Conceptual Art Atau Seni Konseptual
Sebuah ungkapan dan pernyataan tentang bebas dalam segalanya telah dimulai dalam dunia seni. Bebas dalam segalanya ini merupakan sebuah perkembangan yang luar biasa dengan dikenal dengan kelahiran istilah konsep atau ide, informasi seni, selama berkaitan dengan keanekaragaman bentuk seni, penampilan seni, dan peristiwa seni. Penampilan karya seni tidak lagi memperlihatkan bentuk yang unik, tidak wajar, dan tidak biasa. Keberadaannya lebih rumit lagi sebab segalanya berada dalam alam pikiran seniman dan penikmat. Hal ini menuntut perhatian baru dan persepsi kejiwaan dari para penikmat (apresiator).
Gejala ini mengambarkan berkembangnya ide yang diperkenalkan oleh seorang seniman Marchel Duchamp pada permulaan tahun 1917. Duchamp ialah seorang seniman muda asal Perancis yang menyatakan bahwa dirinya lebih tertarik pada ide daripada karya akhir. Dia meletakkan kebiasaan kencing (dalam tanda kutip) “R.
Mutt dan memasukkan kebiasaan itu pada sebuah patung yang diberi judul air mancur‘ pada suatu pameran di New York. Rekan-rekan Duchamp menolak cara berkarya seninya seperti itu. Duchamp dijuluki seniman yang ready-made atau dalam pengertian apapun bisa jadi seni dan gampang. Hal ini mungkin merupakan bentuk pemurnian dari konsep karya seni, yang pertama adalah mempertanyakan kesadaran diri dan ketidaksadaran diri, kedua merupakan status dalam seni dan segi keanekaragaman hubungan pameran, kritik dan penghargaan apresiator. Duchamp menyatakan bahwa seni dapat berada di luar konsep kriya (teknis belaka), media lukis dan patung serta pertimbangan emosional. Hal ini artinya seni lebih dari sekedar hubungan seniman dengan apa yang dikerjakan dengan tangannya atau rasa keindahannya. Konsep dan pemikiran diletakkan lebih utama di atas perwujudan plastis dan juga di atas pengalaman pancaindera. Ia terkenal kemudian sebagai seniman yang kontroversial, yang menggunakan bahasa dan segala macam cara permainan verbal dan visual. Pengaruh Dadaisme sangat kuat pada Duchamp, misalnya kekuatan ide untuk membuat sesauatu yang anarkistik, perselisihan politik, dan inilah yang selanjutnya berperan dalam perkembangan aliran Surealisme.
Seni di akhir tahun 1950-an dan awal 1960-an baik di Eropa maupun di Amerika telah diwarnai dengan konteks kesadaran tanpa obyek, pasca Duchamp. Pada masa ini pencapaian kemurnian seni dan ekspresi menunjukkan kebebasan yang lebih menonjol. Ekspresi adalah ide yang telah luluh terpadu dalam seni yang berupa informasi, kebahasaan, matematika, biografi, kritik sosial, gaya hidup, lelucon, cerita dan sebagainya.
Setelah tahun 1966, ketertarikan terhadap hubungan dan kelayakan obyek seni yang unik mewabah, bergerak dari pinggiran menuju pusat kota. Motivasinya sangat bervariasi, misalnya politik, estetika, ekologi, teater, filsafat, jurnalistik dan psikologi. Para seniman muda mengkonfrontasikan hal tersebut dengan cara meminimalkan dalam berkarya. Yang dikerjakan hanya sedikit, berbagai aturan dalam berkarya patung dan lukis tidak dihiraukan lagi. Ada sejumlah seniman yang tidak tertarik pada hal-hal yang berbau moralitas, beralih pada gaya seni yang berkonotasi tradisional.
Seni dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kemanusiaan atau sejenisnya. Sejumlah karya yang oleh Weiner dikategorikan bebas aturan dapat diterima. Akhirnya masyarakat dirasuki oleh pikirannya. Satu saat kamu memahami karya-karyaku, kata Weiner, Itulah dirimu. Douglas Huebler seorang konsepsionalis sejaman Weiner, Joseph Kosuth, dan Robert Barry, menulis pada tahun 1968: Dunia ini dipenuhi dengan obyek, baik yang menarik maupun yang tidak menarik, tidak bijaksana rasanya kalau mencampuradukannya. Saya lebih suka yang sederhana, untuk menjadikan suatu benda berada dalam waktu dan udara.
Salah satu karya Huebler Pertukaran Bentuk antara New York dan Boston, mempergunakan peta dan petunjuk untuk merencanakan sebuah kreasi segi delapan tigaribu kaki pada suatu sisi, yang dimaksudkan akan dipasarkan dengan stiker putih berdiameter 1 inch. Kegiatan seni konseptual telah menyatukan ide dan bahasa menjadi bagian penting dalam berkarya, selain pengalaman visual dan kemampuan mengindera. Tanpa bahasa tidak ada seni, kata Lawrence Weiner.
Bahasa memberikan karakter yang mendasar dan kesempatan yang banyak untuk berkarya. Bahasa memberikan jalan kebebasan dan melepaskan diri dari kejenuhan terhadap materi-materi yang mengikat, media berkarya lukis, dan hal ini merupakan spektyrum baru dalam berkarya lukis dan patung. Berbagai produk budaya seperti koran, majalah, biro perjalanan, kantor pos, telegram, buku-buku, katalog, dan mesin fotokopi menjadi pikiran-pikiran baru yang melahirkan subyek baru dari ekspresi.
Pengertian
Seni konseptual (conceptual art) artinya seni yang lebih atau berkaitan dengan konsep. Konsep atau konseptual yang berasal dari bahasa Latin Conceptus berarti pikiran, gagasan atau ide. Dengan demikian seni konseptual ini lebih menekankan pada gagasan atau ide seninya, daripada perupaan karyanya. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh seniman dari California, Edward Keinholz dan Henry Flint pada awal tahun 1960, yang merupakan sinonim dari idea art. Seorang seniman Minimalis, So Le Witt, secara formal menggunakan istilah tersebut dalam sebuah artikelnya Paragraph on Conceptual Art yang dimuat pada ―Art Forum yaitu majalah terbitan berkala tahun 1967, antara lain mengemukakan:
“In Conceptual Art idea or concept is the most important aspect of the work …. All planning and decisions are made before hand and the execution is a perfunctory affair. The idea becomes the machine that make the art …. (Roberta dalam Nikos Stangos, 1994:261).
Dari keterangan Le Witt jelaslah bahwa konsep atau ide penting dalam penciptaan seni Konseptual. Gerakan ini menempatkan konsep atau gagasan sebagai hal yang pokok. Obyek seni atau material hanyalah merupakan akibat samping dari konsep seniman. Mereka menggunakan batasan-batasan seperti dematerial, immaterial, dan anti form‟.
Seni Konseptual adalah gerakan seni yang lahir bersamaan waktunya dengan seni Minimal, yakni pada pertengahan tahun 1960. Dalam beberapa kasus ketidakjelasan politik dan pertumbuhan kesadaran sosial di Eropa dan Amerika pada tahun 1960-an mendorong hasrat sebagian seniman untuk menjauhi tradisi elit seni. Beberapa seniman tidak tertarik dan menolak ikon tradisional, yaitu gaya, nilai-nilai dan pengaruhnya. Di samping itu sistem pasar yang tidak masuk akal, keterbatasan ruang gerak seni dan seniman semakin mempertajam reaksi seniman untuk menciptakan seni yang baru.
Perkembangan Seni Konseptual
a) Pengaruh Dadaisme
Duchamp ialah seniman yang paling kontroversial dan berpengaruh di Amerika.
Dia mempunyai pandangan bahwa seni itu lebih erat berhubungan dengan identitas seniman daripada yang lainnya. Ia memanfaatkan cara-cara verbal, secara serampangan seakan-akan dengan sengaja merencanakan perubahan baik dari hal yang kecil sampai substansinya. Dalam suatu pernyataannya dia menjelaskan, Saya melemparkan urinoir ke wajah mereka dan sekarang mereka datang untuk mengaguminya sebagai sesuatu yang indah, kritik telah salah dalam menginterpretasikannya. (Richter, 1969). Duchamp juga mengatakan bahwa ia sangat suka dengan gagasan itu daripada produk akhir. Duchamp dengan ready made‟s-nya (Fountain dan lebih awal Bicycle Wheel‟ maupun Bottle Rack‘nya) benar-benar membuat kejutan kemapanan seni pada jamannya. Dengan benda siap pakainya Duchamp telahh merumuskan seni sebagai ide atau sebaliknya.
b) Pengaruh seni Pop
Seni konseptual mendapat pengaruh cara-cara seniman Pop Amerika dalam menggambarkan obyek dan dalam memakai metarial seni. Jasper John salah satu seniman yang senang menggunakan kombinasi kata atau huruf dengan aspek visual lainnya adalah salah satu contoh yang ditiru. Kemudian karya foto dan gambar Rouschenberg, karya Ed Ruscha dan karya Roy Lichtenstein adalah contoh-contoh karya yang erat kaitannya dengan material seni dan cara yang digunakan oleh seniman Konseptual.
c) Pengaruh Seni Minimal
Seni Minimal tidak memanipulasi material industri dan mengukuhkan seni pada ambang batas cara inilah dengan metode yang tepat. Menggunakan bahasa, ilmu pengetahuan, matematika, dan berbagai hal yang bersifat empiris, ironis dan mendorong seni ke seluruh subject-matter. Sebagian para konseptualis mengambil peluang secara terus terang kepada gaya minimal. Contohnya adalah tentang pernyataan Robert Barry terhadap karyanya :Saya tidak memanipulasi kenyataan, apa yang akan terjadii, terjadilah biiarkan benda-benda pada mereka sendiri. Pernyataan Barrry ini mirip dengan ide kaum Minimalis yang tidak memanipulasi material.
d) Pengaruh gaya Ekspresionisme-Abstrak
Bentuk konseptual yang paling mendapat pengaruh aliran ini adalah “process Srt” dan “Body Art‖. Yang mengacu pada spirit dan cara-cara Jackson Pollock yang berkarya lebih menekankan pada proses dan spontanitas.
Konsep Seni Konseptual
Sesuai dengan namanya, seniman konseptual lebih mengutamakan gagasan atau ide daripada yang lainnya. Mereka menawarkan suatu sikap yang paling akstrim, yang nyata-nyata berkeberatan dengan media konvensional, mencari alternatif yang paling radikal dengan konsep dan sungguh-sungguh memperjuangkan pada karya mereka. Conceptual Art dapat disatukan oleh suatu sikap penggunaan bahasa verbal (maupun non verbal) analogi atau ilmu bahasa, ide dan bahasa menjadi hal yang utama dalam seni. Sedangkan aspek visual yang menyenangkan mata hanyalah bersifat sekunder, apa saja halal dilakukan, baik yang puritan, yang berpengaruh atau tanpa apa saja.
Sejak kehadiran seni Konseptual, batas-batas antara seni rupa dengan seni yang lain secara fisik mulai kabur. Seni Konseptual mencaplok (annexation) hampir semua potensi beragam seni maupun non seni. Mereka menemukan nuansa (spectrum) baru dalam seni rupa sebagai pengganti lukisan atau patung. Bahasa, surat kabar, majalah, advertising, pos telegram, buku-buku, katalogus, fotokopi, filem, video, anggota badan, penonton, bahkan dunia ini bisa dijadikan medium maupun obyek seninya. Seni konseptual ibarat black hole (lubang hitam di angkasa raya) yang sanggup menelan apa saja yang mendekatinya. Begitu banyaknya jenis-jenis seni konseptual yang secara tipikal maupun empiris dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
n Karya Proto - Konseptual (pra-konseptual)
Kelompok ini bisa dilacak dengan melihat proto - tipe karya seni rupa sebelum gerakan ini, tampak pada beberapa fenomena seni non - formalis yang mendahuluinya. Yang paling jelas kaitannya dengan tipe ini adalah karya ‗siap pakai‘ Duchamp dan siikap berkesenian Duchamp. Beberapa sumber mengacu pada karya-karya Rouschenberg terutama karya gambarnya yang berjudul ‗Erased de Kooning Drawing‟ tahun 1953 dan karya fotografinya yang berjudul ‗potrait‘‘ tahun 1959. Kemudian Ferdinand de Saussure (penulis) menunjuk karya Ed Ruscha awal yang berjjudul „Standed Station‟ yang memanfaatkan kata dan materi visual lainnya masuk kelompok ini. Yang mirip dengan karya Ruscha dapat kita jumpai pada karya Jasper John, Roy Lichtenstein, Robert Indiana, dan Andy Warhol, kemudian juga dalam bentuk lain pada karya „action‟nya Jackson Pollock.
n Karya seni Konseptual Murni.
Jenis karya konseptual ini menekankan perhatian pada penerapan ide yang menjadi hakikat dari suatu karya seni. Sebagai gerakan yang progresif, mereka merumuskkan ‗dematerialization of the art object‟ atau ‗anti-form movement‟sebagai suatu evolusi seni yang mengarah kepada ‗immaterial‟.
Meskipun pada akhirnya para seniman Konseptual murni ini juga menggunakan material atau bentuk, tetapi itu bukanlah menjadi tujuan tetapi hanya merupakan akibat dari ide atau konsep mereka. Pada karya-karya jenis ini banyak memanfaatkan penggunaan bahasa, terutama bahasa verbal dan biasa dengan obyek seni statis, berupa huruf, kata atau kalimat. Untuk melengkapi deskripsi, mereka juga memanfaatkan ikon inkonvensional lainnya, dengan tanpa keunikan, tanpa pengaruh, tanpa apa saja, karena yang penting adalah idenya.
n Karya Konseptualisme (ultra konseptualisme)
Seni Konseptual sebagai suatu ide, adalah suatu gerakan yang akhirnya membawahi berbagai bentuk kesenian, dan ini salah satu alasan kenapa disebut sebagai ultra-konseptualisme. Bagaimanapun immaterialnya konseptualisme, sebagai seni, ia berkaitan dengan masalah abstraksi dari gagasan, ide atau konsep.
Seni konsep yang awalnya memperjuangkan ide murni dan immaterial, pada akhirnya larut dalam abstraksi berkesenian, sehingga menimbulkan berbagai bentuk seni yang baru, yang meskipun ada kesamaannya, satu sama lain memiliki perbedaan yang jelas, antara lain : ‗Performance Art‟, „Process Art, Earth atau Land Art, Happening, Environments Art dan sebagainya.
Untuk mengetahui gambaran tentang beragam bentuk seni yang baru yang cenderung mengarah kepada ―Conceptual Art”.
n Performance Art – Ketika kata-kata tertulis dan media statis dianggap sebagai material yang mengikat, beberapa seniman Konseptual berusaha membebaskan diri, mencari alternatiff baru dalam ‗Performance Art‟ yang merupakan transformasi narasi teks (tertulis) ke dalam bentuk teatrikal, personal maupun kolektif.
n Process Art – Secara eksternal karya jenis ini tampak pada substansi organisnya. Material yang digunakan bisa berupa : minyak, kayu, karet, rumput, es, debu, daging dan sebagainya serta memanfaatkan kekuatan alam, grafitasi, temperatur, atmosfir yang selalu membuat subyek selalu berproses seperti mengembang, menyusut, membusuk, dan sebagainya.
n Earth atau Land Art – Seni yang memanfaatkan kekayaan alam, bentuk amorf, bentuk abstrak, kerucut, ketahanan alam, geologi, cuaca, berbagai ilusi yang ditimbulkan untuk kepentingan seninya.
n Environments Art – Seni yang memanfaatkan berbagai material. Sebagian besar adalah material bekas atau material yang tidak layak dipakai untuk berkesenian, para seniman memiliki misi tertentu terhadap lingkungannya. Dalam format yang kecil, gaya ini disebut ‗Assembladge Art‘.
n Happening – Hal ini mengacu kepada aksen dalam action painting. Para senimannya sebagaimana gaya action painting mengutamakan spontanitas dengan berbagai gerakan improvisasi seperti halnya ‗performance art‟. Berbeda dengan Happening yang memanfaatkan ruang dan waktu yang sebenarnya (tidak dibuat-buat), sedangkan performance pada kesemppatan tertentu saja.
Seniman Seni Konseptual
Yoseph Kosuth - dilahirkan di Toledo, USSA, 31 Januari 1945. Kepeloporannya dalam seni konseptual tampak sekali dalam penggunaan bahasa,kemungkinan hal ini dilatarbelakangi oleh profesinya sebagai reporter (merangkap editor) di Art Magazine dan Fox Magazine. Seniman ini sangat kontroversial, sebab dialah yang memberikan penekanan seni sebagai ide dalam berbagai pengantar pameran seni konseptual maupun berbagai pernyataan-pernyataannya, karyanya antara lain : One and Three Chairs (1985), As Idea as Idea (1963), Zero and Not.
On Komara – seniman ini kelahiran Aichi, Januari 1933. Awal karirnya adalah sebagai pematung, kemudian merambah pada karya-karya lingkungan. Pada tahun 1959-1965 dia mengembara di Eropa, Amerika dan Mexico. Sejak itu karya-karyanya mengarah pada ‗dematerilization‘. Karyanya : I am Still alive, Today On Going (1966).
Alan Karow – seorang seniman konseptual kelahiran kota Atlantic USA, tahun 1927. Dia adalah penjelajah, yang karirnya dimulai dari Assembladge Art, Envorinments Art dan akhirnya Happening. Karyanya adalah : Yard, sebuah karya lingkungan yang memanfaatkan ban bekas, dilaksanakan di Martha Jackson Gallery (1961), Soap (1965).
Vito Acconi – seniman yang memanfaatkan berbagai unsur seni konseptual secara terpadu. Bahasa, tulisan, tape, filem, kursi, tubuhnya bahkan penontonpun ikut terlibat menjadi subyek seni. Karyanya : Series of Performance (1970), Hand in Mouth Piece (1970), Learning Piece (1970), Seedbed (1972).
Bruce Nauman – seniman konseptualis yang cenderung pada performance, salah satu karyanya ada yang nyata-nyata mengacu pada Duchamp. Karyanya: Self Potrait as a Fountain, Punch & Judi (1985) neon dan kaca di atas alumunium.
Seniman lainnya yang cukup terkenal : Bruce Nauman, Robert Smithson, dan Linda Bengils.
Seni Konseptual merupakan gerakan seni yang paling besar dan cepat tumbuh di abad keduapuluh ini. Banyak karya yang dihasilkan, tetapi yang dikoleksi oleh Museum atau galeri seni tidaklah seberapa kalau dibandingkan dengan gerakan seni abad kesembilanbelasan. Parametter kebenaran seni konseptual bukanlah pada banyaknya yang dikoleksi atau harga karya, tetapi idealisme yang diperjuangkannya. Meskipun pada akhirnya seni konseptual surut juga, tetapi spiritnya masih kita rasakan sampai hari ini, berdampingan dengan kemapanan seni lukis dan seni patung yang konvensional.