Pengertian Kualitas Pembelajaran Dan Indikator Kualitas Pembelajaran
a. Pengertian Kualitas Pembelajaran
Konsep peningkatan kualitas pendidikan merupakan salah satu unsur dari paradigma baru pengelolaan pendidikan di Indonesia. Paradigma tersebut mengandung atribut pokok yaitu relevan dengan kebutuhan masyarakat pengguna lulusan, suasana akademik yang kondusif dalam penyelenggaraan program studi, adanya komitmen kelembagaan dari para pimpinan dan staf terhadap pengelolaan organisasi yang efektif dan produktif, keberlanjutan program studi, serta efisiensi program secara selektif berdasarkan kelayakan dan kecukupan. Dimensi-dimensi tersebut mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat strategis untuk merancang dan mengembangkan usaha penyelenggaraan pendidikan yang berorientasi kualitas pada masa yang akan datang.
Mutu sama dengan arti kualitas dapat diartikan sebagai kadar atau tingkatan dari sesuatu, oleh karena itu kualitas mengandung pengertian:
- Tingkat baik dan buruknya suatu kadar
- Derajat atau taraf (kepandaian, kecakapan, dan sebagainya); mutu.
Dalam konteks pendidikan pengertian mutu, dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dalam "proses pendidikan" yang bermutu terlibat berbagai input, seperti; bahan ajar (kognitif, afektif, atau psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Menurut Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry bahwa kualitas adalah kualitas/mutu; baik buruknya barang. Dari pengertian tersebut maka kualitas atau mutu dari sebuah pendidikan harus ditingkatkan baik itu sumber daya manusia, sumber daya material, mutu pembelajaran, kualitas lulusan dan sebagainya. Dari berbagai pengertian yang ada, pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan untuk menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar yang optimal.
Dari sisi guru, kualitas dapat dilihat dari seberapa optimal guru mampu memfasilitasi proses belajar siswa. Bahwa setiap guru atau tenaga pengajar memiliki tanggung jawab terhadap tingkat keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. belajar hanya dapat terjadi apabila murid sendiri telah termotivasi untuk belajar guru harus secara bertahap dan berencana memperkenalkan manfaat belajar sebagai sebuah nilai kehidupan yang terpuji, sehingga murid belajar karena didasari oleh nilai yang lebih tinggi bagi kehidupan murid sendiri. Walaupun proses ini tidak sederhana, guru harus tetap berusaha menanamkan sikap positif dalam belajar, karena ini merupakan bagian yang sangat penting didalam proses belajar untuk mampu belajar.
Sementara itu dari sudut kurikulum dan bahan belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa relevan kurikulum dan bahan belajar mampu menyediakan aneka stimulus dan fasilitas belajar secara berdiversifikasi (dengan penganekaragaman, penerapan beberapa cara, perbedaan) Dari aspek iklim pembelajaran, kualitas dapat dilihat dari seberapa besar suasana belajar mendukung terciptanya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan.
Dari sisi media belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa efektif media belajar digunakan oleh guru untuk meningkatkan intensitas belajar siswa. Dari sudut fasilitas belajar kualitas dapat dilihat dari seberapa kontributif (memberi sumbangan) fasilitas fisik terhadap terciptanya situasi belajar yang aman dan nyaman. Sedangkan dari aspek materi, kualitas dapat dilihat dari kesesuainnya dengan tujuan dan kompetensi yang harus dikuasi siswa.
Oleh karena itu kualitas pembelajaran secara operasional dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis guru, mahasiswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan kurikuler.
b. Indikator Kualitas Pembelajaran
Secara konseptual kualitas perlu diperlakukan sebagai dimensi indikator yang berfungsi sebagai indikasi atau penunjuk dalam kegiatan pengembangan profesi, baik yang berkaitan dengan usaha penyelenggaraan lembaga pendidikan maupun kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini diperlukan karena beberapa alasan berikut:
1) Prestasi Siswa Meningkat
Prestasi siswa yang dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan dalam pembelajaran yang selama ini pendidikan agama berlangsung mengedepankan aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (rasa) dan psikomotorik (tingkah laku).
2) Siswa Mampu Bekerjasama
Di dalam pembelajaran diperlukan suatu kerjasama antar siswa ataupun siswa dengan guru. Dengan adanya kekompakan akan timbul suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Keharmonisan perlu dijaga dan dipelihara dengan mewujudkan sikap: (1) adanya saling pengertian untuk tidak saling mendominasi, (2) adanya saling menerima untuk tidak saling berjalan menurut kemauannya sendirii, (3) adanya saling percaya untuk tidak saling mencurigai, (4) adanya saling menghargai dan (5) saling kasih sayang untuk tidak saling membenci dan iri hati.
3) Adanya Pembelajaran yang Menyenangkan
Pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan untuk membantu siswa dalam menyerap dan memahami pelajaran yang diserap oleh guru, karena apabila siswa tidak menyenangi pembelajaran maka materi pelajaran tidak akan membekas pada diri siswa. Pembelajaran yang menyenangkan ini biasanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan pembentukan suasana kelas yang menarik.
4) Mampu berinteraksi dengan Mata Pelajaran Lain
Problematika kehiupan dunia tidak hanya ada pada masalah keagamaan saja, akan tetapi lebih banyak dalam bidang-bidang keduniaan. Dalam hal ini pendidikan agama bisa menjadi solusi dari semua bidang asalkan pembelajaran pendidikan agama islam yang dilaksanakan mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain.
5) Mampu Mengkontekstualkan Hasil Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual sangat diperlukan untuk mebiasakan dan melatih siswa dalam bersosial, bekerjasama dan memecahkan masalah. Belajar akan lebih bermakna apabila anak mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya.
6) Pembelajaran yang Efektif di Kelas dan lebih Memberdayakan Potensi Siswa
Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Secara mikro ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa.
7) Pencapaian Tujuan dan Target Kurikulum
Pencapaian tujuan dan target kurikulum merupakan tugas yang harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam setiap pembelajarannya. Tujuan dan target-target tersebut bisa dijadikan tujuan minimal maupun maksimal yang harus dicapai tergantung kepada kemampuan pihak sekolah yang terdiri dari guru an unsur-unsur lain yang melaksanakannya.
Maka indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran guru, perilaku dan dampak belajar siswa, iklim pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran.
1. Pengertian Pembelajaran PAI
Salah satu tugas guru adalah penyelenggaraan pembelajaran, menurut Muhibbin Syah belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Adapun pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui/diturut. Kata kerja “belajar” yang berarti memperoleh kepandaian atau ilmu. Kata “pembelajaran” berasal dari kata “belajar” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” , yang mempunyai arti proses.
Definisi pembelajaran menurut Degeng dan Muhaimin, pembelajaran (ungkapan yang lebih dikenal sebelumnya “pengajaran”) adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Dan pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan yang terdiri atas unsur-unsur yang terpadu dan salingh berinteraksi secara fungsional.
Adapun definisi Pendidikan Agama Islam menurut Abdul Majid dan Dian Andayani adalah upaya sadar yang dilakukan pendidikan dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan menurut Armai Arief secara teori pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang merupakan konsep pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dapat dikembangkan dari hipotesa-hipotesa yang bersumber dari al-qur’an maupun hadits baik dari segi sitem, proses dan produk yang diharapkan mampu membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam hidupnya. Dari segi teori, pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang bersifat progresif menuju kearah kemampuan optimal anak didik yang berlangsung di atas landasan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Pendidikan Islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai Khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran al-qur’an dan sunnah, maka tujuannya adalam menciptakan insan-insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.
Dengan demikian kalau dikaitkan dengan pengertian pembelajaran, diperoleh sebuah pengertian bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah upaya membelajarkan siswa untuk dapat memahami, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran ataupun latihan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh muhaimin bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam adalah: “Suatu upaya membelajarkan peserta didik agar dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar dan tertarik terus menerus mempelajari agama Islam, baik untuk kepentingan mempengaruhi bagaimana cara beragama yang benar maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan.”
Dalam pembelajaran ini ada beberapa komponen yang saling mempengaruhi yaitu :
- Kondisi pembelajaran pendidikan agama,
- Metode pembelajaran agama,
- Hasil pembelajaran pendidikan agama.
a. Kondisi pembelajaran pendidikan agama
Kondisi pembelajarn Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran PAI. Faktor ini berhubungan dengan pemilihan, penetapan dan pengembangan pembelajaran PAI.
Faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran diantaranya yaitu:
- Tujuan dan karakteristik bidang studi PAI,
- Kendala dan karakteristik bidang studi PAI, dan
- Karakteristik peserta didik.
b. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran PAI didefinisikan sebagai cara-cara tertentu yang paling cocok untuk dapat digunakan dalam mencapai hasil-hasil pembelajaran PAI yang berada dalam kondisi pembelajaran tertentu, metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Strategi pengorganisasian adalah suatu metode yang mengorganisasikan isi bidang studi PAI yang dipilih intuk pembelajaran. Ini mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi, pembuatan daiagram, skema, format dan sebagainya.
- Metode penyampaian adalah metode-metode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespon dan menerima pelajaran PAI dengan mudah, cepat dan menyenangkan. Dengan demikian strategi penyampaian perlu menerima masukan dari peserta didik.
- Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk mengelola interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran.
c. Hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Hasil pembelajaran PAI mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda.
Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata dan hasil yang diinginkan. Hasil nayata adalah hasil belajar yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakan suatu metode pembelajaran PAI yang dikembangkan dengan kondisi yang ada. Sedangkan hasil yang diinginkan adalah tujuan yang ingin dicapai dan biasanya sering mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi yang ada.
2. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sebagai calon pendidik atau guru agama perlu suatu sikap yang tegas dan cepat untuk menguraikan suatu yang menjadi kekurangan pendidikan agama kita saat ini, sehingga permasalahan kita saat ini terdapat pada lemahnya etos kerja para guru PAI serta lemahnya semangat dan cara kerja guru PAI dalam pengembangan pendidikan agama di sekolah.
Jika seluruh komponen pendidikan dan pengajaran dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, maka mutu pendidikan dengan sendirinya meningkat, namun gurulah yang menjadi komponen utama dari keseluruhan komponen pendidikan. Jika guru berkualitas baik maka pendidikanpun baik pula. Dalam hubungannya dengan pendidikan, guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang dalam kegiatan belajar mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya. Melalui kegiatan belajar mengajar memberikan ilham yaitu guru yang mampu menghidupkan gagasan yang besar, keinginan yang besar pada murid-muridnya.
Agar sekolah yang berlebel Islam mempunyai kualitas pendidikan yang baik, haruslah mempunyai strategi-strategi peningkatan kualitas pembelajaran dan pengukuran yang efektif. Pada dasarnya strategi bertumpu pada kemampuan dalam memperbaiki dan merumuskan visinya setiap zaman yang dituangkan dalam rumusan tujuan pendidikan.