Pengembangan Pembelajaran Seni Rupa
Isi pembelajaran seni rupa mencangkup apresiasi seni rupa dan mengekspresikan diri melalui kegiatan berkarya seni rupa. Guna mendukung agar guru bisa melaksanakan pembelajaran tersebut diperlukan wawasan umum tentang seni rupa dan bagaimana mengembangkan bahan ajarnya. Untuk itu guru perlu memahami, antara lain: pengertian seni rupa, jenis-jenis karya seni rupa, serta hal hal yang menyangkut analisa keindahan dan keunikan seni rupa. Disamping itu guru perlu memahami prosedur apresiasi seni baik berkaitan dengan apresiasi seni rupa terapan maupun apresiasi seni rupa murni agar bisa membimbing siswa melakukan kegiatan apresiasi seni rupa.
Sedangkan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran berkarya seni rupa guru perlu memahami wawasan berkarya seni rupa, antara lain: bahan, alat, unsur, dan prinsip-prinsip seni rupa. Disamping itu guru juga perlu menguasai prosedur berkarya seni rupa baik seni rupa terapan maupun seni rupa murni agar bisa membimbing kegiatan berkarya seni rupa. Hasil karya seni yang dibuat tersebut perlu ditindaklanjuti dengan kegiatan merancang dan menyajikan dalam sebuah pameran. Oleh karena itu guru juga perlu memahami bagaimana merancang dan melaksanakan pameran karya seni rupa.
Setelah mempelajari bab 4, anda diharapkan dapat:
1. mengembangkan bahan ajar apresiasi dan berkarya seni rupa;
2. menjelaskan prosedur apresiasi dan berkarya seni rupa;
3. melakukan kegiatan apresiasi dan berkarya seni rupa sesuai dengan karakteristik siswa; dan
4. merancang penyelenggaraan pameran seni rupa.
A. Wawasan Seni Rupa
Bahan ajar pendalaman materi yang disajikan dalam buku ini masih terbatas, untuk itu guru perlu mengembangkan sendiri lebih lanjut. Secara garis besar jenis bahan ajar seni rupa dapat digolongkan menjadi seni rupa terapan (karya seni kriya dan desain) dan seni rupa murni. Masing-masing golongan seni tersebut dapat dijabarkan berdasarkan wilayah budaya meliputi: lokal/setempat, nusantara dan mancanegara. Berdasarkan coraknya meliputi: primitif, tradisional, klasik, modern dan kontemporer.
1. Pengertian Seni Rupa
Seni adalah aktivitas manusia untuk mengungkapkan pengalaman estetis ke dalam wujud lahiriah dengan tata susunan unsur yang indah, sehingga dapat menimbulkan pengalaman baru bagi orang lain. Pengalaman estetik tersebut dapat disalurkan ke dalam berbagai media yang salah satunya adalah media seni rupa. Seni rupa adalah jenis seni yang menggunakan media atau unsur rupa (visual) atau unsur-unsur yang dapat diindera oleh mata. Ciri lain seni rupa adalah dapat diraba, misalnya karya seni patung. Seni rupa dikatakan berorientasi pada produk, karena itu karya seni rupa dapat dinikmati dalam jangka waktu yang lama atau berulang-ulang.
Seni rupa dapat dibedakan dalam berbagai klasifikasi. Berdasarkan demensinya, seni rupa dibagi menjadi karya seni rupa dua demensi (dwi matra) dan karya seni rupa tiga demensi (tri matra). Berdasarkan fungsinya dibedakan atas seni rupa murni (fine art) dan seni rupa terapan (applied art). Berdasarkan corak atau alirannya, dibedakan atas seni rupa tradisional dan seni rupa modern, atau seni rupa representatif dan seni rupa non-representatif.
2. Jenis-Jenis Karya Seni Rupa
Jenis karya seni rupa memiliki cakupan yang luas. Dalam buku ini akan dikaji beberapa jenis karya seni rupa yang bisa dijadikan acuan dalam melaksanakan pembelajaran seni rupa di SMP/MTs.
a. Gambar
Gambar adalah seni yang menggunakan medium garis sebagai unsur utamanya dan termasuk karya seni rupa dua demensi. Gambar biasanya berfungsi sebagai media membabarkan ide secara rasional, merekan peristiwa, hingga untuk kebutuhan ekspresi. Berbagai peristiwa dapat kita transfer ke dalam gambar, seperti keramaian pasar, kesibukan di terminal, suasana kebun binatang dan sebagainya. Begitu pula benda perabot rumah tangga, objek manusia, binatang dan sebagainya dapat direkam dalam gambar.
Wujud gambar dapat dihasilkan dengan menggunakan berbagai media dan teknik. Gambar dapat dihasilkan dengan menggunakan media kertas. Alat yang bisa digunakan meliputi: arang, pensil konte, crayon, pastel, kapur, cat air, cat poster, tinta. Teknik menggambar bisa dengan goresan, pointilis, arsir, maupun dioleskan. Penggunaan berbagai media dan teknik dapat menghasilkan berbagai jenis gambar. Berikut beberapa penjelasan singkat tentang berbagai jenis gambar.
Gambar teknik, adalah gambar yang digunakan untuk rancangan bidang teknik, misalnya arsitektur atau permesinan. Pada gambar teknik ini digunakan gambar proyeksi dan perspektif. Gambar proyeksi dimanfaatkan untuk menampilkan gambar benda dari berbagai pandangan atau tampak gambar depan, samping dan atas. Sementara gambar perspektif digunakan untuk menampilkan kesan tiga demensi suatu benda dari suatu sudut pandang tertentu.
Gambar ilustrasi, yaitu gambar yang digunakan untuk kepentingan penjelasan suatu tulisan atau karangan. Gambar ilustrasi dapat menyertai suatu cerita. Gambar ilustrasi juga dapat tampil secara dominan dan tulisan hanya sebagai bagian yang memperjelas seperti pada komik. Gambar ilustrasi bisa tampil secara realistik atau dengan penyimpangan. Tampil secara realistik artinya gambar seperti kenyataan yang dapat dilihat kesesuaiannya dengan kenyataan. Dengan penyimpangan artinya gambar ilustrasi menampilkan gambar yang lucu tidak sesuai dengan kenyataan seperti gambar kartun. Gambar yang juga lucu tapi mengandung makna sindiran disebut karikatur.
Gambar bentuk yaitu gambar yang menunjukkan obyek yang realistik. Artinya gambar tersebut menampakkan seperti kenyataan, seakan-akan wungkul, dan tampak meruang. Objek gambar bentuk dapat diambilkan dari benda-benda alamiah dan/atau benda-benda budaya yang memiliki bentuk spesifik. Objek benda-benda alamiah seperti: seperti gambar ember, kursi, botol, cangkir dan sebagainya dapat disusun secara artistik untuk digambar. Benda-benda budaya seperti: topeng, anyaman, keramik dan sebagainya. Benda-benda tersebut dapat digolongkan ke bentuk geometrik dan non-geometrik. Untuk menghasilkan gambar bentuk bisa dilakukan dengan cara melihat langsung benda atau dengan cara mengangankan benda yang pernah dilihat.
Gambar Ornamen yaitu gambar yang digunakan sebagai hiasan. Biasanya terdiri dari motif-motif garis, dan isian-isian berbentuk ragam hias. Misalnya hiasan tepi, hiasan sudut, dan sebagainya. Gambar ornamen juga bisa digunakan untuk mendekorasi benda. Apakah benda kecil atau besar seperi almari, kotak perhiasan , dinding, tegel, pintu dan sebagainya.
Gambar Sket yaitu gambar yang digunakan untuk merekam keadaan, atau bantuan awal untuk rancangan melukis dan mematung. Bentuk gambar sket ini sangat sederhana karena hanya memunculkan goresan-goresan yang mewakili obyek dalam bentuk garis sederhana. Gambar sket yang bisa mewadahi sebagai media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan secara pribadi sudah dapat dikategorikan sebagai karya seni sebagaimana lukisan. Gambar yang demikian biasa disebut sebagai sketsa.
b. Seni Lukis
Seni lukis tergolong seni rupa dua demensi yang unsur utamanya adalah warna. Seni lukis dapat dikatakan sebagai media untuk mengungkapkan pengalaman batiniah seniman. Oleh karena itu hasil karya seni lukis biasa bersifat pribadi. Media dan teknik untuk melukis antara lain dapat menggunakan: kanvas, cat air, cat minyak, cat acrilik, pewarna batik, kolase, grafis seni, grafis komputer dan sebagainya. Objek lukisan bisa berupa objek alam maupun objek non-alam. Berdasarkan objek yang dilukis dihasilkan berbagai jenis lukisan antara lain: lukisan pemandangan alam (landscape), lukisan alam benda (still life), lukisan potret, lukisan lingkungan hidup, binatang dan manusia, serta lukisan abstrak. Dalam sejarah seni lukis dikenal berbagai macam aliran, antara lain: lukisan primitifisme, naturalisme, realisme, surealisme, klasikisme, romantisme, impresio-nisme, kubisme, ekspresionisme, dadaisme dan sebagainya.
c. Seni Patung
Patung adalah karya seni rupa tiga dimensi dengan unsur utamanya adalah masa atau ruang. Media untuk membuat patung dapat berupa: kayu, batu, tanah liat, semen pasir, logam, fiber dan sebagainya. Patung dapat dibuat dengan menggunakan berbagai teknik yaitu: modeling, pahat, cor dan konstruksi. Teknik modeling disebut juga dengan teknik membutsir, membentuk atau menguli. Teknik ini biasa menggunakan bahan yang lembek seperti tanah liat / teracota. Teknik pahat (carving), prinsipnya pematung mengurangi bahan (substractive) yang akan dijadikan patung. Bahan yang bisa digunakan antara lain: batu, kayu atau gibs. Teknik cor (casting) biasanya menggunakan cetakan, prinsipnya pematung menggunakan bahan cair pada waktu proses pembuatan, kemudian bahan tersebut akan beku dalam waktu tertentu. Sedangkan bahan yang bisa dipakai antara lain: logam, bahan keramik, gibs, fiber glass, maupun plastik. Sedangkan teknik konstruksi adalah cara pembuatan patung dengan cara menyusun, mengkonstruksi, merangkai dan membangun komponen komponen bahan yang terpisah-pisah untuk dijadikan satu. Teknik perakitan secara khusus disebut assembling. Teknik konstruksi yang menghasilkan patung dengan cara digantung dan bisa bergerak disebut mobile design.
d. Seni Grafis
Seni grafis adalah karya seni rupa yang dihasilkan dengan cara dicetak/ direproduksi. Artinya karya tersebut dapat dibuat secara berulang menggunakan cetakan. Teknik yang lazim digunakan adalah cetak tinggi, cetak datar, cetak dalam, cetak saring dan cetak film. Istilah tersebut dipakai sesuai dengan prinsip pencetakannya. Seni grafis dapat dimanfaatkan untuk membuat karya grafis terapan seperti: cover buku, pencetakan katalog, pencetakan kemasan produk mulai produk mainan, makanan, barang-barang industri dan sebagainya. Disamping itu juga bisa dimanfaatkan untuk membuat karya grafis yang sifatnya murni digunakan oleh seniman untuk mengekspresikan gagasannya.
e. Desain Grafis
Desain grafis merupakan jenis karya seni rupa terapan yang digunakan untuk menawarkan produk, jasa atau menyampaikan informasi kepada khalayak. Desain grafis dalam dunia perdagangan disebut reklame. Jenis grafis reklame antara lain: poster, spanduk, baliho, kemasan, logo, brosu, katalog, etalase dan sebagainya.
f. Seni Kerajinan dan Seni Kriya
Seni kerajinan dan seni kriya biasa diidektikkan dengan keterampilan tangan. Namun kedua istilah tersebut sering dipisahkan pengertiannya. Seni kerajinan merupakan produk yang berkembang dikalangan rakyat, mengutamakan fungsi, dan diproduksi secara masal. Sementara itu seni kriya berkembang di lingkungan istana dengan penciptanya adalah seniman, mengutamakan estetis, dan tidak diproduksi masal. Berdasarkan bahan yang dipakai penggolongan seni kerajinan meliputi: kayu, tanah liat, bambu, mendong, rotan, kulit, logam dan sebagainya. Berdasarkan teknik yang digunakan, seni kerajinan bisa digolongkan antara lain kerajinan: ukir, keramik, tenun, anyam, batik, sulam dan sebagainya.
g. Seni Instalasi
Seni instalasi adalah fenomena penggunaan berbagai media dalam berkarya seni. Seni instalasi juga karena diilhami dari seni lingkungan (environmental art) yang memberi keleluasaan penikmat untuk masuk dan terlibat dalam karya seni itu sendiri. Seni instalasi bertema kritik sosial dan lingkungan. Performance art juga merupakan fenomena masa kini yang menggunakan berbagai media dalam seni rupa, musik, tari, sastra dan drama. Penggunaan multi media dalam seni rupa juga berkembang dalam desain komputer grafis.
Unsur-Unsur Seni Rupa
a. Garis
Garis dikatakan sebagai unsur yang paling elementer di bidang seni rupa. Ada yang menyatakan bahwa garis adalah hubungan dari titik titik yang berderet dan bersambungan. Garis dipakai untuk membatasi sosok bidang, warna ataupun gambar. Garis dapat pula berdiri sendiri sebagai garis. Garis memiliki karakter sesuai perwujudannya. Garis lurus tebal mengesankan keras; garis lengkung mengesankan lembut; bergerigi, bergelombang, zig zag, patah patah, mengesan-kan menyentak, nakal, menggelitik. Garis vertikal mengesankan anggun, kokoh, dan stabil; sedangkan garis horizontal mengesankan melebar, tenang, kedamaian, dan statis. Oleh karena itu garis merupakan unsur penting untuk menciptakan kesan tertentu dalam gambar.
b. Raut
Raut adalah tampang, potongan atau bentuk suatu obyek. Raut dapat terbentuk dari unsur garis yang melingkup dengan keluasan tertentu sehingga membentuk bidang. Raut juga dapat berarti perwujudan atau perawakan dari suatu obyek, dalam hal ini raut berarti bangun. Dalam pengertian yang lain raut sering dipahami sebagai bidang atau bentuk. Jika bidang adalah permukaan yang memiliki luas dan berarti pipih atau datar, Bentuk dianggap perawakan atau perwujudan yang menggumpal bervolume atau memiliki massa.
c. Warna
Warna merupakan unsur rupa yang paling langsung segera menyentuh perasaan. Dengan warna karya seni rupa yang ditampilkan menjadi menarik dan menyenangkan. Warna bisa merangsang indera mata dan mempengaruhi kejiwaan. Oleh karena lukisan berwarna bisa mempengaruhi pengamat, atau warna bisa memberikan pengaruh jiwa pelukisnya sehingga memiliki ciri khas tersendiri.
Warna dibagi dalam beberapa jenis yaitu warna primer, sekundair dan tersier. Warna primer atau warna pokok adalah warna yang tidak dihasilkan dari percampuran warna, yaitu warna biru, merah, dan kuning. Warna sekundair adalah warna yang dihasilkan dari percampuran antara kedua warna primer, yaitu campuran warna merah dan kuning menghasilkan warna oranye atau jingga; campuran warna merah dan biru menghasilkan warna ungu atau violet; dan campuran warna kuning dengan biru mengahsilkan warna hijau. Sedangkan warna tersier adalah warna yang dihasilkan dari percampuran ketiga warna primer. Contohnya warna coklat dihasilkan dari percampuran antara merah, biru, dan kuning. Putih dan hitan dalam kajian teori warna cahaya tidak digolongkan ke dalam warna karena hanya sebagai akibat terang dan gelapnya cahaya. Sedangkan pada warna pigmen ada warna hitam dan putih yang juga bias dicampur dengan berbagai warna yanga lain.
d. Tekstur
Tekstur adalah sifat atau kualitas suatu permukaan obyek atau benda. Penampakan tesktur itu dapat dilihat maupun diraba dan dirasakan dengan alat peraba. Sifat tekstur dapat halus, licin , kasar, maupun berkerut. Diberbagai jenis karya seni rupa tekstur mengambil peran penting sebagai penentu dan pembeda raut. Raut yang sama akan berbeda kualitasnya jika yang satu licin halus yang lainnya kasar. Tekstur juga dibedakan atas tekstur visual dan taktil, semu dan nyata. Pemanfaatan tekstur pada seni patung akan memunculkan kualitas karya yang berbeda beda. Ada patung dari kayu dengan tekstur yang halus dan licin. Ada patung dari semen pasir dengan tekstur yang kasar dan bergerigi. Tekstur kayu akan berbeda dengan logam, demikian juga tekstur batu akan berbeda dengan gibs dan sebagainya.
e. Ruang
Ruang adalah unsur yang menyatakan kesan kedalaman. Kesan ruang dapat dinyatakan secara nyata seperti dalam seni patung atau sebatas ilusi/maya seperti dalam seni lukis dimana penampilan gambar memberikan kesan ruang dengan penguasaan perspektif garis atau warna. Di bidang seni rupa, ruang adalah unsur yang menunjukkan kesan keleluasaan, kedalaman, cekungan, jauh atau dekat. Dua bidang yang sama jenis, misalnya lingkaran, akan memberikan kesan yang berbeda jika ukuran kedua lingkaran tersebut berbeda. Yang besar akan memberi kesan luas yang kecil akan memberi kesan sempit. Jika berimpit akan memberi kesan dekat dan jika diatur berjarak akan memberi kesan jauh. Dengan gambar perspektif akan ditemukan cara cara untuk menampilkan jauh dan dekat. Kesan jauh dan dekat juga dapat ditimbulkan dengan menggunakan perspektif warna. Ruang juga bisa diciptakan dengan menggunakan bayang-bayang dan gelap terang. Penggunaan bayang-bayang akan membuat kesan modulasi , artinya obyek akan kelihatan ungkul berkesan 3 demensi.
f. Gelap terang
Gelap terang adalah unsur rupa yang berkenaan dengan cahaya, baik secara nyata seperti dalam seni patung atau ilusi/maya seperti dalam seni lukis dimana penampilan gambar memberikan kesan ruang. Dalam gambar kesan gelap terang diciptakan dengan teknik arsir, sementara dalam seni lukis dapat diciptakan dengan penggunaan gradasi warna. Bidang yang gelap berarti tidak kena cahaya dan bagian yang terang berarti kena cahaya. Kualitas goresan pensil yang keras kuat dan tebal pada kertas akan memberi kesan gelap. Sementara goresan yang ringan akan memberi kesan lebih terang. Dalam seni lukis gelap terang juga dihasilkan dari penggunaan warna yang berbeda. Sebaliknya pada seni patung gelap terang lebih disebabkan oleh permainan raut dan ruang sehingga menampilkan kesan gelap terang.
Prinsip-Prinsip Seni Rupa
a. Kesatuan
Kesatuan (unity) adalah kesan yang timbul dari unsur-unsur seni rupa yang terpadu menjadi satu bentuk dan menghasilkan suatu ungkapan. Kesatuan merupakan integritas jalinan unsur yang menjadi kebulatan konsep/gagasan. Karya lukis misalnya merupakan tatanan unsur-unsur yang sudah diolah oleh pencipta dengan cara diselaraskan, diseimbangkan, disebandingkan dan sebagainya. Jadi sebenarnya kesatuan akan terjadi jika ada keselarasan, keseimbangan, proporsi maupun ritme.
b. Keseimbangan
Keseimbangan (balance) memiliki peranan penting dalam seni. Keseimbangan dapat dicapai dengan mengatur letak unsur-unsur hingga terasa tidak berat sebelah antara bagian yang satu dengan bagian yang lain. Dalam karya seni tiga demensi merupakan keseimbangan nyata karena susunan bentuknya, garisnya, tekstur ataupun warnanya. Sementara itu dalam karya seni dua demensi merupakan keseimbangan semu. Prinsip keseimbangan berkenanaan dengan kualitas bobot atau kesan berat ringannya suatu karya. Keseimbangan dapat dibagi atas dua jenis, yaitu: keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan non-formal /asimetris/radial/memencar. Keseimbangan simetris yaitu keseim-bangan yang diperoleh karena bagian-bagiannya selalu sama. Keseimbangan simetris bersifat statis. Sedangkan keseimbangan asimetris yaitu keseimbangan karena antara bagian-bagiannya tidak sama tetapi tetap seimbang. Keseimbangan ini lebih unik, menarik, dan banyak memberikan banyak variasi. Keseimbangan asimetris lebih bersifat dinamis.
c. Ritme atau Irama
Dalam seni rupa irama tidak bisa dipegang atau diraba, tetapi dapat dirasakan. Irama terbentuk karena pengulangan (repetition) dan gerakan (movement). Pengulangan bisa dibuat melalui warna atau nada, bidang atau bentuk, garis dan tekstur. Terdapat tiga kemungkinan terciptanya irama, yaitu: (1) karena pengulangan unsur; (2) karena perbedaan ukuran, dan (3) karena perbedaan jarak. Irama pertama memberikan kesan monoton, irama ke dua dan ke tiga memberikan kesan gerak bervariasi atau dinamis.
d. Penekanan/Aksen
Prinsip penekanan disebut juga dengan prinsip dominasi yaitu upaya penampilan pada bagian tertentu dari karya seni rupa yang menarik perhatian (aksen) dengan cara mengatur posisi, perbedaan ukuran, perbedaan warna atau unsur lain, dan pengaturan arah unsur.
e. Proporsi
Proporsi atau ukuran perbandingan adalah upaya pengaturan yang berkenaan dengan ukuran antara bagian yang satu dengan lainn dalam bentuk yang serasi. Besar kecil, luas sempit, panjang pendek atau tinggi rendah adalah persoalan proporsi. Misalnya perbandingan objek benda itu sendiri, perbandingan antar objek atau bagian, perbandingan dengan bidang gambar, dan perbandingan objek patung dengan pedestal.
f. Keselarasan/Harmoni
Harmoni adalah unsur-unsur seni yang senada atau kombinasi bagian-bagian yang serasi. Sesuatu yang selaras, harmonis dan serasi timbul karena kesamaan, kesatuan, dan tidak ada pertentangan. Demikian pula pada karya seni rupa, prinsip keselarasan ini dapat dibuat dengan menata unsur yang mungkin sama, sesuai atau tidak ada yang berbeda secara menyolok. Bidang lingkaran akan lebih selaras jika dipadukan dengan garis lengkung daripada lingkaran dipadukan dengan garis lurus. Warna yang tidak berbeda secara menyolok dengan gradasi warna pastel atau warna-warna senada akan selaras jika saling dipadukan dari pada warna-warna yang sangat kontras kadang membuat mata jadi sakit.
Apresiasi Seni Rupa
Pembelajaran apresiasi seni khususnya seni rupa bertujuan untuk mengembangkan kesadaran, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni rupa. Perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran apresiasi seni rupa dapat dikembangkan berdasarkan kompetensi dasar, yaitu: (1) kelas 1 meliputi: mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah setempat, menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat, dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat; (2) kelas 2 meliputi: mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan nusantara dan menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa terapan nusantara; dan (3) kelas 3 meliputi: mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah setempat, menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik seni rupa murni daerah setempat, mengidentifikasi karya seni rupa murni yang diciptakan di Indonesia, dan menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik dalam karya seni rupa murni Indonesia.
Contoh kompetensi dasar untuk kelas VII semester I adalah (1) mengidentifikasi jenis karya seni rupa terapan daerah setempat dan (2) menampilkan sikap apresiatif terhadap keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat. Guru Seni Budaya dapat mengembangkan pembelajaran apresiasi tersebut berdasarkan seni rupa yang ada di daerahnya masing-masing. Misalnya di daerah Malang ada kerajinan topeng, gerabah, anyam dan sebagainya. Pengembangan pembelajaran topeng Malang sebagai contoh, guru perlu mempersiapkan bahan dan media untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar tersebut. Pelaksanaan pembelajaran dapat dilakukan mulai dari kegiatan pengamatan topeng, identifikasi atau deskripsi topeng, analisis topeng hingga sampai pada penafsiran kesan/makna topeng. Guru bisa mengembangkan sendiri format-format apresiasi seni.
Kegiatan apresiasi pada level yang lebih tinggi bisa dilanjutkan dengan analisis bentuk ornamen , warna, hingga makna/simbol bentuk dan warna topeng tersebut. Hal ini disesuaikan dengan kedalaman atau keluasan bahan ajar yang perlu disajikan kepada siswa sesuai tingkat kelas.
Berkarya Seni Rupa
Guru Seni Budaya perlu menguasai kompetensi berkarya seni rupa yang dalam kurikulum minimal ada 4 aspek, yaitu: menggambar bentuk, merancang seni kriya, menciptakan karya seni rupa dan memamer-kan hasil karya seni rupa.
Prosedur berkarya seni rupa dapat dikembangkan dengan melihat kompetensi yang ada, misalnya di SMP dapat digambarkan sebagai berikut: (1) kelas VII smt 1 meliputi: menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat, merancang karya seni kriya dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat, membuat karya seni kriya dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat; (2) kelas VII smt 2 meliputi: menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat, membuat karya seni kriya dengan teknik dan corak daerah setempat, menyiapkan karya seni rupa hasil buatan sendiri untuk pameran kelas atau sekolah, dan menata karya seni rupa hasil buatan sendiri dalam bentuk pameran kelas atau sekolah; (3) kelas VIII smt 1 meliputi: merancang karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan Nusantara, membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan Nusantara, dan mengekspresikan diri melalui karya seni lukis/gambar; (4) kelas VIII smt 2 meliputi: membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan Nusantara, mengekspresikan diri melalui karya seni grafis, menyiapkan karya seni rupa hasil karya sendiri untuk pameran kelas atau sekolah, menata karya seni rupa hasil karya sendiri dalam bentuk pameran kelas atau sekolah; (5) kelas IX smt 1 meliputi: memilih unsur seni rupa Nusantara untuk dikembangkan menjadi karya seni murni, mengekspresikan diri melalui karya seni rupa murni yang dikembangkan dari unsur seni rupa Nusantara; (6) kelas IX smt 2 meliputi: mengekspresikan diri melalui karya seni rupa murni yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara dan mancanegara di luar Asia, menyiapkan karya seni rupa yang diciptakan untuk pameran di sekolah atau di luar sekolah, dan menata karya seni rupa yang diciptakan dalam bentuk pameran di sekolah atau di luar sekolah. Berikut contoh pengembangan pembelajaran kelas VII semerter 1, yaitu: menggambar bentuk dengan objek karya seni rupa terapan tiga dimensi dari daerah setempat; merancang karya seni kriya dengan memanfaatkan teknik dan corak daerah setempat.
1. Menggambar Bentuk Topeng
Topeng memang agak sulit digambarkan karena banyak variasi-nya. Upaya mewujudkan gambar sebuah topeng sama dengan menggambar bentuk dengan model topeng. Sebagai gambar bentuk, maka hal yang paling mendasar adalah memindahkan obyek (dalam hal ini topeng) ke dalam bidang gambar secara tepat. Dengan demikian diperlukan ketajaman dan ketelitian pengamatan untuk mencapai detil bentuk obyek, termasuk didalamnya proporsi gelap terang (pencahaya-an), modulasi, ketepatan/ kemiripan, bentuk, warna, dengan memperhati-kan perspektif, gelap terang, dan bayang-bayang.
Langkah-langkah menggambar bentuk topeng dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) membuat bentuk global topeng misalnya: bulat, bulat telur atau tak beraturan dan sebagainya;
(b) membagi bidang topeng menjadi 3 bagian;
(c) menentukan posisi mata, hidung, mulut dan juga hiasan-hiasan yang ada;
(d) membuat detil bentuk masing-masing bagian wajah;
(e) membuat gelap-terang dengan menggunakan berbagai teknik arsiran.
2. Mendesain Bentuk Topeng
Untuk mendesain topeng perlu memperhatikan faktor faktor yang harus memenuhi prinsip seni terapan, yaitu:
a. Faktor Estetis (mempunyai nilai indah)
Karya seni kriya dikatakan indah apabila letak dan susunan (kompo-sisi) unsur seninya tepat, baik bentuk maupun letaknya sehingga tampak serasi atau harmonis. Disamping itu harus ada unsur kelembutan, kehalusan, kerapian, dan kerajinan.
b. Faktor Artistik
Suatu karya seni dikatakan mempunyai nilai artistik bila karya tersebut mempunyai nilai yang memenuhi unsur seni, prinsip seni, dan fungsi seni.
c. Faktor kegunaan (applied)
Faktor kegunaan merupakan yang terpenting bagi seni kriya (seni rupa terapan). Dalam hal ini perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1) Keluwesan (flexibility) terdapat pada hubungan yang serasi antara bentuk-bentuk benda dengan nilai gunanya, misalnya kerajinan topi yang enak dipakai dan indah dipandang.
2) Keamanan (security)
Benda seni kriya harus dapat menimbulkan rasa aman bagi pemakai atau pengunanya.
3) Kenyamanan (comfort)
Setiap benda kriya sebaiknya membuat nyaman dan senang pemakai atau penggunanya.
d. Faktor Tempat
Karya kriya (kerajinan) yang diciptakan harus mempertimbangkan segi empat yang digunakan untuk meletakkan benda kriya tersebut.
e. Faktor Rasa Bahan (karateristik bahan)
Faktor rasa bahan adalah sifat dari suatu bahan,misalnya,sifat tanah liat, plastisin yang plastis, logam yang bersifat keras, kayu yang lunak dan keras,dan rotan yang bersifat lentur.
f. Faktor Selera
Karya seni kriya hendaknya dapat memenuhi selera atau permintaan pasar atau pemakai, karena memiliki tujuan komersil.