Pengertian Penelitian Tindakan (Action Research)
Penelitian tindakan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan
penerapan langsung di dunia kerja atau dunia aktual yang lain (Suryabrata, 1983). Di
samping memililki pengertian di atas, peneitian tindakan atau Action Research (AR) juga
merupakan langkah-langkah nyata dalam mencari cara yang paling cocok untuk
memperbaiki keadaan, lingkungan, dan meningkatkan pemahaman terhadap keadaan
dan atau lingkungan tersebut (McTaggart, 1997a).
Sementara itu Grundy (1995) menjelaskan bahwa action research merupakan usaha
perbaikan pemahaman cara dan kondisi yang dilakukan secara kolaboratif. Hal serupa
juga ditegaskan oleh Sagor (1992) yang mengatakan: "Action research is conducted by
people who want to do something, to improve their own situation". Senada dengan para
ahli lainnya, Calhoun (1994) juga menjelaskan bahwa action research merupakan suatu
usaha untuk meningkatkan kualitas dan penampilan organisasi.
Pada tahun 1984 para guru di Australia sudah diinstruksikan oleh Kepala Sekolah
untuk mereview apa yang sudah dikerjakan. Hasil review ini dirumuskan untuk perbaikan
langkah selanjutnya. Pada saat itu para Kepala Sekolah dan guru menyebut langkahlangkah
ini sebagai Penelitian Tindakan atau Action Research (AR), namun menurut
McTaggart (1997b), hal seperti ini tidak termasuk dalam kategori penelitian tindakan
karena guru melakukan kegiatan tersebut atas perintah Kepala Sekolah, dan guru tidak tahu apa
yang sedang mereka kerjakan.
Hal ini ditegaskan kembali oleh McTaggart pada kuliahnya
tanggal 27 Agustus 1997 yang menyatakan bahwa penelitian tindakan (action research) adalah
penelitian collective self reftective yang dilakukan oleh partisipan dalam ilmu sosial dan
pendidikan untuk memperbaiki pemahaman terhadap pelaksanaan pekerjaannya
sendiri dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya.
Lebih jauh McTaggart (1997b) menjelaskan bahwa: AR dapat dilakukan oleh
manager, direktur, dosen, guru, atau pekerja sosial lainnya.
AR dapat mengandung unsur-unsur:
(a) memperbaiki pekerjaannya sendiri,
(b) kolaboratif dengan orang atau kelompok lainnya untuk
memperbaiki pekerjaan mereka,
(c) kolaboratif dengan instansi lain secara terpisah untuk
memuncukan proyek atau mengembangkan sistem baru:
Berdasarkan pendapat para ahli dapat dirangkum bahwa penelitian tindakan (PT)
adalah penelitian yang dilakukan secara kolaboratif oleh para partisipan dalam ilmu
sosial dan pendidikan untuk memperbaiki pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya
sendiri, dan juga membawa dampak pada lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini PT dapat
digunakan di dunia pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Sedikit berbeda
dengan Classroom Action Research (CAR) atau Penelitian Tindakan Kelas :(PTK) yang
lebih mengkhususkan penelitian di dalam kelas dan harus dilakukan oleh guru. Hal ini
sesuai dengan pendapat Hopkins (1993) yang mengatakan PTK adalah penelitian tindakan yang
dilakukan oleh guru untuk memperbaiki dan atau mengembangkan cara mengajar guru.
Hasil pertemuan para kepala Lemlit LPTK di Yogyakarta pada tanggal 24-25 Juli 1997
yang disarikan oleh Raka Joni (1998) menjelaskan bahwa ada beberapa karakteristik
PTK, yaitu :
- PTK merupakan an inquiry of practice from within sehingga merupakan self-reflective
study of, as well as in, real situations. Ini berarti bahwa permasalahan yang diangkat
sebagai garapan PTK, dimunculkan oleh guru dalam kapasitasnya sebagai praktisi,
sebagai wujud kepeduliannya terhadap kinerjanya sendiri.
- PTK dipicu oleh permasalahan praksis yang dihayati dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. Sangat dimungkinkan
ahli dari luar (bukan guru) membantu guru dalam melaksanakan PM. Dalam hal ini,
pada tahapan awal ahli berperan sebagai sounding board (pemantul gagasan) bagi
guru yang merasa tengah menghadapi permasalahan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
serta membantu mengartikulasikan permasalahan tersebut sehingga dapat dijajaki tindakan
pemecahannya melalui PTK.
- PTK sebaiknya dilakukan secara kolaboratif. PTK dapat dilakukan melalui kolaborasi
antara guru yang kelasnya dijadikan kancah PTK dengan guru atau orang lain.
Dalam hal ini guru yang kelasnya dijadikan kancah PTK tidak hanya sebagai objek
tetapi sebagai praktisi yang meneliti praksisnya. Ciri kolaboratif ini harus secara
konsisten tampak dalam keseluruhan tahapan penyelenggaraan PTK, mulai darl
identifikasi permasalahan, perancangan tindakan perbaikan, pengumpulan data serta
penyusunan laporan.
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah bahwa PTK itumerupakan bagian dari PT.
Ini berarti PTK itu pasti PT sedangkan PT belum tentu PTK.
Oleh karenanya ciri-ciri
dan prosedur penelitian tindakan (PT) atau Action Research (AR) juga berlaku bagi
Penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR).
Menurut pendapat beberapa ahli yang dirangkum Badrun KW (1998), ada dua tipe
penelitian tindakan, yaitu PT tipe terbuka dan PT tipe tertutup. PT tipe terbuka
adalah PT yang hipotesisnya dimunculkan atau dirumuskan setelah peneliti
mengumpulkan informasi unhak mengetahui penyebab utama kurang baiknya suatu
keadaan atau kurang tepatnya strategi, yang akan diperbaiki. Dalam hal ini hipotesis tindakan
bersifat terbuka dan dirumuskan berdasarkan -informasi yang telah dikumpulkan tadi.
Sedangkan PT tertutup adalah PT yang hipotesisnya dirumuskan sejak awal, yakni
sebelum peneliti terjun ke lapangan. Dalam haI ini hipotesis tindakan bersifat spesifik dan
dirumuskan berdasarkan pada pengalaman atau kajian teori.
b. Ciri-Ciri Penelitian Tindakan
Suryabrata (1983) menjelaskan bahwa ada empat ciriciri PT, yaitu:
- Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
- Menyediakan rangka kerja yang teratur untuk pemecahan masalah dan perkembanganperkembangan
baru, yang lebih baik daripada cara pendekatan impresionistik dan
fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris dalam artian bahwa penelitian tersebut
mendasarkan diri pada observasi aktual dan data mengenai tingkah laku, dan tidak
berdasar pada pendapat subjektif yang didasarkan pada pengalaman masa lampau.
- Fleksibel, adaptif, membolehkan perubahan-perubahan selama masa penelitiannya
dan mengorbankan control untuk kepentingan on-the spot experimentation dan
inovasi.
- Walaupun berusaha supaya sistematis, namun penelitian tindakan kurang tertib secara
ilmiah, karena itu validitas internal dan eksternalnya lemah.
Tujuannya bersifat
situasional, sampelnya terbatas dan tidak representatif, dan kontrolnya terhadap
ubahan bebas sangat kecil. Oleh karena itu, walaupun hasil-hasilnya berguna untuk
dimensi praktis, namun tidak secara langsung member sumbangan kepada ilmunya.
Sementara itu McTaggart (1997a) dalam Educational Action Research Journal,
menjelaskan bahwa:
- PT harus dilakukan secara sistematis,
- PT tidak hanya
sekadar problem solving, tetapi juga dijiwai oleh keinginan untuk memperbaiki atau
mencapai yang lebih baik,
- PT harus kolaboratif dan tidak dikerjakan oleh orang lain
atau orang yang tidak terkait dengan pekerjaan yang diupayakan perbaikannya,
- PT
bukan implementasi kebijakan, dan
- PT bukan semata-mata penerapan metodologi
ilmiah, tetapi juga memperhatikan hal-hal lain, misal kolaboratif, partisipatori, dan
adanya perubahan kondisi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PT itu
mempunyai ciri-ciri:
- Praktis,
- Dimaksudkan untuk memperbaiki,
- Fleksibel,
- Validitas internal dan eksternalnya rendah,
- Kooperatiff serta
- Terkait dengan
pekerjaannya sendiri dan dilakukan “sendiri” (doing by himself).
c. Prosedur : PenelitianTindakan
Selain ciri-ciri seperti yang dijelaskan di atas, Kemmis dan McTaggart dalam buku
The Action Research Planner (1997) menjelaskan bahwa PT mempunyai prosedur penelitian
yang khusus. Prosedur itu membentuk siklus seperti spiral yang terdiri dari
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Apabila perubahan belum seperti yang
diharapkan, siklus itu diulangi lagi menjadi perencanaan, tindakan, observasi, dan
refleksi.
Untuk jelasnya dapat diperiksa pada Gambar berikut.
Gambar Prosedur Penelitian Tindakan
Menurut Kemmis & McTaggart
Sementara itu McKennan (dalam Sukamto, 1996) menjelaskan bahwa PT dapat terdiri
dari satu, dua atau tiga siklus yang masing-masing siklus terdiri dari: permasalahan, rumusan
masalah, kajian kebutuhan, gagasan/hipotesis tindakan, pelaksanaan tindakan,
evaluasi tindakan, dan refleksi (periksa Gambar).
Gambar Prosedur Penelitian Tindakan Menurut McKennan
Ahli lainnya, Stinger (1996) menjelaskan bahwa PTdapat terdiri dari satu, dua, tiga,
ataupun empat siklus yang masing-masing siklus terdiri dari: look, think, and act
(periksa Gambar).
Gambar Prosedur Penelitian Tindakan Menurut Stinger
Look adalah mengumpulkan data atau informasi yang relevan. Think adalah
menggali dan menganalisis apa yang terjadi di sini dan bagaimana atau mengapa bisa terjadi.
Act terdiri dari merencanakan tindakan atau merumuskan hipotesis tindakan dan
mengimplementasikan, serta mengevaluasi.
Senada dengan para ahli lainnya, Calhoun (1994) juga menjelaskan bahwa PT
merupakan penelitlan yang mempunyai siklus:
(1) pemilihan area dan fokus penelitian,
(2) mengumpulkan data,
(3) mengorganisasi data,
(4) menganalisis dan menginterpretasikan
data, dan
(5) melakukan tindakan.
Menurut Calhoun, data yang dikumpulkan untuk dasar
membuat keputusan tindakan itu dapat berasal dari data yang ada sekarang, hasil
penelitian yang lalu, serta studi literatur. Sementara itu John Elliot (1991) menjelaskan
bahwa kegiatan PT itu meliputi:
- Permasalahan
- Pengumpulan data
- Perencanaan
- Implementasi perencanaan atau tindakan, dan
- Evaluasi.
Sedangkan Suryabrata
(1983) menjelaskan bahwa ada tujuh langkah dalam penelitian tindakan, yaitu:
- Merumuskan masalah
- Menelaah kepustakaan
- Merumuskan hipotesis tindakan
- Mergatur setting dan melakukan tindakan
- Menentukan krlteria-evaluasi
- Menganalisis data dan mengevaluasi hasil, dan
- Menulis laporan.
Pada penelitian tindakan setelah masalah dirumuskan, maka langkah selanjutnya
adalah mencari informasi, yaitu mencari penyebab atau hal-hal yang menyebabkan
timbulnya masalah. Informasi dapat diperoleh melalui pengamatan di lapangan maupun
melalui kajian pustaka. Apabila penyebab timbulnya masalah sudah diketahui, langkah selanjutnya
adalah mengkaji teori dan atau penelitian yang relevan untuk menyusun
hipotesis tindakan atau merencanakan tindakan.
Dalam merencanakan tindakan, peneliti
harus cermat karena selain harus menyiapkan segala sesuatunya yang diperlukan
dalam pelaksanaan tindakan, peneliti iuga harus menyiapkan instrumen yang diperlukan
untuk mengumpulkan data
Apabila hipotesis tindakan sudah dirumuskan dan persiapan sudah selesai, langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan tindakan yang disertai dengan observasi. Ada dua hal
pokok yang perlu diobservasi, yaitu pelaksanaan tindakan itu sendiri dan dampak dari
tindakan. Terdapat dua pertanyaan:
Apakah tindakan sudah sesuai dengan rencana?
Apakah tindakan tersebut sudah membawa dampak?
Langkah terakhir dalam satu siklus dua penelitian tindakan adalah refleksi. Pada
langkah ini secara kolaboratif tim peneliti mendiskusikan secara mendalam dan kritis
mengenai hasil pengamatan yang menyertai tindakan sebelumnya. Masing-masing anggota
tim mencoba melihat, mencermati atau mengkaji: Apakah tindakan yang telah dilakukan
itu sudah membawa dampak atau belum? Apabila dirasa tindakan sudah membawa
dampak positif atau membawa perbaikan, maka penelitian dihentikan. Ini berarti PT hanya
memerlukan satu siklus atau mono-cycle.
Namun apabila dirasakan tindakan itu belum
membawa perbaikan seperti yang diharapkan, maka perlu dikaji lebih cermat uinfuk
mencari penyebab “kegagalan” ini.
Penyebab ini dapat dikarenakan pelaksanaan tindakan yang kurang sesuai dengan
rencana dan dapat pula dikarenakan rencana tindakannya yang kurang tepat. Oleh
karenanya dalam refleksi ini dimungkinkan tim peneliti mencari jalan keluar yang lebih
baik, mencari strategi baru yang lebih efektif, dan mengantisipasi faktor-faktor penghahmbat.
Selanjutnya hasil refleksi ini digunakan untuk membuat rencana tindakan
selanjutnya. Untuk keadaan seperti ini PT memerlukan dua siklus atau lebih, yang
berarti multi-cycle. Tidak ada ketentuan tentang lamanya waktu yang diperlukan
untuk setiap siklus dan jumlah siklus untuk setiap PT, Kesemuanya tergantung pada
tim peneliti, waktu dan dana yang tersedia.
Pendekatan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Ada beberapa nama yang diberikan pada penelitian kualitatif, tergantung pada
jenis dan bidang apa metode itu digunakan. Para ahli antropologi menamakan etnografi pada
metode atau pendekatan kualitatif yang mereka gunakan. Sedangkan para ahli
sosiologi menyebutnya dengan nama observasi partisipasi, dan pada bidang psikologi
disebut dengan pendekatan kualitatif (Sanapiah, 1993).
Selaras dengan namanya yang bervariasi, definisi yang diberikan pada penelitian
kualitatif juga bervariasi walaupun secara prinsip ada kesamaan.
Connole, dkk. (1993)
memberikan batasan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memfokuskan
pada kegiatan-kegiatan mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengetahui dengan interpretasi
seeara mendalam gejala-gejala nilai, makna, keyakinan, pildran, dan
karakteristik umum seseorang atau kelompok masyarakat tentang peristiwa-peristiwa
kehidupan. Sementara itu, Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1994) mendefenisikan
metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Lebih jauh Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa pendekatan ini diarahkan pada latar
dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam ubahan atau hipotesis, tetapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Sejalan dengan Bogdan dan Taylor, Kirk dan Miller (dalam Moleong, 1994)
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengalaman pada manusia dalam kawasannya
sendiri. Selanjutnya Sanapiah (1993) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
metodologi penelitian yang di dalamnya tercakup pandangan-pandangan filsafati disciplined
inquiry mengenai realitas dari objek yang diteliti dalam ilmu-ilmu sosial dan tingkah laku.
Dalam bukunya yang berjudul Qualitative Research for Education, Bogdan
dan Biklen (1992) menjelaskan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif ada lima, yaitu:
- Penelitian kualitatif mempunyai setting yang alami sebagai sumber data langsung, dan
peneliti sebagai instrumen kunci.
- Penelitian kualitatif adalah penelitian yang deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih
banyak kata-kata atau gambar-gambar daripada angka
Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada produk.
Hal ini disebabkan
oleh cara peneliti mengumpulkan dan memaknai data, setting atau hubungan antar
bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses.
Peneliti kualitatif mencoba menganalisis data secara induktif:
Peneliti tidak mencari data
untuk membuktikan hipotesis yang.mereka susun sebelum mulai penelitian, namun untuk
menyusun abstraksi.
Penelitian kualitatif menitikberatkan pada makna bukan sekadar perilaku yang tampak.
Berbeda dengan penelitian kualitatif naturalistik yang mempunyai filsafat
fenomenologis, penelitian kuantitatif mempunyai filsafat positivistik. Pada penelitian
kuantitaif, generalisasi dikonstruksi dari rerata keragaman individu atau rerata frekuensi,
dengan memantau kesalahan-kesalahan yang mungkin. Metodologi penelitian kuantifatif
menuntut adanya rancangan penelitian yang menspesifikasikan objeknya secara eksplisit
dieliminasikan dari objek-objek lain yang tidak diteliti. Pada penelitian kuantitatif
data yang dikumpulkan lebih banyak angka-angka daripada foto, gambar ataupun kata-kata.
Dengan memahami pengertian dan ciri-ciri penelitian kualitatif dan kuantitatif, serta
penelitian tindakan di atas, maka kemudian dapat direncanakan atau ditentukan cara
menggabungkan ketiga metode itu secara efektif.
Ruang Lingkup penelitian
Psikologi
Secara etimologis psikologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jiwa,
baik mengenai macam-macam gejala, proses maupun latar belakangnya. Selanjutnya jiwa itu
sendiri diartikan sebagai daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi seluruh perbuatan pribadi hewan tingkat tinggt dan manusia.
Perbuatan pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh
keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Menurut Ahmadi dan Umar (1992), berdasarkan lapangan/objek yang diteliti
psikologi dapat dibagai menjadi dua, yaitu psikologi umum dan psikologi khusus.
Psikologi umum yaitu psikologi yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia
dewasa. Objek yang dipelajari adalah sifat sifat psikologis umumnya. Yaitu persamaanpersamaannya
dari manusia dewasa yang normal dan beradab. Selanjutnya sifat-sifat kejiwaan
manusia yang belum dewasa, dipelajari dalam psikologi khusus.
Psikologi khusus yaitu ilmu yang mempelajari sifat-sifat khusus dari gejala-gejala
kejiwaan manusia. Yang termasuk dalam psikologi khusus adalah:
- Psikologi anak, yaitu ilmu yang mempelajari dinamika psikologis anak.
- Psikologi perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari aspek-aspek perkembangan
manusia.
- Psikologi kriminal, yaitu ilmu yang mempelajari soal-soal yang berhubungan dengan
kejahatan.
- Psikophatologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang penyakit jiwa atau kelainan jiwa
seseorang.
- Ilmu watak (karakterologi), yaitu ilmu yang mempelajari watak seseorang atau
golongan.
- Psikologi massa, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang terjadi pada
kerumunan massa.
- Psikologi bangsa-bangsa, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala dalam tiap bangsa,
misalnya bangga terhadap bangsa Indonesia, India, dan sebagainya.
Pada bagian lain Achmadi dan Umar (1992) juga menjelaskan bahwa menurut
penggunaannya, psikologi juga dibagi menjadi dua, yaitu psikologi teoretis dan psikologi
praktis. Psikologi teoretis ialah ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan untuk
gejala-gejala itu sendiri. Jadi belum dihubungkan dengan praktik hidup sehari-hari, namun
untuk mengembangkan atau menambah pengetahuan saja. Sedangkan psikologi praktis adalah
ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang jiwa untuk diterapkan dalam praktik.
Fsikologi
praktis ini mencakup:
- Psiko-teknik, yaitu teori tentang cara menetapkan pribadi seseorang dan
kecakapannya untuk memegang jabatan tertentu.
- Psikologi pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari hal ikhwal jiwa untuk keperluan
pendidikan.
- Psikologi pengobatan, yaitu ilmu yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan yang
berhubungan dengan penyembuhan penyakit. Para dokter selalu berusaha menyelami jiwa
orang yang diobatinya agar dapat mengetahui sebab penyakit yang sebenarnya.
- Psikologi kriminil, yaitu ilmu yang mempelajari soal-soal yang berhubungan
dengan kejahatan.
- Psikologi pastoral, yaitu ilmu yang mempelajari cara memimpin pengikut suatu agama
serta meyakinkan pengikutnya kepada ajaran-ajaran agamanya.
- Psikiatri, yaitu ajaran untuk menyembuhkan penyakit jiwa.
- Psiko-diagnostik, yaitu teori tentang cara menetapkan tanda-tanda penyakit jiwa.
- Psiko-terapi, yaitu cara mengobati cacat-cacat jiwa dengan berbagai metode,
misalnya sugesti, psikoanalisa, ungkapan-ungkapan jiwa, dan sebagainya.
Sementara itu Nonim (1998) menjelaskan bahwa psikologi dibagi menjadi bidang
keahlian, yaitu : psikologi umum, psikometrik dan statistic, psikologi eksperimental
manusia, Psikologi eksperimental binatang, psychology neuroscience, psikologi &
humanistic, psikologi perkembangan, proses dan isu isu sosial, psikologi sosial, psikologi
kepribadian, kesehatan dan perlakuan kesehatan mental, psikologi profesional, psikologi
pendidikan, psikologi industri, psikologi olah raga, psikologi militer, psikologi konsumen,
psikologi lingkungan dan teknik, sistem intelegensi, dan psikologi forensik.
Apabila dicermati uraian di atas, ternyata sangat luas ruang lingkup kajian psikologi.
Hampir semua disiplin ilmu, temasuk di dalamnya pendidikan, dapat memanfaatkan
psikologi.
Pendekatan Kualitatif dan Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Tindakan di
Bidang Psikologi
Seperti yang telah dijelaskan di muka bahwa tulisan ini menggunakan sistem
“tempelan” dalam menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam penelitian
tindakan. Cara ini juga diperbolehkan oleh Bryman (dalam Brannen 1992), yang
mengatakan bahwa salah satu cara menggabungkan dua pendekatan penelitian adalah
pendekatan yang satu melengkapi pendekatan lainnya. Jelasnya, tulisan ini akan
mencoba menjelaskan penelitian tindakan di bidang psikologi dengan unsur-unsur
pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pada umumnya, pada setiap siklus dalam penelitian tindakan memuat:
permasalahan, pengumpulan informasi, perencanaan tindakan, tindakan disertai dengan
observasi, serta refleksi. Dalam pengumpulan informasi (sebab-sebab timbulnya masalah)
dapat digunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian
tindakan tipe terbuka digunakan pendekatan kualitatif, sedangkan pada penelitian
tindakan tipe tertutup digunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian tindakan tipe
terbuka informasi dikumpulkan di lapangan dengan cara observasi dan wawancara
secara mendalam.
Pengumpulan informasi pada penelitian tindakan tipe terbuka biasanya
dilakukan dengan cara triangulasi sumber. Selanjutnya pada penelitian tindakan tipe
tertutup, informasi dikumpulkan dengan cara mengkaji teori atau penelitian terdahulu.
Sesudah informasi terkumpul, langkah selanjutnya adalah menyusun rancangan, termasuk
di dalamnya menyusun hipotesis, merancang instrumen, dan mempersiapkan segala sesuatunya
untuk melaksanakan tindakan. Pada langkah ini dapat digunakan pendekatan
kuantitatif, yaitu mengkaji teori dan atau penelitian relevan terdahulu.
Berdasarkan
kajian teori ini kemudian dirumuskan hipotesis tindakan. Tindakan ini dimaksudkan
untuk memecahkan masalah atau memperbaiki situasi, kondisi ataupun cara yang
telah direncanakan untuk diperbaiki. Dalam langkah rancangan ini juga disiapkan
instrument atau lembar observasi untuk mengumpulkan data sewaktu tindakan
dilaksanakan.
Langkah ketiga adalah implementasi rancangan atau melaksanakan tindakan disertai
dengan observasi. Pada langkah ini dapat digunakan pendekatan kuantitatif pada saat
melaksanakan tindakan, karena tindakan yang dilakukan sudah direncanakan
sebelumnya.
Sedangkan saat melakukan pengumpulan data (observasi) dapat digunakan
pendekatan kualitatif.
Langkah terakhir dalam satu siklus pada penelitian tindakan adalah refleksi, yang
mencakup analisis data dan evaluasi. Untuk analisis data dapat digunakan pendekatan
kuantitatif atau kualitatif, tergantung tujuan penelitian dan jenis data yang dikumPulkan
Pada langkah ini secara kolaboratif tim peneliti mendiskusikan secara mendalam dan
kritis mengenai hasil pengamatan yang menyertai tindakan sebelumnya, masing-masing
anggota tim mencoba melihat, mencermati atau mengkaji: Apakah tindakan yang telah
dilakukan itu sudah membawa dampak positif atau belum?
Apabila dirasa tindakan
sudah membawa dampak positif atau membawa perbaikan, yang berarti sudah menjawab
permasalahan yang dirumuskan maka penelitian dihentikan. Ini berarti PT hanya
memerlukan satu siklus rancangan baru. Namun apabila dirasakan tindakan itu belum
membawa perbaikan seperti yang diharapkan maka perlu dikaji Iebih cermat untuk
mencari penyebab “kegagalan” ini. Penyebab ini dapat dikarenakan pelaksanaan tindakan
yang kurang sesuai dengan rencana dan dapat pula dikarenakan rencana tindakannya
yang kurang tepat.
Oleh karena itu, dalam refleksi ini dirnungkinkan tim peneliti mencari
jalan keluar yang lebih baik, mencari strategi baru yang lebih efektif, dan mengantisipasi
faktor-faktor penghambat. Selanjutnya hasil refleksi ini digunakan untuk membuat
rencana tindakan selanjutnya Untuk keadaan seperti ini PT memerlukan dua siklus atau
lebih, yang berarti multi-cycle. Tidak ada ketentuan tentang lamanya waktu yang
diperlukan untuk setiap siklus dan jumlah siklus untuk setiap PT. Kesemuanya bergantung pada
tim peneliti, waktu, dan dana yang tersedia.
Penelitian tindakan ini sangat cocok diterapkan pada penelitian yang dimaksudkan
untuk meningkatkan gejala-gejala kejiwaan positif yang masih lemah. Dalam bidang
psikologi pendidikan, penelitian tindakan ini sangat cocok diterapkan pada penelitian yang
bermaksud meningkatkan motivasi belajar siswa, disiplin siswa, perhatian siswa pada
pelajaran, motivasi mengajur guru, etos kerja guru, dan lain sebagainya.