Pengertian, Karakteristik, Tujuan Dan Manfaat PTK
1. Pengertian
Penelitian Tindakan Kelas atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan classroom
action research sejak lama berkembang di negara-negara maju seperti Inggris. Australia
dan Amerika. Ahli-ahli pendidikan di negara tersebut menaruh perhatian yang cukup
besar terhadap PTK. Mengapa demikian? Karena jenis penelitian ini mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat indikator
keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini McNift (1992:1) seperti dikutip Suyanto
(1997:2) memandang PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru
sendiri dan hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan
kurikulum, sekolah, dan pengembangan dalam proses belajar mengajar dll.
Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri terhadap praktek pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Dengan PTK, guru dapat melakukan penelitian terhadap siswa dari
berbagai aspek selama proses pembelajaran berlangsung. Melalui penelitian tindakan
kelas ini guru dapat melakukan penelitian terhadap proses atau hasil yang diperoleh
secara reflektif di kelas, sehingga hasil penelitian dapat diapakai untuk memperbaiki
praktek pembelajarannya.
Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjebatani kesenjangan antara teori dan
praktek pendidikan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan setelah seseorang melakukan
penelitian terhadap kegiatannya sendiri, di kelasnya sendiri, dengan melibatkan
siswanya sendiri, melalui suatu tindakan yang direncanakan, dilaksanakan dan
dievaluasi, guru tersebut akan memperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa
yang selama ini selalu dilakukan dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan demikian
guru dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan
baik di kelas yang dimilikinya. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi
kelasnya, melalui PTK guru dapat mengadaptasi teori yang ada untuk kepentingan
proses atau produk pembelajaran yang lebih efektif.
Dari uraian di atas dapat didefinisikan pengertian PTK secara lebih tegas. Secara
singkat PTK didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Sebagai
contoh jika guru merasa bahwa minat siswa terhadap mata pelajaran sejarah rendah,
keadaan ini sangat menghambat pencapaian tujuan pembelajaran, maka guru dapat
melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan minat belajar sejarah siswa.
Dalam penelitian tindakan kelasnya guru dapat mencoba tindakan-tindakan tertentu
misalnya memanfaatkan media gambar, radio, televisi, menggunakan metode-metode
inovatif yang mampu membangkitkan minat belajar. Dengan tindakan-tindakan
tersebut guru akan memperoleh umpan balik yang lebih berarti dan dapat digunakan
untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Karakteristik PTK
Setiap penelitian memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Bagi PTK
karakteristik yang menonjol adalah dalam hal masalah yang akan diteliti. Masalah yang
diangkat dan akan dipecahkan melalui PTK harus selalu berangkat dari permasalahan
praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapai oleh guru. PTK akan dapat
dilaksanakan oleh guru jika sejak awal guru menyadari adanya persoalan yang terkait
dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Jika guru tidak
pernah merasa menemui masalah dalam kegiatan pembelajaran, PTK tidak diperlukan.
Namun tidak semua guru dapat melihat kekurangannya sendiri, meskipun sudah
melakukan kesalahan-kesalahan berpuluh-puluh tahun di kelas.
Persoalan yang muncul
dianggap hal biasa sehingga tidak perlu perbaikan diri. Oleh karena itu, perlu bantuan
orang lain untuk melihat hal-hal apa saja yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung di kelasnya.
Karakteristik kedua adalah bahwa PTK merupakan penelitian tindakan
kolaboratif yaitu penelitian yang melibatkan orang lain untuk bersama-sama
menemukan dan merumuskan persoalan pembelajaran di kelas. Dalam konteks ini
guru dapat berkolaborasi dengan dosen FKIP untuk melakukan penelitian tindakan
kelas. Dari kolaborasi ini akan muncul kesadaran kemungkinan perbaikan pembelajaran
melalui PTK
3.Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan kelas terkait erat dengan keinginan seseorang untuk
meningkatkan dan atau memperbaiki praktek pembelajaran di kelas. Penelitian ini
seharusnya dilakukan oleh para guru, karena para guru adalah orang yang secara
langsung berhadapan dengan permasalahan-permasalahan yang ada di kelasnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan cara strategis bagi guru untuk memperbaiki
proses pembelajaran di kelas.
Hal ini didukung oleh pernyataan Mc.Niff (1992) dalam
Suyanto (1997: 5) yang menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya
penelitian tindakan kelas adalah perbaikan. Perbaikan di sini terkait dan memiliki
konteks dengan proses pembelajaran.
Terkait dengan penelitian tindakan kelas sebagai sarana strategis layanan
pendidikan bagi dalam konteks pembelajaran guru muncul pertanyaan bagaimana
tujuan penelitian dapat dicapai? Tujuan penelitian tindakan kelas dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan
pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak
pada tindakana-tindakan alternatif yang direncanakan oleh guru, kemudian dicobakan,
dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif yang dilakukan dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi guru.
Selain tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan
dan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas, ada tujuan penyerta yang dapat
dicapai sekaligus berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses
penelitian tindakan kelas berlangsung.
Hal ini terjadi karena tujuan utama penelitian
tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan dalam proses pembelajaran.
Dengan strategi ini guru akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan
alternatif sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran Dari perolehan
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat digenaralisasikan (Suyanto,
1997:8)
4. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Setiap tindakan dalam proses pembelajaran pasti mempunyai tujuan.
Keberhasilan suatu tindakan dapat diukur dengan melihat manfaatnya. Demikian juga
dengan penelitian tindakan kelas, selain bertujuan meningkatkan dan atau
memperbaiki proses pembelajaran di kelas keberhasilannya diukur dari kemanfaatan
tindakan alternatif bagi perbaikan tersebut.
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penelitian tindakan kelas mencakup
- Inovasi pembelajaran,
- Pengembangan kurikulum di tingkat sekolah dan kelas,
- Peningkatan professional guru.
Dalam inovasi pembelajaran, guru selalu perlu mencoba untuk mengubah,
mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar ia mampu melahirkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Guru selalu berhadapan
dengan siswa yang berbeda-beda setiap tahun. Oleh sebab itu kalau guru mengadakan
penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang dihadapi di kelasnya dan
menghasilkan solusi terhadap masalahnya. Dengan proses belajar di kelas seperti itu
guru tersebut telah melakukan inovasi pembelajaran.
Dari aspek pengembangan kurikulum, penelitian tindakan kelas juga dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru.
Guru kelas harus bertanggung jawab terhadap
pengembangan kurikulum dalam tingkat sekolah maupun kelas, penelitian tindakan
kelas akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan.
Dari aspek profesionalisme guru dalam proses pembelajaran memiliki manfaat
yang sangat penting. Guru yang professional tentu tidak enggan melakukan perubahanperubahan
dalam praktek pembelajarannya sesuai dengan kondisi kelasnya.
Penelitian
tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk
memahami apa yang terjadi di kelas, untuk selanjutnya meningkatkan ke arah
perbaikan secara profesional.
Guru profesional menurut Suyanto (1997) perlu melihat dan menilai sendiri
secara kritis terhadap parktek pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk
kerjanya sendiri, kemudian direfleksikan, lalu diperbaiki guru akhirnya akan
mendapatkan otonomi secara profesional.
Konsep penting dalam pendidikan adalah
selalu adanya upaya perbaikan dari waktu ke waktu pada proses pemebalajarnnya. Hal
ini terjadi karena guru mau melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan
profesionalismenya.
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dipahami bahwa penelitian tindakan kelas
memiliki perbedaan dengan penelitian konvensional pada umumnya. Perbedaan itu
dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel Perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian konvensional
Bentuk-Bentuk Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa bentuk penelitian tindakan kelas. Oja dan Smulyan (1989) dalam
Sudarsono (1997)membedakan adanya empat bentuk penelitian tindakan kelas, yaitu:
- Guru sebagai peneliti.
- Penelitian Tindakan Kolaboratif
- Simultan Terintegratif
- Administrasi Sosial Eksperimental
Pada bentuk yang pertama merupakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas yang
memandang guru sebagai peneliti memiliki ciri penting yaitu sangat berperannya guru
itu sendiri dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk ini, tujuan utama
penelitian ialah meningkatkan praktek pembelajaran di kelas di mana guru terlibat
secara penuh dalam proses perencanaan, aksi (tindakan) dan refleksi. Dalam bentuk
penelitian ini, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian
tindakan kelas. Jika melibatkan orang lain perannya tidak dominan. Sebaliknya
keterlibatan pihak lain dari luar hanya bersifat konsultatif dalam mempertajam atau
mencari problema pembelajaran di kelas.
Guru sebagai peneliti, peran pihak luar (orang
lain) sangat kecil dalam proses penelitian.
Pada bentuk penelitian kedua, Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif,
melibatkan beberapa pihak baik guru, kepala sekolah maupun dosen secara serentak
dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pembelajaran, menyumbang pada
perkembangan teori dan karier guru. Model penelitian kolaboratif ini dirancang dan
dilaksanakan oleh sutu tim yang terdiri dari guru, dosen dan kepala sekolah.
Hubungan
antara ketiga pihak tersebut bersifat kemitraan yang dapat secara bersama-sama
memikirkan persoalan-persoalan yang dihadapi untuk diteliti melalui penelitian
kolaboratif
Pada bentuk ketiga, Simultan Terintegratif, tujuan utama penelitian adalah
untuk dua hal sekaligus yaitu memecahkan persoalan praktis dalam pembelajaran
praktis, dan untuk menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam bidang pembelajaran
di kelas. Dalam penelitian ini guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya, terutama
aspek aksi dan refleksi terhadap praktek-praktek pembelajaran di kelas. Meskipun
demikian persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasi oleh
peneliti dari luar.
Pengambil posisi innovator adalah peneliti dari luar.
Pada penelitian tindakan kelas keempat, Administrasi Sosial Ekspermental, lebih
menekankan dampak kebijakan dan praktek. Dalam pelaksanaannya guru tidak
dilibatkan baik dalam perencanaan, aksi maupun refleksi terhadap praktek
pembelajarannya. Guru tidak banyak memberikan masukan pada proses penelitian ini.
Tanggung jawab penelitian sepenuhnya ada pada pihak luar. Dalam bentuk ini peneliti
bekerja atas dasar hipotesis tertentu, kemudian melakukan bentuk tes dalam sebuah
eksperimen.
Desain dan Prosedur Penelitian
1. Desain Penelitian Tindakan kelas
Dalam penyusunan desain dan prosedur penelitian tindakan kelas perlu
dirumuskan terlebih dahulu rencana berdasarkan informasi yang lebih lengkap dan
lebih kritis. Ada empat aspek pokok dalam penelitian tindakan kelas yang harus
diperhatikan yaitu penyusunan program, tindakan, observasi dan refleksi, selanjutnya
akan diuraikan sebagai berikut.
1.1. Penyusunan program
Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang tersusun dan dari segi
definisi harus prospektif pada tindakan. Rencana itu harus memandang ke depan.
Rencana itu harus mengakui bahwa semua tindakan sosial dalam batas tertentu tidak
dapat diramalkan, dan oleh sebab itu agak mengandung resiko. Rencana harus bersifat
fleksibel untuk dapat diadabtasikan dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan
kendala yang sebelumnya tidak terlihat.
Tindakan yang telah direncanakan harus
disampaikan dengan dua pengertian. Pertama, tindakan harus mempertimbangkan
resiko yang ada dalam perubahan sosial di kelas dan mengakui kendala nyata baik yang
bersifat material maupun psikologis. Kedua, tindakan yang akan dilaksanakan
hendaknya dipilih karena menungkinkan peserta didik untuk bertindak secara lebih
efektif dalam berbagai keadaan, secara lebih bijaksana dan hati-hati (Suwarsih Madya,
1994).
Kendala itu hendaknya
- Membantu peneliti (guru) untuk mengatasi kendala
yang ada dan memberikan kewenangan untuk bertindak lebih tepat guna dalam situasi
terkait dan lebih berhasil guna sebagai pendidik, pelaksana dan pimpinan di kelas, dan
- Membantu para guru sebagai peneliti menyadari potensi baru mereka untuk
melakukan tindakan guna meningkatkan kualitas kerja mereka. Sebagai bagian dari
proses perencanaan, praktisi penelitian harus berkolaborasi dalam diskusi untuk
mengembangkan bahasa yang dipakainya dalam menganalisis dan meningkatkan
pemahaman dan tindakan mereka dalam situasi terkait.
1.2. Tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali, yang merupakan variasi praktek yang cermat dan bijaksana. Sehubungan
dengan hal itu, praktek diakui sebagai gagasan dalam tindakan, dan tindakan itu
digunakan sebagai pijakan bagi pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu
tindakan yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan.
Tindakan dituntun oleh perencanaan dalam arti bahwa rencana hendaknya
diacu dalam hal dasar pemikirannya, namun demikian perlu diingat bahwa tindakan itu
tidak secara mutlak dikendalikan oleh rencana. Tindakan itu secara mendasar
mengandung resiko karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan dengan kendalakendala
di kelas maupun lingkungannya, yang secara tiba-tiba dan tak terduga. Oleh
karena itu, rencana tindakan harus selalu bersifat tentatif dan sementara, fleksibel dan
siap diubah sesuai dengan keadaan yang ada.
Salah satu perbedaan antara penelitian tindakan dan tindakan biasa adalah
bahwa penelitian tindakan diamati. Pelakunya bertujuan mengumpulkan bukti tentang
tindakan mereka agar dapat sepenuhnya menilainya. Untuk mempersiapkan evaluasi,
sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti yang akan diperlukan untuk
mengevaluasi tindakannya secara kritis.
1.3. Observasi
Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait.
Observasi berorientasi ke masa yang akan datang, memberikan dasar bagi refleksi
sekarang, terlebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan. Observasi yang cermat
diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh kendala realitas, dan semua
kendala itu belum pernah dapat dlihat dengan jelas di masa lalu. Observasi harus
direncanakan, sehingga akan ada dokumen untuk refleksi berikutnya. Rencana
observasi harus fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal-hal yang tak terduga.
Peneliti
tindakan kelas harus selalu memiliki jurnal untuk mencatat hal-hal yang luput dari
observasi dalam kategori observasi yang direncanakan (Depdiknas, 2005).
Peneliti tindakan kelas harus mengamati proses tindakannya, pengaruh
tindakannya (yang disengaja atau tidak disengaja), keadaan dan kendala tindakan, cara
keadaan dan kendala tersebut menghambat atau mempermudah tindakan yang telah
direncanakan dan pengaruhnya, serta persoalan-persoalan lain yang muncul. Observasi
harus selalu dituntun oleh niat yang sehat bagi refleksi diri yang kritis. Observasi
memberikan tanda tentang pencapaian refleksi. Dengan cara, observasi dapat
memberikan andil pada perbaikan praktek melalui pemahaman yang lebih baik dan
tindakan yang secara lebih kritis dipikirkan. Akan tetapi bahan pokok yang
diobservasikan akan selalu berupa tindakan pengaruhnya dan konteks situasi tempat
tindakan itu harus dilakukan.
1. 4. Refleksi
Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan persis
seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategi. Refleksi
mempertimbangkan ragam perspektif yang mungkin ada dalam situasi sosial, dan
memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persolan itu. Refleksi biasanya
dibantu dengan diskusi di antara peserta. Melalui diskusi, refleksi kelompok sampai
pada rekonstruksi makna dan memberikan dasar perbaikan rencana. Refleksi memiliki
aspek evaluatif. Dengan refleksi peneliti diminta untuk menimbang-nimbang
pengalamannya, untuk menilai apakah persoalan yang timbul memang diinginkan, dan
memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan.
Ada pula
pengertian bahwa refleksi itu deskriptif, yaitu memungkinkan dilakukan peninjauan,
pengembangan gambaran yang lebih penting lagi adalah tentang apa yang sekarang
mungkin dilakukan untuk kelompok dan untuk tiap-tiap anggota bertanggung jawab
dalam rangka mencapai tujuan.
Penelitian tindakan kelas merupakan proses dinamis yang didalamnya terdapat
empat momen yang harus dipahami bukan sebagai langkah statis yang komplit, tetapi
sebagai momen dalam spiral perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Peningkatan
pemahaman pertama-tama akan muncul sebagai dasar pemikiran bagi prakteknya.
Dasar pemikiran itu dikembangkan dengan diuji oleh kelompok dalam praktek, setiap
proposisi dalam dasar pemikiran dapat dicocokkan dengan praktek dan dengan bagian
lain dari dasar pemikiran itu. Dalam jangka panjang, proposisi ini akan berkembang
menjadi perspektif kritis tentang praktek dan tentang bidang yang terkait itu sendiri
seperti pendidikan, dan menjadi teori kritis yang mencakup pertimbangan tentang
masalah-masalah seperti bagaimana siswa oleh sistem penyampaian pesan sekolah
terkait (kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan penilaian).
2. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Dalam melaksanakan suatu penelitian tindakan kelas, peneliti harus mengikuti
prosedur tertentu yang membimbing peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian
secara runtut/sistematik.
Langkah yang umum dalam penelitian tindakan kelas yang
dapat dipakai sebagai berikut.
- Mengidentifikasi masalah
- Menganalisis masalah dan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai
penyebab.
- Merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah bagi faktor penyebab utama
yang gawat dengan mengumpulkan data dan menafsirkannya untuk
mempertajam gagasan tersebut dan untuk merumuskan hipotesis tindakan
sebagai pemecahan.
- Kelayakan solusi atau pilihan tindakan pemecahan masalah.
Dalam mengindentifikasi masalah hendaknya ditentukan kriteria di antaranya
adalah::
- Masalahnya harus penting bagi orang yang mengajukan masalah dan sekaligus
signifikan.
- Masalah yang diajukan hendaknya dalam jangkauan penanganan.
- Pernyataan harus mengungkapkan beberapa demensi fundamental.
Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi dan merumuskan
masalah sebagai berikut.
- Guru menuliskan semua kejadian yang memerlukan perhatian terutama yang
berkaitan dengan pembelajaran, misalnya: penyampian materi, daya tangkap
siswa, intensitas waktu, sikap siswa, minat siswa, motivasi dll.
- Semua kejadian yang ada seperti tersebut di atas dikelompokkan atau
diklasifikasi menurut jenis permasalahannya.
- Urutkan dari klasifikasi ringan sampai yang paling berat.
- Pilih 2 sampai 4 permasalahan di atas, dan konfirmasikan kepada teman sejawat
yang mengajar dalam mata pelajaran sejenis di sekolahnya atau sekolah lain
melalui kegiatan MGMP misalnya.
- Jika masalah yang dirumuskan mendapat konfirmasi maka masalah tersebut
betul-betul merupakan masalah yang dapat diangkat sebagai calon masalah.
- Calon masalah dikaji kelayakannya atau signifikansinya untuk dipilih menjadi
masalah dan rumuskan dengan kalimat.
Dalam menganalisis masalah dan menentukan faktor-faktor yang diduga
sebagai penyebab perlu kiranya peneliti menganalisis untuk mengetahui problemproblem
yang mungkin ada untuk mengidentifikasi aspek-aspek penting. Dalam merumuskan hipotesis perlu kiranya terlebih dahulu peneliti mengkaji
teori-teori yang berkenaan dengan masalah yang diajukan. Hasil-hasil penelitian yang
relevan akan memperkuat dalam merumuskan hipotesis.
Perlu disadari bahwa hipotesis
tindakan bukanlah hipotesis hubungan antar variabel atau perbedaan antar variabel
tetapi memuat tindakan yang diusulkan untuk mengahasilkan perbaikan dalam
pendidikan. Mempertimbangkan prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan
merupakan hal yang penting agar upaya perbaikan yang diinginkan tercapai
(Depdiknas, 2005).
Langkah selanjutnya adalah membuat rancangan bagaimana tindakan sebagai
pemecahan masalah dilaksanakan.
Oleh karena itu peneliti perlu membuat desain dan
prosedur implementasinya dengan tahap kegiatan seperti dikemukakan Sudarsono,
(1996) sebagai berikut.
- Merancang model PTK sesuai dengan dengan permasalahan, rencana kegiatan,
tindakan dan keadaan atau situasi kelas.
- Mengatur langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan.
- Melakukan identifikasi komponen-komponen pendukung yang diperlukan.
- Melakukan pengaturan dan penyusunan jadwal kegiatan yang akan dilakukan.
- Menyusun rancangan tindakan sesuai dengan model penelitian tindakan kelas
dan jadwal kegiatan.
Setelah penyusunan desain dan prosedur selesai langkah berikutnya adalah
menerapkan atau melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Ada beberapa model Penelitian Tindakan Kelas. Berikut akan dibahas tiga model
Penelitian Tindakan Kelas.
1. Model Kurt Lewin
Model Kurt Lewin menjadi acuan dari berbagai model penelitian tindakan
karena Kurt Lewin yang pertama kali memperkenalkan penelitian tindakan atau action
research. Dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ada yang mengacu pada
model Kurt Lewin.
Komponen pokok dalam penelitian tindakan Kurt Lewin adalah:
- Perencanaan (planning)
- Tindakan (acting)
- Pengamatan (observing)
- Refleksi (reflecting)
Hubungan keempat konsep pokok tersebut digambarkan dengan diagram
sebagai berikut.
Gambar Model Penelitian Kurt Lewin
(diadaptasi dari Depdiknas, 2005)
2. Model Kemmis & Taggart
Konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin dikembangkan oleh Kemmis
& Mc. Taggart. Komponen tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) disatukan
dengan alasan kedua kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua
kegitan harusalah dilakukan dalam satu kesatuan waktu. Begitu berlangsung suatu
kegiatan dilakukan, kegiatan observasi harus dilakukan sesegera mungkin.
Bentuk
model dari Kemmis dan Mc. Taggart dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Gambar Model Penelitian Tagart dan Kemmis
(diadaptasi dari Kasihani Kasbolah E.S, 1998)
Model Kemmis & Mc. Taggart bila dicermati hakekatnya berupa perangkatperangkat
atau untaian–untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan,tindakan, pengamatan dan refleksi. Untaian tersebut dipandang
sebagai suatu siklus. Oleh karena itu pengertian siklus di sini adalah putaran kegiatan
yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Banyaknya siklus
dalam penelitian tindakan kelas tergantung dari permasalahan yang perlu dipecahkan,
semakin banyak permasalahan yang ingin dipecahkan semakin banyak pula siklus yang
akan dilalui. Jika suatu penelitian tindakan kelas ingin mengkaitkan materi pelajaran
dan kompetensi dasar dengan sendirinya jumlah siklus untuk setiap mata pelajaran
melibatkan lebih dari dua siklus.(Depdiknas, 2005).
3. Model Hopkins
Berdasarkan model-model Penelitian Tindakan Kelas dari Kurt Lewin, Kemmis & Mc.
Taggart, Hopkin menyusun desain sendiri dengan skema sebagai berikut.
Gambar Model Penelitian Hopkins
(diadaptasi dari Depdiknas, 2005)