Pengertian Metodologi Penelitian Filsafat
Dalam kata pengantar buku karangan A. B. Shah (1986) Rege mengatakan
bahwa metodologi atau unsur penelaah yang sistematik mengenai metode ilmiah
sudah sejak lama diperlakukan sebagai anak tiri dalam lingkup filsafat. Walaupun
hakikat dan lingkup pengetahuan manusia sejak dulu merupakan satu di antara
pokok-pokok bahasan yang sentral dalam tinjauan lilosolis, baru pada belakangan
ini metodologi memperoleh pengakuan sebagai suatu disiplin filsafat. Sebagaimana
dikemukakan oleh Bakker (1990) sebagai studi khusus metodologi penelitian
filsafat memiliki tempatnya dalam keseluruhan bidang studi filsafat. Metodologi
ilmiah pada umumnya berhubungan dengan pengetahuan manusia, maka sejauh
dipelajari secara filosofis, metodologi pada umumnya merupakan bagian
epistemologi (atau filsafat pengetahuan). Akan tetapi, dalam hal penelitian filsafat
ini metodologi diterapkan pada suatu ilmu khusus (yaitu filsafat), maka menjadi
bagian filsafat ilmu (yaitu epistemologi khusus).
Menurut The Liang Gie (1972) penelitian filsafat hendaknya dibedakan dan
filsafat, karena keduanya merupakan hal yang berbeda. Penelitian dalam bidang
filsafat adalah segenap rangkaian kegiatan akal budi dari manusia yang
menggunakan pelbagai metode ilmiah untuk mengembangkan pengetahuan dalam
bidang filsafat. Filsafat merupakan suatu rangkaian aktivitas dari budi manusia.
Budi manusia ditantang oleh sekumpulan pertanyaan yang dapat disebut persoalan
filsafat sebagai bahan masuk sehingga melakukan rangkaian aktivitas untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa input persoalan filsafati budi manusia tidak
akan melakukan kegiatan yang bermakna filsafati. Persoalan filsafati adalah
pertanyaan mengenai sesuatu pada taraf keumuman yang tertinggi, rnengenai
materi seumumnya, menyangkut persoalan arti, nilai dasar atau asas.
Budi
manusia melakukan analisa, pemahaman, deskripsi, penilaian, penafsiran, dan
perekaan yang mengarah pada kejelasan, kecerahan, keterangan, pembenaran,
pengertian baru, dan penyatu paduan. Kegiatan budi manusia ini merupakan
proses konversi yang berusaha mengubah persoalan-persoalan filsafati menjadi
hasil keluar yang dapat berupa kearifan hidup, pandangan dunia, sistem pemikiran,
keyakinan dasar atau kebenaran filsafati. Hasil dari budi ini terutama yang
mengenai kearifan, umumnya disebut filsafat pengetahuan filsafat.
Untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan filsafati, seorang tilsuf memakai suatu
prosedur tertentu yang dikenal sebagai metode filsafat. Metode-metode filsafat ada
berbagai macam; metode analisis (Sokrates), metode sintetik (Plato, Aristoteles,
dan filsuf-filsuf abad tengah), metode kesangsian (Rene Descrates), metode kritik
(Immanuel Kant), metode dialektik (Hegel), metode intuitif (Henri Bergson), metode
deskripsi fenomenal (Edmund Husserl), metode pragmatis (William James),
metode atomis logis (Betrand Russel), metode analisa filsafat (G. Ryle).
Untuk metode-metode filsafat ini Bakker (1984) membaginya sebagai
berikut; Metode Kritis (Sokrates, Plato), Metode Intuitif (Plotinos, Henri Bergson),
Metode Skolastik (Thomas Aquinas), Metode Eksperimentil (David Hume), Metode
Kritis Transendental (Immanuel Kant, Neo-Skolastik), Metode Dialektis (ilegel),
Metode Fenomenologis (Husserl, Eksistensialisme), Metode Analitika Bahasa
(Wittgenstein).
ADS HERE !!!