Pengertian Intensitas Komunikasi Interpersonal Menurut Ahli
a. Pengertian Intensitas.
Fishbein dan Ajzen (1975) mengartikan intensitas adalah besarnya usaha individu dalam melakukan suatu tindakan.
b. Pengertian komunikasi Interpersonal
Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communicare yang berarti yang berpartisipasi, memberitahu, atau menjadi milik bersama. Apabila komunikasi dirumuskan lebih luas, maka ia mengandung pengertian-pengertian memberitahukan (dan menyebarkan) informasi, berita, pesan, pengetahuan,pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama (commones) (Susanto, 1970).
Lebih lanjut komunikasi diartikan sebagai penyampaian atau penerimaan sinyal/pesan oleh organisme. Dirumuskan dalam teori komunikasi bahwa komunikasi adalah proses yang dilakukan suatu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan (Rakhmat, 1998). Praktiko (dalam Santhoso, 1996) berpendapat bahwa komunikasimerupakan suatu kegiatan atau usaha manusia untuk menyampaikan apa yang menjadi perkiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya pada orang lain. Menurut DeVito (1997) komunikasi interpersonal merupakan pengiriman pesan-pesan dari seorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung.
Keltner (dalam Dharmawan, 1993) mengatakan bahwa dalam komunikasi interpersonal, pembicaraan antara kedua pihak berlangsung akrab, berusaha saling memahami, teqadi tanyajawab, sehingga terdapat saling pengertian, disertai segala macam lambang yang melengkapi kata demi terdapatnya pengertian yang serasi diantara kedua pihak yang terlibat.
Dalam komunikasi interpersonal faktor situasi memegang peran yang cukup penting bagi komunikator, karena komunikator dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya, baik itu nama, pekerjaan, agama, suku, pengalaman, cita-cita, dan lain sebagainya.
Menurut Pareek (dalam Dharmawan, 1993), umpan balik interpersonalpaling sedikit melibatkan dua orang, satu yang memberikan umpan balik dan yang lain menerimanya. Tujuan utama umpan balik adalah untuk membantu seseorang meningkatkan efektivitas pribadi dan efektivitas antar pribadinya. Umpan balik interpersonal juga membantu memperbaiki komunikasi antara dua orang yang terlibat dalam umpan balik melalui pembentukan budaya keterbukaan dan membina kepercayaan. Umpan balik yang terus-menerus akan membantu membentuk norma-norma keterbukaan. Akhirnya dalam komunikasi interpersonal umpan balik yang efektif akan membantu meningkatkan otonomi orang yang menerima umpan balik itu, karena umpan balik seperti itu tidak memberikan ketentuan-ketentuan apapun, tetapi membantu orang itu melalui informasi untuk mendapatkan pilihan yang lebih luas guna menambah efektivitasnyaLebih lanjut Pareek (dalam Dharmawan, 1993) menjelaskan bahwa umpan balik terutama membantu komunikan untuk memproses data perilaku yang telah diterima dari orang lain berupa tanggapan dan perasaan yang telah dikomunikasikan orang kepadanya tentang pengaruh perilaku terhadap dirinya. Hal ini membantu untuk menyadari diri sendiri dan perilakunya. Mendapatkan informasi tentang bagaimana perilakunya ditanggapi dan dampaknya terhadap
orang lain, menambah kepekaan dalam menangkap isyarat-isyarat dari lingkungan untuk menunjukkan tanggapan dan perasaan orang tentang perilakunya.
Di sini terlihat bahwa umpan balik memegang peran yang cukup penting dalam sebuah komunikasi interpersonal karena berfungsi sebagai pemerkaya dan pemerkuat komunikator, sehingga harapan yang timbul dalam proses komunikasi tersebut dapat terpenuhi.Dari penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah usaha individu dalam menyampaikan informasi, sinyal, atau pesan kepada individu lain dengan mendapat umpan balik yang langsung dari individu yang lain tersebut sehingga terjadi hubungan yang timbal balik antara kedua individu tersebut.
Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut Sukanto dan Handoko(dalam Dharmawan,1993) komunikasiinterpersonal akan memberikan hasil yang baik apabila terdapat kepercayaan antara sesama pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. Ketidakpercayaan dan kecurigaan kepada salah satu pihak dapat menyebabkan salah satu pihak bersifat defensif dan mengurangi frekuaensi ekspresi yang terbuka.
Komunikasi interpersonal menuntut sikap terbuka atau open mindedness. Sikap terbuka ini sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif (Rakhmat, 1998).
Lebih rinci DeVito (1997) mengemukakan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh :
- Keterbukaan. Kualitas keterbukaan komunikasi interpersonal paling sedikit terdiri dari dua aspek yaitu aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Keinginan untuk terbuka ini dimaksudkan agar diri masing-masing tidak tertutup dalam menerima informasi dan berkeinginan untuk menyampaikan informasi dari dirinya, bahkan juga informasi mengenai dirinya kalau dipandang relevan dalam rangka pembicaraan interpersonal dengan lawan bicaranya. Aspek lainnya adalah keinginan untuk menanggapi secara jujur semua stimuli yang datang. Dalam keterbukaan ini sudah sepantasnya apabila masing-masing pihak bereaksi secara terbuka terhadap apa yang dikatakan.
- Empati. Empati yang dimaksudkan untuk merasakan seperti yang dirasakan orang lain, suatu perasaan bersama perasaan orang lain, yaitu mencoba merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain.
- Dukungan. Dukungan ini ada kalanya terucapkan dan ada kalanya tidak terucapkan. Dukungan yang tidak terucapkan tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan dapat merupakan aspek positif dari komunikasi. Gerakan-gerakan seperti anggukan kepala, kerdipan mata, senyum, atau tepukan tangan merupakan dukungan yang tidak terucapkan
- Kepositifan. Kualitas kepositifan dalam komunikasi interpersonal paling sedikit mempunyai tiga aspek, yaitu (a). Komunikasi interpersonal akanberhasil apabila terdapat perhatian yang positif terhadap diri seseorang; (b). Komunikasi interpersonal akan terpelihara baik apabila suatu perasaan positif terhadap orang lain itu dikomunikasikan. Hal ini akan membuat orang lainmerasa lebih baik dan mempunyai keberanian untuk lebih berpartisipasi pada setiap kesempatan; dan (c). suatu perasaan positif dalam situasi komunikasi interpersonal sangat bermanfaat untuk mengefektifkan kerjasama.
- Kesamaan. Komunikasi interoprsonal akan lebih berhasil apabila orang-orang yang berkomunikasi itu dalam suasana kesamaan, karena masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati sebagai manusia yang mempunyai sesuatu yang penting untuk dikontribusikan kepada sesamanya.
Ciri-Ciri Komunikasi interpersonal
Liliweri (1991) mengemukakan ciri-ciri komunikasi interpersonal sebagai berikut:
Komunikasi interpersonal melibatkan di dalamnya perilaku verbal dan non verbal. Apabila diperhatikan dengan sungguh-sungguh maka setiap hari sebenarnya setiap orang dalam komunikasi interpersonal telah melaksanakan pengiriman pesan-pesan yang bersifat verbal maupun non verbal. Komunikasi interpersonal ini biasanya dilangsungkan dengan tatap muka secara langsung sehingga aksi dan reaksi verbal maupun non verbal terdengar dan terlihat. Tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebutan kata-kata, pengungkapannya baik lisan maupun tertulis, sedangkan tanda-tanda non verbal terlihat dalam ekspresi wajah dan gerak tubuh, misalnya gerakan tangan.
Komunikasi interpersonal dalam memanfaatkan tanda-tanda informasi verbal maupun non verbal sebenarnya sangat memperhatikan isi dan hubungannya
dengan suatu pesan. Unsur isi terdiri dari apa yang dikatakan dan diperbuat, sedangkan unsur hubungan terdiri atas bagaimana sesuatu itu dikatakan dan diperbuat.
Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku yang spontan, scripted, dan contrived. Manusia dapat mengatakan apa saja yang ada dalam benaknya, kemudian mewujudkannya baik dalam perilaku yang disebut spontan, scripted, dan contrived. Cara yang dipilihnya juga tergantung pada tujuan hubungan di antara manusia, sehingga perilaku itu menggambarkan harapan-harapannya akan tercapai atau tidak. Perilaku spontan dalam komunikasi interpersonal dilakukan secara tiba-tiba, untuk menjawab sesuatu rangsangan dari luar tanpa terpikirkan lebih dahulu. Perilaku spontan yang dilakukan merupakan refleks dari hati seseorang. Perilaku scripted merupakan reaksi terhadap pesan yang diterima apabila pada taraf yang terus menerus membangkitkan kebiasaan untuk belajar, dan akhirnya perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan. Perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbangan kognitif. Dalam perilaku contrived, seseorang berperilaku karena mempunyai pendapat atau percaya bahwa apa yang dilakukan benar-benar rasional sesuai dengan pikiran, pendapat, dan kepercayaan serta keyakinannya.
Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang berkembang. Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses yang berkembang, menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal sebenarnya tidaklah statis melainkan dinamis. Pada saat terlibat dalam proses komunikasi interpersonal,manusia tidak sadar bahwa keberhasilan komunikasi disebabkan karenamasing-masing pihak berhasil mempertukarkan pengalamannya,memberitahukan suatu informasi, menukarkan ide-ide dan pengetahuannya, dan pada saat itu pula masing-masing pihak secara bergantian mendengarkan dengan penuh perhatian. Pertukaran pengalaman seperti ini merupakan pemerkayaan komunikasi interpersonal untuk lebih mendekatklan peserta, saling mengerti dan saling melengkapi, meningkatkan keterkaitan psikologis antara komunikator dan komunikan, menumbuhkan saling percaya,menumbuhkan kesamaan, untuk kemudian sama-sama dalam bertindak.
Komunikasi interpersonal harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi, dan koherensi. Komunikasi interpersonal harus ditandai dengan adanya umpan balik. Apabila seseorang berbicara dengan orang lain dan yang diharapkan adalah jawabannya sehingga dapat diketahui pikiran, perasaan, dan melaksanakan apa yang dimaksudkan. Apabila harapan-harapan itu terpenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal telah berhasil karena umpan baliknya membuat kedua belah pihak saling mengerti. Umpan balik mengacu pada respon verbal maupun non verbal dari seorang komunikan maupun komunikator secara bergantian.Umpan balik saja tidaklah cukup, bahkan komunikasi interpersonal juga melibatkan interaksi diantara peserta komunikasi. Umpan balik tidak mungkin ada apabila tidak terdapat interaksi dan tindakan yang menyertainya
Adanya interaksi menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal harus menghasilkan suatu pengaruh tertentu. Interaksi dalam komunikasi interpersonal mengandalkan suatu perubahan sikap, pendapat dan pikiran, perasaan dan minat maupun tindakan tertentu. Selain umpan balik dan interaksi, hasil komunikasi interpersonal adalah koherensi. Koherensi, yaitu adanya hubungan yang teijalin antara pesan-pesan verbal maupun non verbal yang terungkap sebelumnya dengan yang baru saja diungkapakan. Semua pihak dalam komunikasi interpersonal harus mengetahui alur, urutan cara berfikir, perasaan maupun tindakan pada waktu sedang berkomunikasi.Komunikasi interpersonal biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Tata aturan intrinsik adalah suatu standar dari perilaku yang dikembangkan oleh seseorang sebagai petunjuk bagaimana melakukan komunikasi. Tata aturan intrinsik disepakati di antara peserta komunikasi interpersonal untuk meneruskan atau menghentikan tema-tema pembicaraan,perilaku verbal dan non verbal. Tata aturan ekstrinsik adalah satu standar yang timbul karena adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi, sehingga komunikasi interpersonal harus diperbaiki atau dihentikan.
Komunikasi interpersonal menunjukan adanya suatu tindakan. Komunikasi interpersonal menghendakli kedua pihak harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi, satu tindakan yang nyata dan diatur dengan suatu taktik dan strategi demi tercapainya tujuan komunikasi. Hal ini berarti bahwa komunikasi interpersonal tidak memerlukan perhatian hanya pada sebab
datangnya suatu pesan kepada akibat pesan itu, namun lebih dari itu harus memperhatikan seluruh proses komunikasi.
Komunikasi interpersonal merupakan persuasi antar manusia. Persuasi tidak lain merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosial dari komunikan yang hendak dipengaruhi.
Komunikasi interpersonal melibatkan usaha yang bersifat persuasif, karena untuk mencapai sukses harus dikenal latar belakang psikologis dan sosiologis komunikan, dengan memanfaatkan pengetahuan, pendapat, perasaan serta kebiasaan seseorang, untuk kemudian pesan itu disesuaikan agar diterima komunikan.
Hubungan antara Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Agresivitas
Dalam keseharian kehidupan, sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan interaksi dengan manusia lain untuk saling melengkapi dalam berbagai aspek, baik itu aspek fisik maupun psikologis. Agar interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik, manusia membutuhkan komunikasi interpersonal (komunikasi timbal balik antar individu) yang menjadi jembatan penghubung antara manusia yang satu dengan yang lainnya.
Komunikasi yang menjadi penghubung tersebut sepatutnya beijalan dengan baik sehingga individu yang terlibat di dalamnya bisa merasa nyaman.
Bila komunikasi interpersonal yang dilakukan dalam intensitas yang tinggi serta mendapatkan umpan balik yang positif maka kemungkinan besar akan terjadi sebuah hubungan yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Sebaliknya apabila komunikasi interpersonal yang dilakukan tidak memiliki intensitas atau memiliki intensitas rendah serta tidak mendapat umpan balik seperti yang diharapkan maka timbul kemungkinan hubungan yang negatif antara kedua belah pihak. Bila terjadi hal seperti ini maka terlihat bahwa ada hambatan atau rintangan antar individu tersebut dalam melakukan komunikasi sehingga bisa menyebabkan timbulnnya rasa frustrasi pada individu akibat kegagalan berkomunikasi.
Dollard (dalam Praditya, 1999) menyampaikan bahwa frustrasi, yangdiakibatkan dari percobaan-percobaan yang tidak berhasil untuk memuaskan kebutuhan, akan mengakibatkan perilaku agresif. Sejalan dengan pendapat ini Berkowitz (1993) menyampaikan bahwa frustrasi dapat menjadi salah satu faktor untuk memicu agresi dalam diri individu. Menurut Baron dan Byrne (1994), ada dua kondisi timbulnya perilaku agresif, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal terdiri dari :
- Kepribadian ;
- Hubunganinterpersonal yang salah satunya adalah komunikasi;
- Kemampuan.
Kondisi eksternal terdiri dari :
- Frustrasi ;
- Provokasi langsung yang bersifat verbal ataupun fisik yang mengenai kondisi pribadi;
- Model yang kurang baik dalamlingkungan.
Dengan demikian apabila tingkat frustrasi seseorang meningkat maka perilaku agresinya akan meningkat pula. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya
bahwa agresi itu merupakan pengaruh faktor eksternal maupun sebuah proses belajar. Dengan demikian pada setiap individu memiliki potensi yang sama besar dalam mengekspresikan agresivitas.
Dalam komunikasi interpersonal yang mendapat rintangan atau hambatan bisa menyebabkan komunikasi itu menjadi gagal dan membuat individu-individu pelaku komunikasi menjadi frustrasi. Frustrasi yang dialami individu tersebut kemudian dapat diekspresikan dengan tindakan-tindakan agresivitas.
Dengan uraian tersebut dapat terlihat gambaran bahwa komunikasi interpersonal yang kurang intensif merupakan salah satu faktor penyebab agresivitas.