Tinjauan Historis Bauhaus Di Eropa Dan Pengaruhnya Terhadap Penciptaan Beberapa Karya Desain Di Ndonesia
Munculnya Bauhaus di Eropa adalah dalam konteks modernisasi, yang kala itu melanda kehidupan sosial di Barat. Dalam sejarah panjang peradaban manusia, Eropa mulai bangkit setelah abad ke-10, setelah sebelumnya mengalami masa yang oleh banyak ahli dikatakan sebagai abad kegelapan. Setelah abad pencerahan, sebelumnya adalah Renesans, Eropa Barat mulai menata kehidupan dengan kembali merujuk pada dasar-dasar pemikiran yang berkembang pada zaman klasik Yunani-Romawi. Semenjak itu pergerakan-pergerakan dan revolusi untuk merubah tata sosial dan politik menuju peradaban modern terjadi di banyak negara. Tercatat Revolusi Inggris, Revolusi Industri, dan Revolusi Perancis berhasil merubah tatanan kehidupan masyarakat Barat yang juga berpengaruh luas pada tata kehidupan dunia.
Modernisme di Barat terkait erat dengan pola pikir rasional yang berkembanng di Yunani semenjak sebelum masehi. Sebelumnya di Yunani lahir filsuf-filsuf besar yang meletakkan dasar-dasar berpikir rasional, yang mengandalkan kekuatan logika dalam menghadapi hakekat manusia dan alam semesta. Pola pikir Yunani mulai menggeser orientasi kehidupan manusia dari teosentris ke antroposentris. Manusia mulai meninggalkan kepercayaan terhadap mitos dan sesuatu yang tidak berhubungan dengan logika, yang nantinya melahirkan masyarakat sekuler, yang tidak tertarik lagi dengan metafisika atau sesuatu yang transendental.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan ditemukannya teknologi, dunia Barat semakin maju, berbagai industri bermunculan, yang puncaknya dikenal dengan revolusi industri. Revolusi industri sekitar abad ke 18-19 merubah struktur kehidupan masyarakat dan menciptakan tata kehidupan baru. Pertumbuhan kota semakin pesat, munculnya kelompok buruh dan menjamurnya barang-barang buatan pabrik. Industrialisasi yang memproduksi berbagai kebutuhan masyarakat membutuhkan tenaga desainer untuk merancang produk yang lebih baik. Mulai profesi desainner diperhitungkan dan desain menjadi bagian yang integral dalam dunia industri. Dalam perkembangan seni rupa modern, khususnya desain selalu muncul dikotomi antara persoalan rasionalitas dan emosionalitas, atau desain yang logis dan ekspresif. Karya desain yang rasional cenderung diartikan sebagai karya yang secara visual mengandung garis dan bidang-bidang terukur, atau geometris-eksak. Sedangkan karya desain ekspresif adalah karya yang menghargai dimensi kejiwaan lewat visualisasi dekorasinya. Pertentangan dan pergerakannya muncul silih berganti, namun dari pergerakan ini desain rasional lebih mendapat tempat dan sesuai dengan semangat industrialisasi dan modernisasi. Desain tanpa dekorasi lebih cocok dengan ‘bahasa mesin’, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat ornamental dan dekoratif dianggap tidak sesuai dengan ‘estetika mesin’.
Gerakan Bauhaus sejalan dengan industrialisasi, dan prinsipnya sejalan dengan ‘bahasa mesin’. Karya desain dan metoda desain yang dikembangkan di Institusi Bauhaus berpengaruh besar secara global, dan menjiwai produk-produk desain modern yang dihasilkan secara industrial. Tulisan ini membahas secara historis eksistensi Bauhaus dan pengaruhnya terhadap penciptaan beberapa karya desain di Indonesia.
Wacana Modernisme
Beberapa pengertian tentang modern memperlihatkan batasan yang fleksibel dan kontekstual, namun untuk menjelaskan modern dalam konteks seni rupa kita bisa melihat beberapa batasannya. Secara umum babakan sejarah modern di Eropa dianggap mulai semenjak Renesans pada abad ke-15, sedangkan sejarah seni rupa modern banyak penulis beranggapan dimulai sejak abad ke-19, dengan munculnya tokoh pelukis Jacques Louis David (Soedarso, 2000: 3).
Sesuatu yang ditonjolkan dalam seni rupa modern diantaranya adalah nilai kebaruan (novelty), dimana seniman dituntut untuk bisa mencipta sesuatu yang belum pernah ada. Begitupun dalam perkembangan desain modern, unsur kebaruan menjadi pemicu dalam penciptaan desain-desain kreatif. Desain modern menjadikan umur (live time) produk menjadi lebih singkat. Hal ini tidak lain adalah juga dalam rangka terus mengejar sesuatu yang baru.
Secara kronologis sering digambarkan bahwa seni rupa modern dimulai semenjak di Paris, Perancis dan berakhir di New York, Amerika Serikat. Seni rupa modern berawal dari revolusi politik dan sosial di Perancis, yang berpengaruh pada berbagai bidang seni rupa. Wacana desain modern dapat dilihat dalam perkembangan seni rupa Barat secara umum, namun lebih spesifik dan terarah sejarah desain modern lebih sejalan dengan pertumbuhan industrialisasi di Eropa. Berbeda dengan seni rupa pada umumnya, terutama seni murni yang lebih mementingkan kebebasan berekspresi, desain cenderung kearah fungsi pakai suatu produk. Kebebasan desainer terwujud adalah setelah fungsi pakai produk desain terpenuhi. Selanjutnya desain modern berhubungan dengan proses produksi dalam mekanisme industri.
Lewat lembaga budaya Deutsche Werkbund yang didirikan di Jerman 1907, desain industri mulai diterima secara luas, yang diyakini dapat merobah dan memperbaiki kehidupan ekonomi, terutama bagi negara yang hancur setelah perang. Masyarakat Eropa mulai terbuka menerima industrialisasi, terjadi perubahan yang mendasar dalam hal volume produksi dan organisasi kerja. Dalam perkembangnnya, dikenal sistem Amerika, berkenaan dengan standarisasi produk dan jumlah produksi berskala besar, dimana setiap komponem yang memiliki kesamaan dapat dipertukarkan (interchangable), terutama sebagai simpanan suku cadang (Sunarya, 2000:14).
Kecaman terhadap desain yang masih menerapkan unsur ornamen semakin kuat. Adolf Loos dalam bukunya menyebut; Ornament and Crime. Dia menyamakan kesukaan seseorang terhadap ornamen sebagai suku primitif (the Papuan) yang selalu menghias tubuh dan perlengkapannya dengan berbagai ornamen. Ungkapan ini berpengaruh pada penampilan desain modern awal, dimana banyak karya arsitektur dan desain bersih dari unsur hias. Pengaruh ini merebak ke berbagai negara. Di Amerika dipertegas lagi oleh pernyataan arsitek Louis Sullivan, bahwa desain haruslah fungsional (Form ever follows function), yang kemudian menjadi dokma dalam desain modernisme.
Dari perjalanan desain modern, banyak penulis menetapkan bahwa secara melembaga, sistematis dan ilmiah awal modernisme dalam desain adalah semenjak berdirinya Bauhaus, yang berpengaruh besar pada pemikiran seniman, desainer dan insinyur kala itu. Saat itu citra modernisme meluas dikalangan masyarakat, ditandai dengan tersedianya berbagai barang murah dan mudah pengoperasiaannya, serta adanya pemukiman massal sebagai solusi perumahan bagi kaum buruh dan masyarakat miskin setelah usai perang. Dalam arsitektur diterapkan prinsip kesederhanaan dan kejujuran material. Pada perkembangan selanjutnya modernisme dianggap sebagai mazhab terbaik dan mendunia, serta Bauhaus dengan desain modernnya kelak mempengaruhi munculnya International Style.
Modernisme tumbuh dalam keragaman gaya, tumpang tindih prinsip dan paham, sehingga sulit untuk dijelaskan dengan satu pengertian tunggal, namun dampak dari semuanya itu dapat dilihat dari tumbuhnya selera massa. Berbagai gerakan yang meramaikan wacana desain modern diantaranya terlihat dari munculnya Art Deco yang diproklamirkan di Paris 1925, yang sebelumnya dirintis oleh Paul Poitret dan Emile Jacques Ruhlman. De Stijl muncul di Belanda 1917, dan kelompok Avant Garde Rusia melakukan gerakan pembaruan, dimana tahun 1920 Kazimir Malevitch menekankan aspek hemat bentuk dan tampilan bersifat unjuk rangka. (Sunarya, 2000: 18). Sejalan dengan ini juga muncul konstruktifisme yang menekankan efesiensi dan tampilan geometris abstrak. Terinspirasi dengan hukum aerodinamika, satwa terbang dan perenang cepat, muncul Streamlining, dengan tokohnya Norman Bell Geddes. Gaya ini diterima
Bauhaus Dan Desain Modern
Kehadiran Bauhaus merupakan tonggak sejarah dari desain modern. Walaupun umurnya tidak begitu lama, hanya 14 tahun, namun memberi kontribusi besar dalam perkembangan seni rupa dan desain modern. Institusi Bauhaus dianggap sebagai lembaga pendidikan, laboratorium dan suatu bentuk aliran berfikir desain yang punya arti khusus dalam perkembangan desain abad ke-20. Dalam kaitanya dengan lembaga pendidikan, Bauhaus telah meletakkan dasar-dasar pendidikan desain yang banyak dipakai sampai sekarang, lembaga ini memiliki keunggulan dalam hal didaktik dan metodik dengan mengembangkan pola pikir dan berkarya yang sistematis dan rasional, sehingga banyak penulis beranggapan bahwa Bauhaus secara akademik punya kaitan historis dengan perkembangan dunia desain sampai sekarang.
Menilik pada eksistensi Bauhaus, institusi ini cenderung mengarah pada arsitektur, karena memang pada awal kelahirannya juga membawa persoalan-persoalan arsitektur, begitupun tokoh-tokohnya pada umumnya adalah dari arsitek, maka tidak heran kalau prinsip-pronsip berkarya pada seni rupa dan desain disesuaikan dengan arsitektur. Istilah Bauhaus secara harfiah berasal dari kata bau atau bauen, yang berarti membangun dan berada untuk tinggal. Bauhaus senafas dengan kata Bauhutten, artinya membangun yang mampu menjadi tempat bernaung untuk berkarya atau bekerja dan untuk menghasilkan sesuatu yang membuahkan (Wiryomartono, 1993:50).
Sejalan dengan semangat modernisme, Bauhaus mengembangkan faham yang revolusioner dan universal dalam suasana dimana banyak negara di Eropa waktu itu masih setengah-setengah dan kontroversial dalam menyikapi arus industrialisasi, dalam kaitanya dengan prinsip-prinsip desain. Bauhaus berusaha meyatukan para ahli rekayasa, pelaku bisnis dan seniman untuk bisa melakukan kerja sama yang sinergis, dimana deklarator Bauhaus Walter Gropius ketika itu mengharapkan bentuk seni dan bentuk teknis menyatu, yang kemudian dikenal melalui slogannya Art and Technique is a New Unity (Santosa, 2001:56).
Dari sejarah kelahiran Bauhaus dapat dilihat perjuangan gerakan dan institusi ini dalam mengembangkan pola pikir dan prinsip berkarya, sekaligus juga mengatasi kondisi sosial yang melingkupinya. Semangat ini sesuai dengan semangat yang menginginkan adanya pembaruan dalam masyarakat Jerman, yaitu perubahan kearah demokrasi dan liberalisasi, termasuk dalam dunia pendidikan. Republik Weimar sebagai lokasi pertama Bauhaus juga mendukung untuk dirubahnya sistem pendidikan dari sistem pendidikan yang mengacu pada karya-karya klasik kepada sistem pendidikan baru yang cenderung memperkenalkan kondisi dunia pendidikan pada kondisi praktis di lapangan.