Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing
Kisworo (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball throwing
adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu
dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola
yang diperoleh.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi
dinamis, karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau
berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas
dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari
temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Model pembelajaran snowball throwing ini guru berusaha memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi
berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang
kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui pembelajaran
terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks
komunikasi alamiah baik sosial, mau pun dalam lingkungan pergaulan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing
Langkah-langkah model pembelajaran snowball throwing dalam Agus
Suprijono (2009:128) adalah sebagai berikut:
- Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
- Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua
kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
- Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,
kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
- Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja kerja untuk
menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah
dijelaskan oleh ketua kelompok
- Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan
dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
- Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada
siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola
tersebut secara bergantian
- Evaluasi
- Penutup.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran snowball throwing dalam
Diyan Tunggal Safitri, 2011 sebagai berikut:
Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing
- Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada
materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
- Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran
yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari
teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan
penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai materi yang
didiskusikan dalam kelompok.
- Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
kepada teman lain maupun guru.
- Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
- Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang
dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
- Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
- Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan
suatu masalah.
- Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
- Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial,
budaya, bakat dan intelegensia.
- Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing
a. Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
b. Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.
Pentingnya Pembelajaran Snowball Throwing
Melalui penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran
IPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa mampu menumbuh kembangkan potensi
intelektual, sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka
mampu berkomunikasi dan berinteraksi sosial lebih matang, arif, dan dewasa. Selain
itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara
cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis
dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang
muncul dalam kehidupan hari-hari yang tidak kalah penting, siswa juga akan mampu
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
dengan lisan maupun tulisan, dan mampu menghargai pendapat orang lain. Oleh
karena itu model pembelajaran snowball throwing ini penting bagi siswa usia dini.
Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya
belajar bagaimana seharusnya belajar, selain itu belajar dapat diartikan interaksi
individu dengan lingkungannya. (Aunurrahman, 2010:33-36).
Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. (Purwanto, 2009:38).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (Slameto, 2011: 54-72)
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar.
1. Faktor jasmaniah
a. Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari
penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh
terhadap belajarnya.
b. Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.
Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal itu terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari
atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
2. Faktor psikologis
a. Inteligensi
Menurut J.P. Chaplin inteligensi adalah
1. The ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively.
2. The ability to utilize abstract concepts effectively.
3. The ability to grasp relationships and to learn quickly
Jadi inteligensi itu adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil dari
pada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
semata-mata tertuju kepada suatu obyek atau sekumpulan obyek.
c. Minat
Hilgard merumuskan tentang minat adalah sebagai berikut: interest is persisting
tendency to pay attention to and enjoy some activity or content.
Minat adalah kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang
beberapa kegiatan.
d. Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah the capacity to learn. Dengan
perkatan lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan
terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang
berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar
dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat di bidang itu.
Berdasarkan uraian tersebut bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan
pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam
belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan
siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
e. Motif
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa
agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan
memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif di atas dapat ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-latihan/kebiasaan-kebiasaan yang kadangkadang
juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana
alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Misalnya anak
dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap
untuk menulis, otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak.
g. Kesiapan
Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah: preparedness to
respond or react. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau beraksi.
Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan
kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan
padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan dibedakan menjadi dua yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah gemulainya tubuh
dan timbul kecendrungan untuk membaringkan tubuh. Kelemahan rohani dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan
pusing-pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya
untuk bekerja.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kelelahan itu
mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari
jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi
yang bebas dari kelelahan.
Faktor-faktor Ekstern
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga faktor yaitu;
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang
tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarag.
- Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengarunya terhadap belajar anaknya.
Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipti Wirowidjojo dengan pertanyaannya
yang menyatakan bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama
dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran
kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu
pendidikan bangsa, Negara, dan dunia.
- Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota
keluarga yang lain pun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi itu
misalnya: apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian,
ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukah sikap yang
acuh tak acuh.
- Suasana rumah
Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering
terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga
merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja.
Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan semrawut tidak akan memberi
ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada
keluarga yang besar yang terlalu banyak penghuninya.
- Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Misal makan,
pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar sepetri
ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan buku-buku.
- Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar
jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami
lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya,
membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau
perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
- Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak
dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik,
agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pembelajaran, keadaan gedung,
metode belajar dan tugas rumah.
- Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar. Mengajar itu sendiri menurut Ing. S. Ulih Bukit Karo adalah
menyajikan bahan pelajaran oleh orang lain kepada orang lain agar orang lain
itu menerima, menguasai dan mengembangkannya. Di dalam pendidikan, orang
lain yang disebut di atas disebut sebagai murid atau siswa dan mahasiswa, yang
dalam proses belajar agar dapat menerima, menguasai dan lebih-lebih
mengembangkan bahan pelajaran itu, maka cara-cara mengajar haruslah
setepat-tepatnya dan seefisien serta seefektif mungkin. Berdasarkan uraian
tersebut jelaslah bahwa metode mengajar itu menpengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan menpengaruhi belajar siswa yang tidak
baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena
guru kurang persiapan dan kekurangan menguasai bahan pelajaran sehingga
guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang
terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
- Kurikulum
Kurikulum diartikan sebagai senjumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa.
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan
pelajaran itu mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik
berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu
misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai
dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Perlu diingat bahwa sistem
instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang
mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik,
harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa
belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan
pedoman perencanaan yang demikian.
- Relasi Guru dengan Siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga
dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar
siswa juga dipengaruhi oleh relasinya dengan guru. Di dalam relasi (guru
dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikan
sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya.
- Relasi Siswa dengan Guru
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat
bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Siswa
yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyi rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan
batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan
akan menggangu belajarnya.
- Disiplin Sekolah
Kedisiplin sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah
dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru
dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau
karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan atau keteraturan kelas,
gedung sekolah, halaman dan lain-lain, kedisiplinan kepala sekolah dalam
mengelola seluruh staf beserta siswa-siswanya, dan kedisiplinan tim BP dalam
pelayanannya kepada siswa. Seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan
bekerja dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula, selain itu juga
memberi pengaruh yang positif terhadap belajarnya.
- Alat Pelajaran
Alat pelajaran erat berhubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat
pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa
untuk menerima bahan yang diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat
akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa.
Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan
menjadi lebih giat dan lebih maju.
- Waktu Sekolah
Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah,
waktu itu dapat pagi hari, siang, sore atau malam hari. Waktu sekolah juga
mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah di sore
hari, sebenarnya kurang dapat dipertangungjawabkan. Di mana siswa
beristrirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan
pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.
- Standar Pelajaran di Atas Ukuran
Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran
di atas ukuran standar. Akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut
kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata
pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tapi berdasarkan teori belajar,
yang meningkat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbedabeda,
hal tersebut tidak booleh terjadi.
- Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masingmasing
menuntut keadaan gedung dewasa ini harus memadai di dalam setiap
kelas. Bagaimana mungkin mereka dapat belajar dengan enak, kalau kelas itu
tidak memadai bagi setiap siswa.
- j. Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu
pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil
belajar siswa. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang
siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok akan tes. Dengan
belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan dapat jatuh sakit. Maka
perlu belajar secara teratur setiap hari dengan pembagian waktu yang baik,
memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil
belajar.
- Tugas rumah
Waktu belajar terutama adalah di sekolah, disamping untuk belajar waktu di
rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru
jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga
anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Faktor Masyarakat
- Kegiatan siswa dalam masyarakat
Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap
perkembanagan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan
masyarakat yang terlalu banyak, misalnya: berorganisasi, kegiatan-kegiatan
sosial, keagamaan maka belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak
bijaksana dalam mengatur waktunya.
- Mass media
Yang termasuk dalam mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar,
majalah, buku-buku, komik. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat.
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga
terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek
terhadap siswa. Maka perlulah kiranya siswa mendapatkan bimbingan dan
kontrol yang cukup bijaksana dari pihak orang tua dan pendidik, baik di dalam
keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
- Teman bergaul
Pengaruh-pengaruh dari teman bargaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik
terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang buruk pasti
mempengaruhi yang bersifat buruk juga.
- Bentuk kehidupan masyarakat
Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar
siswa.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi,
suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh
jelek kepada anak (siswa) yang berada disitu. Anak/siswa tertarik untuk ikut
berbuat seperti yang dilakukan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya jika
lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar, yang baik-baik maka anak
akan berbuat baik seperti orang-orang yang ada di lingkungannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli maka dapat disimpulkan belajar
merupakan suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan
dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar
berupa:
- Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
- Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan. Keterampilan
intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analistissintesis
faktor konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
bersifat khas.
- Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
- Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
- Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
eksternalisasi nilai-nilai.
Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Hasil belajar menurut Nana Sudjana (2009 : 22) adalah kemampuankemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dan
Ward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar yakni: keterampilan, kebiasaan,
pengetahuan dan mengertian serta sikap dan cita-cita. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan hasil belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh seseorang berkat adanya usaha atau fikiran
setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Nama Ilmu Pengetahuan Sosial dalam dunia pendidikan dasar dan menengah di
Negara kita muncul bersama dengan diberlakukannya kurikulum SD, SMP, dan SMA
tahun 1975. Dilihat dari sisi ini maka bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial masih
baru. Kita sebut “baru” karena bahan yang dikaji sebetulnya bukanlah baru. Namun
cara pandang yang dianutnya memang dapat dianggap baru.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian IPS
- Jean Jarolimek (1967): IPS adalah mengkaji manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan social dan fisiknya.
- Wesley: IPS sebagai bagian dari nilai-nilai social yang dipilih untuk tujuan
pendidikan.
- Binning: IPS suatu pelajaran yang hubungan langsung dengan perkembangan
dan organisasi masyarakat manusia dan manusia sebagai anggota dari
kelompok social (1952).
- Michaelis (1957): IPS dihubungkan dengan manusia dan interaksinya dengan
lingkungan fisik dan sosialnya yang menyangkut hubungan kemanusiaan.
- Depdikbud RI. Dalam kurikulum 1975: IPS adalah bidang studi yang
merupakan panduan dari sejumlah mata pelajaran social.
- Prof, Dr. D. Nasution, MA. (1975): IPS adalah suatu program pendidikan yang
merupakan suatu keseluruhan, yang ada pokoknya mempersoalkan manusia
dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosialnya, dan yang
bahannya diambil dari berbagai ilmu ilmu sosial, geografi, sejarah, ekonomi,
antropologi, sosiologi, politik dan psikologi sosial.
berdasarkan berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan pengertian IPS
adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah
sosial di masyarakat ditinjua dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu.