Pengertian Sejarah Gereja Dan Misi Dunia Menurut Ahli
“Istilah sejarah dalam bahasa arab dikenal dengan tarikh, dari akar kata arrakha (a-r-kh),yang berarti menulis atau mencatat; dan catatan tentang waktu serta peristiwa”. Akan tetapi, istilah tersebut tidak serta merta hanya berasal dari kata ini. Malah ada pendapat bahwa
“istilah sejarah itu berasaldari istilah bahasa Arab syajarah, yang berarti pohon atau silsilah. Makna silsilah ini lebih tertuju pada makna padanan tarikh tadi; termasuk kemudian dengan padanan pengertian babad, mitos, legenda dan seterusnya”. Syajara berarti terjadi, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah.
Dalam istilah bahasa-bahasa Eropa, asal-muasal istilah
sejarah yang dipakai dalam literatur bahasa Indonesia itu terdapat beberapa variasi, meskipun begitu, banyak yang mengakui bahwa istilah
sejarah berasal-muasal, dalam bahasa Yunani historia. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan history, bahasa Perancis historie, bahasa Italia storia, bahasa Jerman geschichte, yang berarti yang terjadi; dan bahasa Belanda dikenal gescheiedenis.
Menilik pada makna secara kebahasaan dari berbagai bahasa di atas dapat ditegaskan bahwa pengertian
sejarah menyangkut dengan waktu dan peristiwa.
“Oleh karena itu masalah waktu penting dalam memahami satu peristiwa, maka para sejarawan cenderung mengatasi masalah ini dengan membuat periodesasi”.
Pengertian Terminologis (Istilahi)
Istilah
sejarah, dalam pengertian terminologis atau istilahi, juga memiliki beberapa variasi redaksi. R.G. Collingwood, misalnya mendefinisikan
sejarah dengan ungkapan history is the history of thought(
Sejarah adalah sejarah pemikiran); history is a kind of research or inquiry (
Sejarah adalah sejenis penelitian atau penyelidikan). Pada kesempatan lain, Collingwood memaknakan sejarah (dalam artian penulisan sejarah atau historiografi), seperti membangun dunia fantasi (are peaple who bulid up a fantasy-word). Nouruzzaman Shiddiqie mendifinisikan sejarah sebagai peristiwa masa lampau yang tidak hanya sekadar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa itu, tetapi juga memberikan interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat hukum sebab-akibat.
Jauh sebelumnya, Ibn Khaldun (1332 – 1406), dalam kitabnya al-Muqaddimah, telah mendefinisikan sebagai “catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti kelahiran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan; tentang revolusi dan pemberontakan rakyat melawan golongan lain; akibat timbulnya kerajaan-kerajaan dan negara dengan tingkatan bermacam-macam kegiatan dan kedudukan orang, baik untuk mencapai kemajuan kehidupannya, berbagai macam ilmu pengetahuan, dan pada umunya tentang segala macam perubahan yang terjadi di dalam masyarakat karena watak masyarakat itu sendiri.”
R. Moh. Ali, mengemukakan pengertian
sejarah mengacu dalam tiga makna: 1) Sejumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa kenyataan; 2) Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian peristiwa realita; 3) Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian dan peristiwa realitas. Menurut Sartono Kartodidjo,
sejarah dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu sejarah mentalitas (mentalited history),
sejarah sosial (sosiological history), dan sejarah struktural (structural history).
Hegel berpendapat, bahwa
sejarah terbagi menjadi sejarah asli, sejarah reflektif, dan sejarah filsafati. Pertama sejarah asli, yang memaparkan sebagian besar terbatas pada perbuatan, peristiwa dan keadaan masyarakat yang ditemukan di hadapan mereka. Kedua sejarah reflektif, adalah sejarah yang cara penyajiannya tidak dibatasi oleh waktu yang dengannya penulis
sejarah berhubungan. Ketiga
sejarah filsafati. Jenis ini tidak menggunakan sarana apapun kecuali pertimbangan pemikiran terhadapnya.
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yaitu merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikejakan, dikatakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Namun, perlu ditegaskan bahwa membangun kembali masa lalu bukan untuk kepentingan masa lalu itu sendiri.
Sejarah mempunyai kepentingan masa kini dan, bahkan, untuk masa akan datang. Oleh kerenanya, orang tidak akan belajar
sejarah kalau tidak ada gunanya. Kenyataannya,
sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan disepanjang waktu. Hal ini, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa
sejarah itu perlu.
Sejarah merupakan suatu dialog yang tiada akhir antara masa kini dan masa lalu. Ini dapat dilihat berdasarkan kerangka keragaman (diversity), perubahan (change), dan kesinambungan (continuity) melalui dimensi waktu. Sejak awal penulisan
sejarah (historiografi) identik dengan politik. Bahkan Sir John Seeley, sebagaimana dikutip Mark M.Krug, mengatakan
“History is past politics” dan politik adalah sejarah masa kini. Persepsi ini terbentuk karena kenyataan bahwa sejarah dianggap atau diperlakukan sebagai sejarah raja-raja, sejarah timbul atau tenggelamnya para penguasa,
sejarah naik dan turunnya dinasti-dinasti,
sejarah bangun dan runtuhnya rezim-rezim politik dan sebagainya.
Pada perkembangan penulisan
sejarah kekinian berkembang tiga jalur:
- Perkembangan sejarah politik yang dominan,
- Perkembangan sejarah sebagai biografi, dan
- Teori sejarah orang besar.
Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
sejarah mempunyai sifat yang khas, yaitu:
- Adanya masa lalu yang berdasarkan urutan waktu atau kronologis.
- Peristiwa sejarah menyangkut tiga dimensi waktu yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang.
- Ada hubungan sebab akibat atau kausalitas dari peristiwa tersebut
- Kebenaran dari peristiwa sejarah bersifat sementara (merupakan hipotesis) yang akan gugur apabila ditemukan data pembuktian yang baru.
2. Arti kata gereja
Banyak orang yang memandang gereja sebagai gedung. Ini bukanlah pengertian Alkitab mengenai gereja. Kata gereja berasal dari kata bahasa Yunani “Ekklesia” yang didefinisikan sebagai “perkumpulan” atau “orang-orang yang dipanggil keluar.” Akar kata dari ”gereja” bukan berhubungan dengan gedung, namun dengan orang. Adalah ironis bahwa saat Anda bertanya kepada orang mereka pergi ke gereja apa, biasanya mereka akan mengatakan Baptis, Metodis, atau denominasi lainnya.
Banyak kali mereka menunjuk pada denominasi atau pada bangunan. Baca Roma 16:5: “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka...” Paulus menunjuk pada gereja di rumah mereka, bukan pada gedung gereja, namun kumpulan orang-orang percaya. Gereja adalah Tubuh Kristus. Efesus 1:22-23 mengatakan, “Dan segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada. Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.” Tubuh Kristus terdiri dari semua orang percaya mulai dari saat Pentakosta sampai saat Pengangkatan. Tubuh Kristus terdiri dari dua aspek:
- Gereja universal/sedunia yaitu gereja yang terdiri dari semua orang yang memiliki hubungan pribadi dengan Yesus Kristus. 1 Korintus 12:13-14 mengatakan “Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota.” Kita melihat bahwa siapapun yang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus. Gereja Tuhan yang sebenarnya bukanlah bangunan gereja atau denominasi tertentu. Gereja Tuhan yang universal/sedunia adalah semua orang yang telah menerima keselamatan melalui beriman di dalam Yesus Kristus.
- Gereja lokal digambarkan dalam Galatia 1:1-2, “Dari Paulus, seorang rasul, ... dan dari semua saudara yang ada bersama-sama dengan aku, kepada jemaat-jemaat di Galatia.” Di sini kita melihat bahwa di propinsi Galatia ada banyak gereja – apa yang kita sebut sebagai gereja lokal. Gereja Baptis, gereja Lutheran, gereja Katolik, dll bukanlah Gereja sebagaimana gereja universal, namun adalah gereja lokal. Gereja universal/sedunia terdiri dari mereka-mereka yang telah percaya pada Yesus untuk keselamatan mereka. Anggota-anggota gereja universal/sedunia ini sepatutnya mencari persekutuan dan pembinaan dalam gereja lokal. Secara ringkas, gereja bukanlah bangunan atau denominasi. Menurut Alkitab, gereja adalah Tubuh Kristus – setiap mereka yang telah menempatkan iman mereka pada Yesus Kristus untuk keselamatan (Yohanes 3:16; 1 Korintus 12:13). Dalam gereja-gereja lokal terdapat anggota-anggota dari gereja universal/sedunia (Tubuh Kristus). Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani: εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo= memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti:
- Pertama, gereja ialah 'umat' atau lebih tepat persekutuan orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung.
- Kedua, gereja adalah sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi.
- Ketiga, gereja ialan mazhab (aliran) atau denominasi dalam agama Kristen, misalnya gereja katolik, gereja protestasn, dan lain sebagainya.
- Keempat, gereja ialah lembaga (administratif) daripada sebuah mazhab Kristen. Contoh kalimat “Gereja menentang perang Irak”.
- Kelima, gereja secara umum ialah sebuah rumah ibadah umat Kristen, di mana di tempat tersebut umat melakukan ibadah kepada Tuhan yang disembahnya. Gereja (untuk arti yang pertama) terbentuk 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan Allah diberikan kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.
3. Arti kata misi
Kata “misi” adalah istilah Indonesia untuk kata Latin “mission” yang berarti “perutusan”. Kata “mission” adalah bentuk subtantif dari kata kerja “mittere” (mitto, missi, missum) yang memiliki beberapa pengertian dasar, yaitu: pertama, membuang, menembak, membentur; kedua, mengutus, mengirim; ketiga, membiarkan, membiarkan pergi, melepaskan pergi; keempat, mengambil/ mengendap, membiarkan mengalir (darah).
Di dalam Vulgata, kata “mittere” adalah terjemahan dari kata Yunani “pempein” dan “apostelein” yang berarti juga mengutus. Kedua istilah Yunani ini terdapat 206x di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. “Orang yang diutus” atau “missionaries” diterjemahkan dari kata Yunani “apostolos” terdapat 79x di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, sedangkan tugas yang mereka laksanakan disebut “mission”, sebagai terjemahan dari kata Yunani “apostelo” terdapat 4x dalam Kitab Suci Perjanjian Baru”.
Dalam penggunaan selanjutnya, istilah “misi” dan “apostolate” yang pada dasarnya mempunyai arti yang sama mendapatkan modifikasi pengertian seperti dalam istilah “missionalis apostolatus” (kerasulan missioner) yang dipakai oleh Paus Pius XII dalam ensiklik misi Fidei Donum (1957). Kata “apostolate” atau “kerasulan” dipakai untuk menunjuk kegiatan pastoral umum sedangkan kata “misi” atau “perutusan” dipakai untuk kegiatan penyebaran iman. Istilah “misi” tidak hanya dipakai dalam lingkup keagamaan, tetapi juga di dunia profane seperti misi diplomatis, misi politis, misi ilmu pengetahuan, misi kebudayaan, misi dalam dunia kemiliteran. Semuanya berarti pelimpahan tugas dan tanggung jawab.
Di dalam gereja, istilah “misi” digunakan baik untuk menunjuk kegiatan yang lebih luas dan umum, yakni menyangkut semua kegiatan gereja maupun untuk karya khusus pewartaan dan penyebaran iman Kristen. Pengertian yang terakhir ini menyangkut pengutusan para misionaris. Goerge W. Peters menulis, misi adalah “the total biblical assignment of the church of Jesus Christ. It is a comprehensive term including the upward, inward and outward ministries of the church” menurut penulis ini, “missions” adalah “a specialized term. By it I mean the sending forth of authorized persons beyond the borders of the New Testament Church….”.
Yakob Tomatala, mengatakan:
“Misi adalah karya Allah yang menghimpun bagi diri-Nya suatu umat yang bersekutu dengan Dia, melayani Dia dan menyembah Dia dalam hubungan yang harmonis dan utuh untuk kejayaan Kerajaan Allah. Menurut penulis ini, misi adalah karya Allah. Allah berkarya dalam pengutusan-Nya, yang menghimpun umat-Nya untuk bersekutu, menyembah dan melayani-Nya dalam hubungan yang harmonis bagi kejayaan kerajaan-Nya. Selanjutnya dikatakan bahwa penginjilan adalah rancangan dan karya Allah yang menghimpun bagi diri-Nya suatu umat untuk bersekutu, menyembah serta melayani Dia secara utuh dan serasi bagi kejayaan Kerajaan Allah”.
Menurut Dr. Y. Jones Akal misi adalah pengutusan untuk pelayanan komperhensif. Pelayanan konperhensif berdiamensi empat yaitu pelayan ke bawah (downward ministry), pelayanan ke atas (upward ministry), pelayanan ke dalam (inward ministry), dan pelayanan ke luar (outward ministry).”
David J. Bosch merumuskan beragam pengertian tradisional tentang misi dan mengusahakan suatu synopsis teologis yang lebih khas sebagai konsep yang telah dipergunakan secara tradisional.
Ia mencatat bahwa kata ini telah diparafrasekan sebagai:
- Penyebaran iman;
- Perluasan pemerintahan Allah;
- Pertobatan orang-orang kafir;
- Pendirian jemaat-jemaat baru”.
Menurut penulis, misi adalah pola, cara dan model kerja yang digunakan oleh Tuhan dalam rangka menyelamatkan manusia berdosa yang ada di dalam dunia, sehingga mereka yang diselamatkan oleh Tuhan beroleh hidup yang kekal. Mereka yang diselamatkan oleh Tuhan dihimpun dalam suatu persekutuan dengan tujuan untuk menyembah dan melayani Allah serta menjadi alat anugerah Allah untuk memberitakan Injil kepada dunia.