berupa apa saja dan warna yang beraneka macam. Batik modern juga menggunakan bahan-bahan dan proses pewarnaan yang mengikuti perkembangan dari bahan-bahan pewarnanya. Terkadang pada beberapa area desain, canting tidak dipergunakan namun dengan menggunakan kuas dan untuk pewarnaan kadang diterapkan langsung dengan menggunakan kapas atau kain. Dengan kata lain, proses pembuatan batik modern hampir seperti batik klasik namun desain dan pewarnaannya terserah pada citarasa seni pembuat dan tergantung bahan-bahan pewarnanya. Bahkan dengan berkembangnya bahan dasar kain dan bahan kain berwarna, batik modern menjadi semakin bervariasi, seperti misalnya batik pada bahan katun lurik Jogja , bahan kain poplin, bahan piyama, bahan wool, dsb.
Proses Pembuatan Batik Modern
Pengerjaan pada batik modern memiliki prinsip yang sama seperti pada proses pembuatan batik klasik karena batik modern merupakan perkembangan dari variasi batik klasik.
A. Persiapan
Kain katun yang akan dibatik terlebih dahulu dicuci agar terbebas dari bahan-bahan yang masih dikandung oleh kain ketika proses penenunan/pembuatan kain, ini dimaksudkan agar pada proses pewarnaan nantinya tidak akan berpengaruh oleh bahan-bahan tersebut. Selanjutnya kain yang dipersiapkan dikeringkan.
B. Desain
Desain dilakukan langsung di atas kain dengan menggunakan pensil atau apapun yang jika nantinya dicuci pada akhir pemrosesan batik maka coretan tersebut bisa hilang, atau desain dapat pula menggunakan pola-pola yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu. Setelah desain siap maka dilakukan pembatikan awal dengan menggunakan canting ataupun kuas pada coretan desain tersebut. Pada proses pembatikan perlu diperhatikan bagian mana yang akan diberi warna berbeda, mengikuti desain dan hasil warna yang dikehendaki.
C. Pewarnaan
Proses pewarnaan berbeda-beda tergantung dari bahan pewarna dan teknik mewarna yang ingin digunakan. Pada dasarnya pada pewarnaan tahap pertama warna yang digunakan adalah warna yang lebih muda dahulu, ini disebabkan pada proses batik pewarnaan nantinya akan dilakukan secara berulang-ulang tergantung dari banyaknya warna yang diinginkan. Bahan-bahan pewarna tersebut antara lain Naphtol, Indigosol, Basis, Procion, dsb.
Pada proses ini juga masih dilakukan pembatikan pada warna-warna yang ingin dicapai pada akhir proses.
Setelah proses pewarnaan selesai maka dilakukan proses penghilangan malam batik/dilorod dengan cara memasukkan kain tersebut ke dalam air panas, setelah seluruh malam batik hilang dari kain selanjutnya kain dicuci hingga bersih.
Di bawah ini diberikan beberapa contoh dari teknik batik dan pewarnaan batik modern.
Contoh teknik pengerjaan pewarnaan batik dengan teknik batik pikaso:
1. Kain dibatik dengan malam dan diselesaikan menurut proses pembatikan.
2. Kain dibentang horisontal.
3. Dioles rata dengan larutan Natrium-silikat.
4. Dilukis dengan larutan zat warna reaktip (Remazol, Drimarene) dengan menggunakan kuas.
5. Dibiarkan satu malam agar terjadi ikatan antara zat warna dan kain.
6. Dilorod dan dicuci.
Contoh batik dengan bahan dasar lurik Jogja dengan motif gaya Toraja:
1. Bagian putih dibatik dengan motif gaya Toraja.
2. Bagian jalur kembangan lurik (warna hitam) yg tidak dibatik ditutup dengan malam.
3. Dicelup warna oranye, dengan resep perliter larutan:
· 3 gram ZAT PEWARNA Naphtol AS - OL
· 1 gram ZAT PEWARNA Naphtol AS
· 9 gram garam oranye GC
· 1 gram garam GC
4. Dilorod.
3. Batik Lukisan
Dengan perkembangan-perkembangan teknik maupun pewarnaan batik tersebut, maka batik pun diaplikasi dalam berbagai bidang seni lain diantaranya, seni lukis batik (batik painting) yaitu lukisan dengan menggunakan media bahan, pemrosesan dan pewarnaan seperti halnya pada pembuatan batik.
Proses Pembuatan Batik Lukis
Dipersiapkan kain katun atau sutera seluas bidang lukis yang diinginkan.
Kemudian dibuat sket atau coretan-coretan atau apapun tergantung dari masing-masing orang yang ingin membuatnya, karena terkadang untuk langsung menuangkan ekspresi seninya, pembatikan di atas kain dilakukan tanpa menggunakan sket atau coretan-coretan terlebih dahulu namun langsung mencoretkan malam dengan canting ataupun kuas di atas kain. Pada batik lukis ini seringkali pembatikan dan pewarnaan dilakukan beriringan untuk mendapatkan hasil lukisan yang diinginkan.Khusus pada pewarnaan untuk menciptakan efek-efek khusus, gradasi atau efek-efek yang lainnya terkadang selain kuas digunakan juga kapas atau potongan kain.
Yang terpenting dalam proses pembuatan batik lukis ini adalah perpaduan antara pengerjaan pembatikan dan pewarnaan yang tergantung dari citarasa seni pembuatnya. Sesungguhnya pembuatan batik lukis ini sangatlah rumit ketika ingin mendapatkan warna dan efek yang diinginkan karena terkadang warna dan efek tersebut tidak dapat tercapai. Namun jika warna dan efek tersebut dapat tercapai maka akan mendapatkan lukisan dengan warna yang sangat indah luar biasa. Disinilah kelebihan dari lukisan batik dibanding lukisan lain.Lukisan yang indah akan terlihat pada kain setelah proses pelorodan malam batik dilakukan
Selain seni lukis batik tersebut masih banyak seni batik lainnya dan salah satunya yang berhubungan dengan kerajinan tangan adalah seni batik kayu (wood batik) yaitu pembatikan yang dilakukan diatas media kayu ataupun pahatan kayu dengan pemrosesan dan pewarnaan batik.
4. Batik Cetak / Printed Batik
Dengan berkembangnya industri-industri pada teknik tekstil, maka cara pembuatan batik, bahan pewarna batik dan bahan dasar kain batik pun ikut berkembang, sehingga berbagai jenis dan motif batik dapat dihasilkan dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat besar.
Cara yang jauh lebih cepat lagi adalah mencetak desai-desain batik dengan mesin-mesin cetak / rotasi film yang modern (printed). Seringkali, dipasaran luas ditemukan tekstil dengan motif-motif seperti batik. Untuk membedakan antara batik yang asli dengan batik hasil cetak (batik imitasi), pada batik asli, warna-warnanya jelas terlihat pada kedua sisi kain. Tetapi jika hanya satu sisi kain yang terlihat jelas warnanya dan sisi yang lain kurang atau tidak terlihat jelas warnanya, maka yang demikian itu adalah batik cetak. Batik pencetakan (batik pabrik) adalah batik imitasi, sehingga jauh lebih murah dari batik klasik ataupun modern yang dibuat secara manual (batik asli).
Namun pembedaan seperti di atas akan sulit dilakukan jika bahan kain yang digunakan adalah kain yang tipis semisal sutera ataupun sutera tiruan, karena warna akan muncul pada kedua sisi hampir sama, untuk membedakan ini perlu kejelian yaitu dengan memperhatikan detail gambar, maka akan terlihat dan dapat dibedakan antara coretan buatan tangan atau coretan buatan mesin.
Walaupun demikian, setiap orang bisa membeli menurut kesanggupannya dan tergantung dari nilai dan seni yang ada pada barang tersebut.