Pemetaan dan Konservasi Disain Batik Tradisi sebagai Langkah Cultural Haritage dalam Pengembangan Berbasis Local Genius di Era Industri Kreatif
Arus globalisasi dan perubahan sistem membawa implikasi luas terutama terhadap keberadaan karya tradisi seperti kerajinan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri. Pengaruh globalisasi disatu sisi memberi pengaruk kuat masuknya budaya global kedalam masyarakat lokal melalui berbagai media, sehingga akan mendesak atau mempengaruhi unsur-unsur budaya lokal untuk berubah bahkan diambil alih. Disisi lain, globalisasi sekaligus juga memberi kemungkinan terjadinya dialog antar budaya lokal dan budaya global, sehingga terjadilah dialog budaya yang saling menguntungkan. Warisan budaya lokal seperti seni batik tradisi dalam berbagai bentuknya menjadi kekayaan masyarakat yang menyimpan pengetahuan serta kearifan lokal yang tinggi nilainya. Penelitian ini mencoba menginventarisasi warisan seni batik tradisi Jawa, sehingga dapat menjadi hak kekayaan intelektual masyarakat setempat. Karena budaya seni kerajinan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri merupakan salah satu warisan budaya masyarakat yang masih berkembang sampai saat ini. Dalam penelitian ini difokuskan pada permasalahan yang dibahas, yaitu : Berdasarkan permasalahan tentang batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri yang diuraikan di atas, maka dapat dibuat suatu rumusan mengenai permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: Bagaimana latar belakang adanya batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, dalam kaitannya dengan budaya Surakarta. Bagaimana mengembangkan jenis-jenis motif batik tradisi. Bagaimana mengembangkan proses dan bahan yang digunakan untuk produk tenun ikat tradisi. Bagaimana mengembangkan kualitas produk batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri melalui pengembangan disain dan fungsi dalam rangka peningkatan ekonomi produk kreatif di era global.
Secara garis besar penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian yang mendalam tentang peningkatan produk tenun ikat tradisi melalui pengembangan disain. Adapun penelitian yang dilakukan mengarah kajiannya untuk: Mengetahui latar belakang adanya batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri dalam kaitannya dengan budaya Surakarta, Mengembangkan jenis-jenis motif batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, Mengembangkan proses dan bahan yang digunakan untuk produk batik tradisi, dan dapat dijadikan salah satu dasar pengembangan kualitas produk batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri melalui pengembangan disain, material, fungsi dalam rangka peningkatan kualitas dan ekonomi produk kreatif di era global, serta perlindungan HKI, publikasi majalah nasional terakreditasi dan buku ajar.
Metode penelitian, penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi aslinya di mana subjek penelitian berada. Peneliti menjelajahi kancahnya dan menghabiskan waktunya untuk mengumpulkan data sampai secara langsung dan mengarahkan kajiannya pada interpretasi obyek menurut apa adanya. Berdasarkan masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu mengenai latar- belakang, jenis pola batik tradisi, serta makna simbolis dan estetis dalam batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri. Maka bentuk penelitian tindakan (action research) yang di pakai studi kasus tunggal. Studi kasus tunggal merupakan studi kasus terpancang yang mempunyai sifat menyeluruh masih tampak bahwa berbagai faktor yang dipandang tetap saling berkaitan dan berinteraksi, hanya faktor selain masalah utamanya tidak menjadi fokus dan tidak banyak dibahas. Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini berupa: Karya seni yang berupa pola batik tradisi, Informan yang terdiri: Para seniman batik tradisi, baik yang profesional, akademik, Para ahli yang mengetahui bidang kerajinan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, orang-orang yang terlibat, Peristiwa proses pembuatan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri, dan Arsip dan dokumen serta catatan yang diperoleh dari berbagai pihak. Teknik pengumpulaan data sebagai berikut: Wawancara bersifat “open-ended” dan mendalam yang dilakukan secara formal maupun non formal, Oleh karena itu wawancara ini sering disebut in-depth- interviewing. Observasi dapat dilakukan secara langsung atau juga sering disebut observasi partisipasi langsung dapat dilakukan dengan berperan. Artinya observasi berperan, perilaku yang bergayutan dan kondisi lingkungan yang tersedia di lokasi penelitian dapat diamati secara formal maupun tidak formaln di tempat industri kreatif batik di Tirtomoyo, Kab. Wonogiri dengan tujuan dapat berinteraksi dengan informan.
Dokumen dan arsip yang berupa catatan dan pola batik di Kec. Tirtomoyo Kab. Wonogiri sangat berarti dan merupakan salah satu data fisik. Teknik Cuplikan yang digunakan lebih bersifat “purposive sampling” atau tepatnya merupakan cuplikan dengan “criteriation based selection”. Penelitian kualitatif ini memakai cara untuk meningkatkan keabsahan data dalam pe- nelitiannya, yaitu dengan cara “triangulasi data”. Proses analisis dalam penelitian ini terdapat tiga komponen utama yang harus benar-benar dilakukan, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses yang saling berkaitan serta menen tukan hasil akhir.
Pembahasan; Latar belakang keberadaan Batik Wonogiren dimulai dari pengembangan desain motif batik Mangkunagaran. Pengertian Batik Wonogiren bukan dari Kabupaten Wonogiri, tetapi hasil karya seorang pembatik asal Keraton Mangkunagaran. Nama Wonogiren adalah istri seorang Bupati Wonogiri bernama Kanjeng Wonogiren. Batik Wonogiren adalah batik dengan babaran cara Kanjeng Wonogiren. Pada perkembangannya Babaran Wonogiren digemari oleh masyarakat pengguna kain batik pada saat kekuasaan KGPAA Mangkunagara VII – VIII. Batik Wonogiren merupakan salah satu motif untuk memberi ciri khas dan menandai daerah kekuasaannya di daerah Wonogiri. Tirtomoyo merupakan daerah pembatikan terbesar di Kabupaten Wonogiri, yang mempunyai kaitan erat dengan sejarah masuknya seni kerajinan batik ke Wonogiri. Peran masyarakat Kecamatan Tirtomoyo dalam pengembangan desain Batik Wonogiren adalah menghasilkan motif-motif Batik Kreasi Baru dengan remukan Wonogiren. Inspirasi motif batik tersebut berasal dari tradisi, kondisi alam Wonogiri, pesanan konsumen, dan fenomena masyarakat di Wonogiri. Batik Wonogiren hasil kreasi para perajin batik di Kecamatan Tirtomoyo memberi peran nyata dalam membangun perekonomian masyarakat sekitar, dan menjadi salah satu produk unggulan di Kabupaten Wonogiri yang berkaitan dengan sektor industri, perdagangan serta pariwisata. Peran tidak langsung dari aktivitas pengembangan desain tersebut adalah menjaga keberadaan batik sebagai Pemetakan dan Konservasi Disain Batik Tradisi Sebagai Langkah Cultural Haritage DalamPengembangan Berbasis Local Genious di Era Industri Kreatif dalam menghadapi pengaruh global. Peran yang utama adalah masyarakat harus mampu mengembalikan citra batik sebagai seni rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat. Pada jaman dahulu Batik Wonogiren merupakan bagian dari Batik Mangkunagaran yang berasal dari hasil legitimasi penguasa (raja) sebagai simbol kekuasaan.
Visualisasi Batik Wonogiren dipengaruhi oleh pengalaman dan wawasan penciptanya. Faktor sejarah keberadaan para pembatik Pura Mangkunagaran yang mengembangkan usaha di Wonogiri, menjadi awal tumbuhnya keahlian para pengusaha dan perajin di Kecamatan Tirtomoyo dalam menghasilkan motif-motif batik dengan tetap memperhatikan aspek-aspek desain. Pada umumnya perajin Batik Wonogiren memvisualisasikan karya atau mengekspresikan idenya ke dalam bentuk dua dimensi secara instingtif, bahkan hanya menuruti kepekaan rasa yang terlatih karena kebiasaan membatik. Sosial dan budaya adalah faktor yang saling terkait dan mempengaruhi pengembangan desain Batik Wonogiren. Faktor sosial bersifat mikro yang member sumbangan pengembangan desain Batik Wonogiren, hidup dalam masyarakat berupa sifat dan tata aturan kehidupan di daerah yang bersangkutan. Sosial terbangun dari hasil interaksi para perajin dengan berbagai komunitas dan situasi. Faktor budaya bersifat makro yang secara langsung mempengaruhi visualisasi motif Batik Wonogiren. Faktor tersebut meliputi kontak antar daerah pembatikan, kepercayaan, adat istiadat, letak geografis daerah pembuat batik, dan keadaan alam sekitarnya.
Kontak atau hubungan antar daerah pembatikan menjadi salah satu faktor budaya pada uraian di atas, karena Kecamatan Tirtomoyo memiliki hubungan dengan Pura Mangkunagaran dari segi sejarah. Proses membatik di daerah tersebut berasal dari para pembatik Pura Mangkunagaran. Pembatikan mengalami perkembangan secara perlahan menyesuaikan sifat dan aturan kehidupan di daerah tersebut, termasuk cara masyarakat hidup dengan adat istiadat sebagai manifestasi kepercayaan. Letak geografis dan keadaan alam sekitar mempengaruhi keanekaragaman desain motif. Desain dalam hal ini berperan sebagai sarana antara alam pikiran dan realitas pada masyarakat. Arus globalisasi dan perubahan sistem membawa implikasi luas terutama terhadap keberadaan karya tradisi seperti kerajinan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri. Pengaruh globalisasi disatu sisi memberi pengaruk kuat masuknya budaya global kedalam masyarakat lokal melalui berbagai media, sehingga akan mendesak atau mempengaruhi unsur-unsur budaya lokal untuk berubah bahkan diambil alih. Disisi lain, globalisasi sekaligus juga memberi kemungkinan terjadinya dialog antar budaya lokal dan budaya global, sehingga terjadilah dialog budaya yang saling menguntungkan. Warisan budaya lokal seperti seni batik tradisi dalam berbagai bentuknya menjadi kekayaan masyarakat yang menyimpan pengetahuan serta kearifan lokal yang tinggi nilainya. Penelitian ini mencoba menginventarisasi warisan seni batik tradisi Jawa, sehingga dapat menjadi hak kekayaan intelektual masyarakat setempat. Karena budaya seni kerajinan batik tradisi di Kec. Tirtomoyo, Kab. Wonogiri merupakan salah satu warisan budaya masyarakat yang masih berkembang sampai saat ini.