Nilai-Nilai Estetik Seni Lukis Bali Modern
Penulisan thesis ini bermaksud mengkaji masalah transformasi budaya, dalam bidang seni lukis yang dimulai di daerah Ubud sekitar tahun 1930-an. Wujud transformasi melibatkan dua unsur estetika antara estetika Bali klasik dengan unsur estetika Barat, yang dilakukan oleh pelukis-pelukis Bali melahirkan corak baru yang disebut seni lukis Bali modern. Seni lukis Bali modern merupakan perubahan dari seni lukis Bali klasik menjadi corak baru yang menjadi mazhab baru dalam perkembangan seni lukis Bali. Kenyataan ini sering menimbulkan isu yang mengatakan bahwa dalam perkembangan seni lukis telah merosot akibat pengaruh komersial. Untuk mengetahui secara mendasar perlu diadakan penelitian. Tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menjawab kebutuhan penelitian yang dimaksud dengan mengambil judul Nilai-nilai Estetik Seni Lukis Bali Modern. Mengingat luasnya permasalahan maka akan dibatasi pada periode tahun 1930-1980-an. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan nilai-nilai estetika dengan latar sosial budaya dan kesejarahan. Kajian-kajian dipaparkan menurut penulisan kritik seni rupa secara deskriptif analisis. Tujuan utama dari penelitian ini adalah mencari data secara konseptual tentang perubahan wacana seni lukis Bali, akibat masuknya estetika Barat yang dimulai dengan hadirnya Walter Spies dan Rudolf Bonnet serta Arie Smit. Berkenaan dengan itu obyek penelitiannya adalah karya seni lukis Bali klasik, karya Walter Spies dan Rudolf Bonnet serta para pelukis Bali yang tergabung dalam Pita Maha maupun karya-karya pelukis dalam perkembangan berikutnya.
Masalah-masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah menekankan pada proses adaptasi estetika Barat yang dibawa oleh Walter Spies dan Rudolf Bonnet dan Arie Smit terhadap pelukis-pelukis Bali yang dilatari estetika klasik sebagai acuan dalam mengadakan perubahan-perubahan yang terjadi selanjutnya. Faktor-faktor apa yang dapat memacu motivasi kreatif dan inovatif bagi pelukis-pelukis Bali untuk melahirkan ekspresi pribadi dalam corak dan gaya baru yang berkembang secara massal. Bagaimana ciri-ciri nilai estetik yang muncul dari perubahan corak dan gaya yang terjadi pada masing-masing kelompok.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka teknik pengumpulan data dipergunakan : studi kepustakaan, observasi, dan wawancara. Model analisis data menggunakan metoda kaji banding yang disajikan secara deskriptif, interpretatif dan evaluatif, kemudian dirangkum untuk menarik kesimpulan-kesimpulan.
Penulisan thesis ini terdiri 5 bab, yakni: bab I pembahasan latar belakang dan metodologi penelitian, bab II pembahasan landasan teoritik, bab III pembahasan tinjauan data empiris, bab IV kajian nilai estetik seni lukis Bali modern dan bab V merupakan kesimpulan dan saran-saran.
Hasil yang dicapai berupa pokok-pokok kesimpulan, sebagai berikut :
1. Konsep estetika Bali yang terbuka bagi kebudayaan luar, membuat pelukis Bali selalu adaptif terhadap kesenian luar dalam memperkaya identitas kebaliannya.
2. Masuknya estetika Barat membawa perubahan corak dan sikap berkesenian pelukis Bali. Lahirnya corak baru merupakan pergeseran kodifikasi gambar pewayangan ke arah penggambaran obyek secara realistis. Hal ini ditandai dengan masuknya kaidah anatomi realistis, perspektif sinar dan bayang-bayang. Perubahan sikap berkesenian dari sifat kolektif religius ke arah individual sekular.
3. Penekanan pada kebebasan kreatif yang disodorkan Arie smit menghasilkan seni lukis Young Artists, namun unsur perupaannya dipengaruhi oleh gaya Ubud dan gaya Batuan.
4. Akibat dorongan untuk selalu mencari identitas diri yang selalu didengungkan Rudolf Bonnet, sebagian pelukis membangun kreativitasnya lewat estetika seni lukis Bali klasik secara murni. Konsep-konsep perubahan tersebut membaur saling mempengaruhi membentuk kepribadian masing-masing.
5. Akibat merebak dan tenarnya gaya-gaya ini ke percaturan seni dunia dapat memacu sikap profesional dan mendorong tumbuhnya sektor jasa lainnya, seperti : art shop, galeri, museum-museum seni lukis dan lembaga-lembaga formal. Secara internal dapat memacu motivasi kreatif dan inovatif bagi pelukis-pelukis muda, sehingga lahirlah seni lukis flora dan fauna berdasarkan pengembangan tema post card dan kulit telor berdasarkan pengembangan material.
6. Nilai-nilai estetik seni lukis modern tercipta dari perluasan tema keseharian, disajikan secara dekoratif realistis dengan sifat kegarisan yang sangat kuat. Warna-warnanya menunjukkan identitas kelompok yang sangat kuat. Penampakan pola komposisi ruangnya menampilkan kecenderungan pada gaya klasik dengan memanfaatkan perspektif realistis.
Nilai-nilai estetik seni lukis Bali modern terdiri dari identitas masing-masing gaya yang didukung oleh ekspresi individu yang beragam. Secara umum ditandai dengan perkembangan tema-tema keseharian, yang mengakibatkan kecenderungan penggambaran obyek semakin realistis. Kuatnya pakem-pakem perupaan seni lukis Bali klasik mengakibatkan obyek selalu disajikan secara dekoratif (“dekoratif realistis”). Secara teknis memiliki sifat kegarisan yang sama sebagai kekuatan berlanjut dari seni lukis bali klasik, sehingga identitasnya berbeda dengan seni lukis modern lainnya di Indonesia.
Dari paparan itu muncul suatu thesis, bahwa “kekuatan pemahaman pakem-pakem estetika Bali klasik bagi pelukis-pelukis Bali dapat menyaring pengaruh estetika Barat, yang melatari setiap perubahan yang terjadi. Hal ini merupakan wujud kesinambungan tradisi masih terjaga dengan baik”. Akibat pemahaman itu “seni lukis Bali modern telah menemukan pakem perupaan yang telah menjadi tradisi baru dalam perkembangan seni lukis Bali”. Berkenaan dengan itu apabila melakukan penelitian terhadap seni lukis Bali modern sudah sepantasnya memahami konsep estetika bali secara baik.
ADS HERE !!!