Pengertian Keterampilan Membaca Sebagai Aspek Keterampilan Berbahasa
Pengertian Keterampilan Membaca
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa proses membaca merupakan kegiatan yang melibatkan pengguna (pembaca) secara langsung. Pembaca membaca hasil dan persandian dan melakukan penyandian kembali. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Rahim 2008:2).
Membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya dalam hati. Pada hakikatnya, membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya. Maka, secara langsung, di dalamnya terjadi hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan tulisan. Tarigan berpendapat bahwa membaca adalah proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Nuha 2012:108-109).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mempunyai pengertian: 1) membaca sebagai proses melisankan paparan tulis, 2) membaca sebagai kegiatan mempersepsi tuturan tulis, 3) membaca adalah penerapan seperangkat keterampilan kognitif untuk memperoleh pemahaman dari tuturan yang dibaca, 4) membaca sebagai proses pemberian makna kepada simbol-simbol visual, 5) keterampilan berbahasa yang mempunyai kegiatan melisankan, mempersepsi penerapan keterampilan kognitif dan pemahaman berfikir, dan bernalar serta pemberian makna terhadap simbol-simbol visual, 6) membaca proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis (Haryadi 2006: 1-2).
Membaca merupakan kemampuan yang kompleks, membaca bukanlah kegiatan memandangi lambang-lambang tertulis semata-mata. Bermacam-macam kemampuan dikerahkan oleh seorang pembaca agar dia mampu memahami materi yang dibacanya. Pembaca berupaya supaya lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya (Haryadi 2006: 76).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca adalah keterampilan untuk mengenali dan memahami lambang-lambang tertulis dan suatu proses interaktif yang melibatkan kegiatan fisik manusia yaitu gerakan tangan, bibir, dan mata.
Aspek-Aspek Membaca
Menurut Effendy (2004:124) kemahiran membaca mengandung dua aspek, yaitu :
1. Aspek mengubah lambang tulis menjadi bunyi.
Abjad Arab mempunyai sistem yang berbeda dengan abjad latin. Perbedaan lain adalah sistem penulisan bahasa Arab yang dimulai dari kanan ke kiri, tidak dikenalnya huruf besar dengan bentuk tertentu untuk memulai kalimat baru, menulis nama orang atau tempat, dan perbedaan bentuk huruf-huruf Arab ketika berdiri sendiri, di awal, di tengah, dan di akhir.
2. Aspek memahami makna bacaan.
Ada tiga unsur yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pelajaran membaca untuk pemahaman ini, yaitu unsur kata, kalimat, dan paragraf. Ketiga unsur ini bersama-sama mendukung makna dari suatu bahan bacaan.
Tujuan Membaca
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008:289) tujuan umum dari keterampilan membaca yaitu: (1) mengenali naskah tulisan suatu bahasa, (2) memaknai dan menggunakan kosakata asing, (3) memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dan implisit, (4) memahami makna konseptual, (5) memahami nilai komunikatif dari suatu kalimat, (5) memahami hubungan dalam kalimat, antarkalimat, antarparagraf, (6) menginterpretasi bacaan, (7) mengidentifikasi informasi penting dalam wacana, (8) membedakan antara gagasan utama dan gagasan penunjang, (9) menentukan hal-hal penting untuk dijadikan rangkuman, (10) skimming, dan (11) scanning untuk menempatkan informasi yang dibutuhkan.
Jenis-Jenis Membaca
Menurut Effendy (2004:126) untuk melatih dua aspek kemahiran membaca, ada beberapa jenis membaca antara lain :
- Membaca keras. Penekanan dalam kegiatan membaca keras adalah kemampuan membaca dengan (1) menjaga ketepatan bunyi bahasa Arab baik dari segi makhraj maupun sifat-sifat bunyi yang lain, (2) irama yang tepat dan ekspresi yang menggambarkan perasaan penulis, (3) lancar dan tidak tersendat-sendat, dan (4) memperhatikan tanda baca.
- Membaca dalam hati bertujuan untuk memperoleh pengertian, baik pokok-pokok maupun rinciannya. Penciptaan suasana kelas yang tertib dalam kegiatan membaca dalam hati perlu dilakukan sehingga memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi terhadap bacaannya.
- Membaca cepat. Tujuan utama membaca cepat ialah untuk menggalakkan siswa agar berani membaca lebih cepat dari pada kebiasaanya. Siswa tidak diminta memahami rincian-rincian isi dalam membaca cepat ini, tetapi cukup dengan pokok-pokoknya saja. Namun perlu diingat bahwa tidak setiap bahan bacaan dapat dijadikan bahan membaca cepat.
- Membaca rekreatif. Tujuan membaca rekreatif adalah untuk memberikan latihan kepada para siswa membaca cepat dan menikmati apa yang dibacanya. Tujuannya lebih jauh adalah untuk membina minat, keterampilan dan kecintaan membaca.
- Membaca analisis. Tujuan utamanya ialah untuk melatih siswa agar memiliki kemampuan mencari informasi dari bahan tertulis. Siswa dilatih agar dapat menggali dan menunjukkan detail-detail yang memperkuat ide utama yang disajikan penulis.
Keterampilan Membaca Bahasa Arab
Keterampilan membaca bahasa Arab (maharah al- qira’ah/ reading skiil) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencernanya di dalam hati (Hermawan 2010:143).
Makna yang lebih luas, membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan memahami makna bacaan dengan baik, yang hanya melibatkan unsur kognitif dan psikomotorik, namun lebih dari itu menyangkut penjiwaan atas isi bacaan. Jadi pembaca yang baik adalah pembaca yang mampu berkomunikasi secara intim dengan bacaan, ia bisa gembira, marah, kagum, rindu, sedih, dan sebagainya sesuai gelombang isi bacaan. Membaca dalam makna yang luas ternyata tidak mudah, sebab banyak variabel yang terlibat, namun untuk sekedar pendahuluan, kemampuan melafalkan kata-kata dan memahami makna secara utuh sudah termasuk baik. Adapun penjiwaan dan implementasi makna dalam kehidupan akan muncul kemudian dengan memperbanyak latihan.
Tes Keterampilan Membaca
Tes kemampuan membaca diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain melalui sarana tulisan. Tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur kompetensi siswa memahami isi informasi yang terdapat dalam bacaan. Oleh karena itu, teks bacaan yang diujikan hendaklah yang mengandung informasi yang menuntut untuk dipahami (Nurgiyantoro 2010:371). Nurgiyantoro menegaskan bahwa tes kemampuan membaca dimaksudkan untuk mengukur tingkat kemampuan kognitif siswa untuk memahami wacana tulis. Misalnya, kemampuan menemukan informasi tersurat maupun tersirat dalam suatu wacana tulis, menentukan ide pokok dalam suatu paragraf, menyimpulkan isi wacana dan menentukan tema atau judul bacaan.
Persoalan yang muncul dalam tes keterampilan membaca adalah bagaimana mengukur kemampuan pemahaman isi pesan tersebut, yaitu apakah sekadar menuntut siswa memilih jawaban yang telah disediakan atau menanggapi dengan bahasa sendiri. Selama ini, bentuk soal yang lazim dipakai adalah merespon jawaban yang telah dibuat dan belum terlihat memaksimalkan tugas-tugas yang menuntut siswa mendayakan potensi yang dimilki untuk merespon wacana dengan kemampuannya sendiri (Nurgiyantoro 2010:376).
Jika sebuah tes sekadar menuntut siswa mengidentifikasi, memilih atau merespon jawaban yang telah disediakan, misalnya bentuk soal objektif seperti pilihan ganda, tes itu merupakan tes tradisional. Sebaliknya, jika tes pemahaman pesan tertulis itu sekaligus menuntut siswa untuk mengkonstruksi jawaban sendiri, baik secara lisan maupun tertulis, maka tes itu menjadi tes otentik. Mengkonstruksi jawaban sendiri artinya peserta uji membuat jawaban sesuai dengan pemahamannya terhadap pesan dan kemampuannya membahasakan kembali baik secara tertulis maupun lisan. Kedua macam tes tersebut sama-sama diperlukan untuk mengukur hasil pembelajaran siswa. Pada ujian akhir yang waktunya dibatasi dalam hal pengerjaan oleh siswa maupun guru yang mengoreksi jawaban, soal bentuk tradisional tampak lebih efektif dipilih. Apalagi soal bentuk ini mampu menampung banyak soal sehingga validitas dan reliabilitas tes secara teoritis lebih memungkinkan untuk terpenuhi. Namun, untuk ujian proses yang sekaligus sebagai bagian strategi pembelajaran, tugas-tugas yang berkadar otentik yang sebaiknya dipilih (Nurgiyantoro 2010:377).
Pengertian Metode dan Strategi
Menurut Nata (dalam Rohmah 2011:25) metode berasal dari dua kata, yaitu metha dan hodos yang berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode dapat berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Khusus dalam istilah pendidikan menurut Jalaluddin bahwa: “Metode adalah suatu cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik)” (dalam Soleh 2012:20). Jadi yang dimaksud dengan metode dalam hal ini adalah jalan atau cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik, sehingga tercapai tujuan pendidikan.
Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008:2) strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang. Strategia dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai, sedangkan strategi adalah suatu teknik yang digunakan oleh guru atau pendidik untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah dirancang sebelumnya.
Metode Reading Guide
1. Pengertian metode reading guide
Ada banyak metode yang bisa diberikan dalam proses pembelajaran diantaranya metode reading guide. Reading guide terdiri dari 2 kata yaitu reading dan guide. Reading menurut Echols dan Shadily adalah membaca atau melihat catatan (dalam Soleh 2012:20), menurut Mulyono membaca adalah “pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang dimiliki” (dalam Abdurrahman 2003:200-201).
Menurut Listiyanto Ahmad, membaca atau reading adalah suatu proses menalar (reading is reasoning). Aktivitas membaca dilakukan untuk mendapatkan dan memproses informasi hingga mengendap menjadi sebuah pengetahuan. Pengetahuan itu kemudian menjadi suatu dasar untuk dinamisasi kehidupan, memperlihatkan eksistensinya, berjuang mempertahankan hidup dan mengembangkan dalam bentuk sains dan teknologi sebagai kebutuhan hidup manusia (Ahmad 2010:14).
Sedangkan guide menurut Echols dan Shadily sebagai penuntun/pedoman (dalam Soleh 2012:20). Jadi reading guide adalah membaca terbimbing. Metode reading guide adalah bentuk metode pembelajaran yang mengarah pada penyampaian materi secara optimal karena banyaknya materi yang harus diselesaikan dengan lebih banyak melibatkan kegiatan membaca siswa melalui bimbingan berbentuk kisi-kisi (Hisyam dkk 2008:8).
Metode Reading Guide dilaksanakan dengan cara guru memilih materi yang akan dipelajari pada hari itu. Lalu guru membuat daftar pertanyaan sebanyak mungkin berdasarkan materi yang akan dipelajari (Ismail 2008:82).
2. Tujuan metode reading guide
Tujuan metode reading guide adalah membantu peserta didik fokus dalam memahami suatu materi pokok (Munir 2009:24).
Metode Reading Guide ini lebih mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari sumber belajar. Proses pembelajaran dalam susana menyenangkan. Dan yang paling utama adalah para siwa bisa lebih fokus pada materi pokok karena mereka secara langsung dibimbing dengan daftar pertanyaan yang telah diberikan oleh guru, sehingga proses pembelajaran jelas akan lebih efektif dan efesien.
3. Prinsip-prinsip metode reading guide
Ada 5 prinsip strategi proses belajar mengajar dengan penggunaan metode reading guide (Soleh 2012:22) yaitu:
a. Motivasi
PBM tidak lepas dari adanya motivasi baik motivasi intrinsik yang berasal dari peserta didik seperti keinginan untuk belajar dengan baik atau motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar peserta didik seperti dorongan dari orang tua dan guru.
b. Kooperatif dan Kompetisi
Ini dimaksudkan untuk pembentukan sikap kerja sama dalam mencapai suatu tujuan bersama seperti diskusi bersama tentang suatu materi.
c. Korelasi dan Integrasi
Berkaitan dengan sifat keterbatasan manusia untuk mengingat apa yang sudah dipelajarinya seperti siswa saling melengkapi kekurangan teman yang dimiliki siswa.
d. Aplikasi dan transformasi
Merupakan bentuk penerapan teori-teori/prinsip serta kaidah-kaidah yang telah dipelajari oleh siswa.
e. Individualisasi
Proses individualisasi dilakukan dengan diantara siswa aktif mencari tahu tentang materi dengan banyak membaca buku dan bertanya kepada guru atau orang tua.
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara siswa belajar aktif dengan dilakukannya strategi metode reading guide (Soleh 2012:22-24), yaitu :
a. Stimulasi belajar
Pesan yang diterima siswa dari guru melalui informasi biasanya dalam bentuk stimulus. Stimulus tersebut dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain. Ada dua cara yang mungkin membantu para siswa agar pesan tersebut mudah diterima. Cara pertama perlu adanya pengulangan sehingga membantu siswa dalam memperkuat pemahamannya. Cara kedua adalah siswa menyebutkan kembali pesan yang disampaikan guru kepada siswa.
b. Perhatian dan motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi, antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan informasi, memberikan stimulus baru, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan kepada siswa memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya, menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian siswa, seperti gambar, foto, diagram, dan lain-lain. Sedangkan motivasi belajar bisa tumbuh dari dua hal, yakni tumbuh dari dalam dirinya sendiri dan tumbuh dari luar dirinya.
c. Respons yang dipelajari
Keterlibatan atau respons siswa terhadap stimulus guru bisa meliputi berbagai bentuk seperti perhatian, proses internal terhadap informasi, tindakan nyata dalam bentuk partisipasi kegiatan belajar seperti memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, menilai kemampuan dirinya dalam menguasai informasi, melatih diri dalam menguasai informasi yang diberikan dan lain-lain.
d. Penguatan
Sumber penguat belajar untuk pemuasan kebutuhan berasal dari luar dan dari dalam dirinya. Penguat belajar yang berasal dari luar diri seperti nilai, pengakuan prestasi siswa, persetujuan pendapat siswa, ganjaran, hadiah dan lain-lain, merupakan cara untuk memperkuat respons siswa. Sedangkan penguat dari dalam dirinya bisa terjadi apabila respons yang dilakukan siswa betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
e. Pemakaian dan pemindahan
Belajar dengan memperluas pembentukan asosiasi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memindahkan apa yang sudah dipelajari pada situasi lain yang serupa di masa mendatang. Asosiasi dapat dibentuk melalui pemberian bahan yang bermakna, berorientasi kepada pengetahuan yang telah dimiliki siswa, memberi contoh yang jelas, memberi latihan yang teratur, pemecahan masalah yang serupa, melakukan dalam situasi yang menyenangkan.
Dalam upaya memunculkan, merangsang, dan memupuk pertumbuhan kreativitas, pada proses penerapan metode reading guide guru harus menata sikap dan falsafah mengajarnya (Soleh 2012:24-25).
a. Sikap Guru
Upaya guru dalam mengembangkan kreativitas siswa adalah dengan mendorong motivasi intrinsik. Semua anak harus belajar bidang ketrampilan di sekolah, dan banyak anak memperoleh ketrampilan kreatif melalui model-model berpikir dan bekerja kreatif. Motivasi intrinsik akan tumbuh, jika guru memungkinkan anak untuk diberi otonomi sampai batas tertentu di kelas.
Guru harus mengkondisikan ruang pembelajaran yang nyaman, ukuranya adalah siswa merasa tidak tertekan atau tegang sehingga motivasi internal tumbuh, ketegangan kurang, dan belajar konseptual lebih baik. Pendekatan yang dipilih adalah tidak diawasi tapi diarahkan (non-controlling but directed), sehingga 2anak melihat dirinya sebagai lebih kompeten di sekolah dan mempunyai rasa harga diri yang lebih tinggi dari pada anak-anak yang melihat lingkungan kelas mereka sebagai mengawasi. Penekananya lebih pada belajar bukan pada penilaian, dengan sikap ini guru betul-betul dapat menjadi kolaborator dalam belajar.
b. Falsafah Mengajar
Falsafah mengajar yang mendorong kreativitas anak secara keseluruhan adalah sebagai berikut:
- Belajar adalah sangat penting dan sangat menyenangkan.
- Anak patut dihargai dan disayangi sebagai pribadi yang unik.
- Anak hendaknya menjadi pelajar yang aktif. Mereka perlu didorong untuk membawa pengalaman, gagasan, minat, dan bahan mereka di dalam kelas. Siswa diberi kesempatan untuk membicarakan bersama dengan guru mengenai tujuan bekerja/belajar setiap hari, dan perlu diberi otonomi dalam menentukan bagaimana mencapainya.
- Anak perlu merasa nyaman dan dirangsang di dalam kelas sehingga tidak ada tekanan atau ketegangan.
- Guru merupakan nara sumber, bukan polisi atau dewa. Anak harus menghormati guru, tetapi merasa aman dan nyaman dengan guru.
- Anak perlu merasa bebas untuk mendiskusikan masalah secara terbuka, baik dengan guru maupun dengan teman sebaya. Ruang kelas adalah milik mereka juga dan mereka berbagi tangung jawab dalam mengaturnya.
- Kerja sama selalu lebih daripada kompetisi.
4. Langkah-Langkah Metode Reading Guide (Zaini dkk 2007:8)
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode reading guide diantaranya :
- Tentukan bacaan yang akan dipelajari
- Buat pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik atau kisi-kisi dan boleh juga bagan atau skema yang dapat diisi oleh mereka dari bahan bacaan yang telah dipilih tadi.
- Bagikan bahan bacaan dengan pertanyaan atau kisi-kisinya kepada peserta didik.
- Tugas peserta didik adalah mempelajari bahan bacaan dengan menggunakan pertanyaan atau kisi-kisi yang ada. Batasi aktifitas ini sehingga tidak akan memakan waktu yang berlebihan.
- Bahas pertanyaan atau kisi-kisi tersebut dengan menanyakan jawabannya kepada peserta didik.
- Di akhir pelajaran beri ulasan secukupnya.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Reading Guide (Zulaikhoh 2010:27-28)
Pada penerapan metode pembelajaran Reading Guide terdapat kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dan kekurangan dalam penerapan metode pembelajaran Reading Guide diantaranya adalah :
a. Kelebihan Metode Pembelajaran Reading Guide:
- Peserta didik lebih berperan aktif dalam menjawab dan berani mengajukan pertanyaan pada guru.
- Materi dapat lebih cepat diselesaikan dalam kelas.
- Memotivasi peserta didik untuk senang membaca.
- Membangkitkan minat baca peserta didik.
- Mempermudah guru dalam mengelola kelas.
- Menciptakan suasana kelas yang kondusif.
b. Kekurangan Metode Pembelajaran Reading Guide:
- Peserta didik yang tidak berani bertanya maupun menjawab pertanyaan guru akan semakin tertinggal dalam pencapaian KKM.
- Guru harus menyiapkan lembar bacaan dan lembar pertanyaan dalam jumlah sesuai dengan jumlah peserta didik sehingga dibutuhkan persiapan yang matang.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
- Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
- Ahmad, Listiyanto. 2010. Spead Reading, Teknik dan Metode Membaca Cepat. Yogyakarta: A+ Plus Book.
- Ainin, Moh. 2013. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: CV Bintang Sejahtera.
- Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
- Echols, M John dan Hasan Shadily. 1992. Kamus Inggris-Indonesia (An English-Indonesion Dictionary). Jakarta: Gramedia.
- Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Effendy, Ahmad Fuad. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Kinara Jombang.
- Haryadi. 2006. Retorika Membaca:Model Membaca dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
- Hermawan, Acep. 2010. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
- Iskandarwassid, dan Sunendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
- Mujib, dan Rahmawati. 2012. Permainan Edukatif Pendukung Pembelajaran Bahasa Arab 2. Jogjakarta: Diva Press.
- Nuha, Ulin. 2012. Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press.
- Ridwan. 2008. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
- Rahim, Haryadi. 2008. Retorika Membaca: Model Membaca dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia.
- Siregar, Sofyan. 2010. Statistika Deskripif untuk Penelitian. Jakarta : Rajawali Press.
- SM, Ismail. 2008. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan). Semarang: Rasail Media Group.
- Sudijono, A. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
- Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
- _______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
- _______. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Kuanttatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
- _______. 2013. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
- Suprapto. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Pendidikan dan Ilmu-Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta: CAPS.
- Zaini, Hisyam, dkk. 2008. Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
- Zaini, Hisyam, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.