Pengertian Metode Think Pair Share
a. Pengertian Metode
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam hal pendidikan adalah cara yang ditempuh oleh guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai sesuai dengan tujuan.
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan belajar sehingga sumber belajar dengan menggunakan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan. Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsi strategi dalam kegiatan pembelajaran. Istilah metode dapat digunakan dalam berbagai bidang kehidupan sebab secara umum metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.
Berdasarkan hal tersebut, kedudukan metode dalam pembelajaran mempunyai ruang lingkup, antara lain:
- Pemberian dorongan, yaitu cara yang digunakan sumber belajar untuk memberikan dorongan kepada warga belajar untuk terus mau belajar.
- Pengungkap tumbunya minat belajar
- Penyampaian bahan belajar
- Pencipta iklim belajar yang kondusif
- Tenaga untuk melahirkan kreatifitas.
- Pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar.
- Pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar.1
Berikut ini beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam meilih metode pembelajaran:
- Perhatikan tujuan pembelajaran
- Pehatikan karakteristik siswa
- Perhatikan kemasan materi pembelajaran
- Perhatikan situasi dan konteks belajar siswa
- Perhatikan sumber belajar yang ada2
b. Pengertian Metode Think Pair Share
Metode sangat diperlukan oleh guru sebagai cara untuk mentransfer knowledge atau pengetahuan kepada siswanya. Metode sangat berperan penting bagi keberhasilan suatu pembelajaran. Oleh karena itu guru tidak bisa terlepas dari sebuah metode di dalam suatu pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang kini sedang marak digunakan adalah metode think pair share.
Think Pair Share merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan pertama kali oleh Frank Lyman di University of Maryland dan diadopsi oleh banyak penulis dibidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun selanjutnya. Metode ini memperkenalkan gagasan tentang waktu ‘tunggu atau berpikir’(wait or think time) pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap pertanyaan.3
Think pair share memilki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu sama lain. Seandainya guru baru saja menyelesaikan suatu penyajian singkat, atau siswa telah membaca suatu tugas, atau situasi penuh teka-teki yang telah dikemukakan, sekarang guru menginginkan siswa untuk memikirkan secara lebih mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami. Dalam hal ini guru guru menerapkan langkah-langkah di bawah ini.
1) Tahap thinking
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2) Tahap pairing
Guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan, atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi.Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
3) Tahap sharing
Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Hal ini cukup efektif jika dilakukan dengan cara bergiliran antara pasangan demi pasangan, dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan.4
c. Kelebihan dan kelemahan Metode Think Pair Share
Pada setiap metode selalu menawarkan keunggulan tapi juga tidak terlepas dari sebuah kelemahan. Begitu pula dengan metode think pair share. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode think pair share.
Kelebihan think pair share:
1) Meningkatkan pencurahan pada waktu tugas.
Penggunaan metode pembelajaran think pair share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permaslahan yang diberikan oleh guru diawal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikan pada pertemuan selanjutnya.
2) Memperbaiki kehadiran.
Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
3) Angka putus sekolah berkurang.
Model pembelajaran think pair share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
4) Sikap apatis berkurang.
Sebelum pembelajaran dimulai, kecenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua pertanyaan yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibat kan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran think pair share akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
5) Penerimaan terhadap individu lebih besar.
Dalam model pembelajaran konvensional, siswa aktif di dalam kelas hanyalah siswa-siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran think pair share, hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
6) Hasil belajar lebih mendalam.
Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran think pair share, perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat optimal.
7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.
Sistem kerjasama yang diterapkan dalam pembelajaran think pair share menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dengan tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Kelemahan think pair share:
1) Tidak selamanya mudah bagi siswa untuk mengatur cara berpikir sistematik.
2) Lebih sedikit ide yang masuk.
3) Jika ada perselisihan tidak ada penengah dari siswa dalam kelompok.
4) Jumlah murid yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu murid tidak mempunyai pasangan.
5) Jumlah kelompok yang terlalu banyak
6) Menggantungkan pada pasangan.5
Metode think pair share merupakan salah satu jenis metode dari informal cooperative learning group. Pembelajaran kooperatif informal adalah pembelajaran yang di dalamnya siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil sementara untuk beberapa menit. Dalam pembelajaran kooperatif informal, miskonsepsi, kesalahpahaman atau kesenjangan pengetahuan dapat diidentifikasi dan dikoreksi agar setiap anggota kelompok setiap anggota kelompok benar-benar menjalani proses pembelajaran secara personal.
Jenis pertanyaan yang diberikan guru dalam metode think pair share bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengharuskan siswa untuk:
a. Meringkas materi yang sudah disampaikan.
b. Memberikan tanggapan tentang teori, konsep atau informasi yang sudah disampaikan.
c. Memprediksi(membuat hipotesis) tentang apa yang akan disampaikan berikutnya.
d. Memecahkan suatu masalah.
e. Menghubungkan materi yang disampaikan hari ini dengan materi yang telah disampaikan sebelumnya dan menggabungkannya menjadi satu kerangka kerja(sintesis)yang utuh.
f. Memecahkan pertentangan yang sekiranya terdapat dalam materi yang disajikan.
Pastikan semua siswa bertanggung jawab secara personal dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan cara meminta satu atau dua siswa secara acak untuk menyampaikan ringkasan hasil diskusi berpasangannya selama 30 detik.
Dalam hubungannya dengan proses belajar W.Gulo menjelaskan bahwa pentingnya bertanya itu dapat kita lihat pada beberapa pernyataan menurut para ahli antara lain:
1) Jantung strategi belajar yang efektif terletak pada pertanyaan yang diajukan oleh guru
2) Dari sekian banyak metode pengajaran, yang paling banyak dipakai ialah bertanya
3) Bertanya adalah suatu teknik yang paling tua dan paling baik
4) Mengajar itu adalah bertanya
5) Pertanyaan-pertanyaan adalah unsur utama dalam strategi pengajaran, merupakan kunci permainan bahasa dalam pengajaran.6
Pada peranan yang demikian itu kegiatan bertanya berfungsi untuk :
1) Mengembangkan minat dan keingintahuan
2) Memusatkan perhatian pada pokok masalah
3) Mendiagnosis kesulitan belajar
4) Kemampuan memahami informasi
5) Kemampuan mengemukakan pendapat
6) Mengukur hasil belajar.7
Pembelajaran kooperatif informal memungkinkan siswa untuk secara aktif memahami apa yang telah mereka pelajari. Bagi para guru, pembelajaran kooperatif informal bermanfaat karena telah memberikan waktu bagi mereka untuk sekedar bernapas sejenak, merumuskan kembali catatan-catatannya, dan berkeliling kelas untuk mendengarkan apa yang disampaikan oleh siswa. Dalam ruang kelas, proses pembelajaran tidak didominasi oleh penjelasan dari guru, tetapi juga oleh diskusi dan penjelasan dari siswa. Menyimak diskusi siswa juga dapat memberikan petunjuk dan wawasan pada guru tentang seberapa baiksiswa-siswinya memahami konsep dan materi yang diajarkan.8
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar
Dalam sebuah pembelajaran dengan menggunakan sebuah metode pembelajaran pasti ada faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses pembelajaran dan hasil belajar entah itu berasal dai dalam diri siswa maupun dari lingkungan sekolah.
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar meliputi beberapa unsur yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor biologis.
a) Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktivitas belajar sesorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Kedua, keadaan fungsi jasmani. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi jasmani pada tubuh manusia sangat mempengaruhi proses belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.9
b) Faktor-faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang mempengaruhi hasil belajar. Beberapa faktor psikologis yaitu:
a. Kecerdasan atau Intelegensi siswa
Keceradasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu semakin besar peluang individu tersebut dalam meraih sukses dalam belajar. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, maka sangat menentukan kualitas belajarnya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu mencapai kesuksesan belajar. Pemahaman tentang tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan apa yang akan diberikan pada siswa.10
b. Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Untuk membangkitkan motivasi yaitu dengan membuat materi yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk materi, desain pembelajaran yang membebaskan siswa untuk mengeksplorasi apa yang dipelajari maupun penampilan guru yang menarik saat mengajar.11
c. Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek baik secara positif atau negatif. Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada penampilan guru, pelajaran atau lingkungan sekitarnya. Untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif dalam belajar, seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya, berusaha mengembangkan kepribadian, sabar, tulus, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak membosankan.12
d. Bakat
Secara umum, bakat didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya. Karena itu, bakat jugadiartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya.13
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi belajar di luar diri siswa. Faktor ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin, alat pelajaran dan waktu sekolah.14
a) Metode mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam mengajar. Supaya dapat menerima, menguasai, dan lebih mengembangkan bahan pelajaran, maka cara-cara belajar mengajar harus tepat, efisien, dan efektif sebab metode mengajar sangat mempengaruhhi proses belajar mengajar dalam mencapai suatu keberhasilan pendidikan.
b) Kurikulum
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa, kegiatan itu ebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkannya.
c) Relasi guru dengan siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara siswa dengan guru, proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada.di dalam relasi yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan, sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Guru yang kurang berorientasi dengan siswa secara akrab menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar, juga merasa jauh maka segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
d) Relasi siswa dengan siswa
Guru yang suka mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat bahwa didalam kelas ada kelompok yang bersaing secara tidak sehat, jika kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak. Siswa yang mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri akibatnya makin parah dan akan mengganggu belajrnya. Maka disini guru harus menciptakan relasi yang baik antara siswa agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
e) Disiplin sekolah
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa di dalam sekolah dan juga dalam belajar kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai atau karyawan dalam mengelola seluruh staf beserta seluruh siswa-siswanya, seluruh staf sekolah yang mengikuti tata tertib dan belajar sama dengan disiplin membuat siswa menjadi disiplin pula.
f) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar, dipakai pula oleh siswa untuk menerima bahan yang akan diajarkan itu, alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan.
2. Pengertian Metode Problem Solving
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Metode problem solving ini dikembangkan oleh Hanlie Murray, Alwyn Olivier, dan Piet Human. Problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir karena dalam problem solving dapat menggunakan metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.
Pembelajaran ini merupakan pembelajaran berbasis masalah, yakni pembelajaran yang berorientasi “learned centered” dan berpusat pada pemecahan suatu masalah oleh siswa melalui kerja kelompok. Metode problem solving sering disebut metode ilmiah karena langkah-langkah yang digunakan adalah langkah ilmiah mulai dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis,mengumpulkan dan mencari data, menarik kesimpulan atau melakukan generalisasi, dan mengaplikasikan temuan ke dalam situasi baru.
a. Berikut ini adalah langkah-langkah dari metode problem solving:
Dalam sebuah metode pembelajaran, pada setiap langkahnya pasti mempunyai tujuan masing-masing yang hendak dicapai dari metode tersebut, tidak terkecuali dengan langkah-langkah metode problem solving sebagai berikut :
- Menyiapkan isu atau masalah yang jelas untuk dipecahkan.
- Menuliskan tujuan kompetensi yang hendak dicapai.
- Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan membaca buku, meneliti dan bertanya.
- Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didsarkan pada data yang telah diperoleh sebelumnya.
- Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok dengan jawaban sementara.
- Tugas, diskusi dan lain-lain
- Menarik kesimpulan, artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.15
Mengingat jenis permasalahan yang akan diajarkan terdiri dari berbagai macam permasalahan, maka terdapat juga berabagai macam strategi pemecahan masalah. Macam strategi pemecahan masalah yang akan dibahas dalam uraian berikut yaitu taksonomi pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Wankat dan Oreovocz yang dikutip oleh Made Wena yaitu:16
- Rutin : tindakan rutin atau bersifat algoritmik yang dilakukan tanpa membuat suatu keputusan.
- Diagnostik : pemilihan suatu prosedur atau cara yang tepat secara rutin.
- Strategi : pemilihan prosedur secara rutin untuk memecahkan suatu masalah.
Metode pemecahan masalah (problem solving) meruapakan metode yang merangsang berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mngeluarkan pendapatnya. Metode pemecahan masalah adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa mengahadapi berbagai masalah, baik masalah pribadi/perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Metode pemecahan masalah merupakan suatu metode pengajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan persoalan-persoalan. Adakalanya manusia memecahkan masalah secara instingtif(naluriah) maupun dengan kebiasaan, yang mana pemecahan tersebut biasanya dilakukan oleh binatang.
Dalam situasi problematik, baik manusia mapupun binatang, dapat menggunakan cara “coba-coba,salah” dan mencoba lagi (trial and error) untuk memecahkan masalahnya. Akan tetapi taraf pemecahan masalah pada manusia lebih tinggi karena manusia sanggup memecahkan masalah dengan rasio(akal), disamping menggunakan bahasa. Oleh karena itu manusia dapat memperluas pemecahan masalahnya di luar situasi konkret.17
b. Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
Pada pendekatan pembelajaran memiliki ciri khas atau identik tersendiri. Termasuk pembelajaran problem solving. Berikut adalah ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah :
- Diawali dengan masalah yang tidak rutin.
- Mempunyai penyelesaian yang berbeda.
- Untuk menyelesaikan suatu permasalahan, seseorang harus memiliki banyak pengalaman.
Penyelesian masalah dapat dilakukan dengan berabagai cara antara lain sebagai berikut:
- Penyelesaian masalah berdasarkan masa lampau.
- Penyelesaian masalah secara intuitif.
- Penyelesaian masalah dengan cara trial and error
- Penyelesaian masalah secara otoritas.
- Penyelesaian masalah secara metafisik.
- Penyelesaian masalah secara ilmiah.18
c. Kelebihan dan kelemahan metode problem solving.
Pada setiap metode selalu menawarkan keunggulan tapi juga tidak terlepas dari sebuah kelemahan. Begitu pula dengan metode think pair share. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan metode problem solving.
Kelebihan metode problem solving:
- Metode ini membuat potensi intelektual dari dalam diri siswa akan meningkat.
- Meningkatnya potensi intelektual dari dalam diri siswa sehingga akan menimbulkan motivasi internal bagi siswa.
- Dengan menggunakan metode ini materi yang dipelajari akan tahan lebih lama.
- Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri.
- Para siswa dapat diajak untuk lebih menghargai orang lain.
- Dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya.
- Siswa dapat diajak untuk berpikir rasional.
- Siswa bersikap aktif.
- Dapat mengembangkan rasa tanggungjawab.
- Dapat melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
- Dapat berpikir dan bertindak kreatif
- Dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
- Dapat menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan..
- Dapat merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
Kelemahan metode problem solving :
- Bagi siswa yang kurang memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan metode ini akan sangat membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya.
- Bila guru tidak berhati-hati memilih soal pemecahan masalah, fungsinya menjadi latihan. Bila tidak memahami konsep yang dikandung dalam soal-soal tersebut.
- Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan, penguasaan materi kadang sering diabaikan.
- Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang malu untuk mengutarakan pendapat secara lisan.
- Memakan waktu lama.
- Kebulatan bahan kadang-kadang sukar dicapai.
- Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini.
- Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang.19
Hasil belajar dari pembelajaran berbasis masalah adalah peserta didik memiliki keterampilan penyelidikan. Peserta didik memiliki keterampilan mengatasi masalah. Peserta didik dapat menjadi pembelajar yang mandiri dan independen. Hal-hal yang tidak kalah esensial sebagai hasil dari pembelajaran berbasis masalah yaitu keterampilan berpikir tinggi. Menurut Resnick yang dikutip oleh Anas Sudjiono ciri-ciri berpikir tinggi adalah:
- Bersifat non algoritmik
- Bersifat kompleks
- Banyak solusi
- Melibatkan interpretasi
- Melibatkan banyak criteria artinya mampu menggunakan berbagai criteria.
- Melibatkan ketidak pastian, artinya tidak semua yang berhubungan dengan tugas yang ditangani telah diketahui.
- Melibatkan pengaturan diri proses-proses berpikir.
- Menentukan makna, mampu mengidentifikasi pola pengetahuan.
- Banyak usaha.20
3. Peningkatan Kemampuan Analisis Siswa
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan dapat diartikan sebagai suatu kesanggupan dan kecakapan yang diiringi dengan suatu usaha. Kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu dalam melakukan suatu aktivitas, yang menitikberatkan pada latihan dan performance (apa yang bisa dilakukan individu setelah mendapatkan latihan).21
Kemampuan memiliki tiga arti:
- Actievement, yang merupakan potensial ability,yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu.
- Capacity, yang merupakan potensial ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, dimana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman.
- Aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkapkan atau diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.22
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan suatu kesanggupan dan kecakapan yang dapat diukur.
b. Pengertian Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk memerinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.23 Contoh: peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang perjuangan Nabi Muhammad saw dan para sahabat, perang melawan bangsa jahiliyah dalam menyebarkan agama Islam, dan dapat meneladani semangat jihad Rasulullah saw dan para sahabat serta menirunya dan mengaplikasikannya dalam wujud nyata di rumah, di sekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
Taksonomi tujuan pendidikan diklasifikasikan ke dalam tiga domain yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan psikomotor.24 Analisis termasuk ke dalam tahapan dari ranah kognitif. Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental(otak). Segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari terendah sampai dengan jenjang paling tinggi. Keenam jenjang dimaksud adalah:
a) Pengetahuan(Knowledge)
Istilah pengathuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali(recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya. Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir yang paling rendah. Salah satu hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah peserta didik dapat menghafal nama-nama Nabi yang wajib diketahui.
b) Pemahaman(Comprehension)
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat menjelaskan dan memberikan uraian lebih rinci dengan kata-katanya sendiri.
c) Penerapan(Application)
Penerapan atau apliakasi adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode. Aplikasi ini adalah proses berpikir setingkat lebih tinggi di atas pemahaman.
d) Analisis(Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lainnya.
e) Sintesis(Synthesis)
Kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari analisis yaitu sintesis.Sintesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
f) Penilaian(Evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.25
4. Pembelajaran Sejarah Kebudyaan Islam
a. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Secara umum pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Beberapa pengertian tentang pembelajaran, diantaranya:
- Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu. Pembelajaran merupakan subjek khusus dari pendidikan.
- Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.
- Pembelajaran adalah rangkaian peristiwa yang mempengaruhi pembelajaran sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan mudah.26
Sejarah merupakan bagian terpenting dari perjalanan sebuah umat, bangsa, negara, maupun individu. Keberadaan sejarah merupakan bagian dari proses kehidupan itu sendiri. Oleh karena itu tanpa mengetahui sejarah, maka proses kehidupan tidak akan dapat diketahui. Melalui sejarah manusia dapat mengambil banyak pelajaran dari proses kehidupan suatu umat, bangsa, dan negara. Diantara pelajaran yang dapat diambil dari sejarah adalah mengambil sesuatu yang baik dari suatu umat, bangsa dan negara untuk senantiasa dilestarikan dan dikembangkan. Sedangkan terhadap hal-hal yang tidak baik, sedapat mungkin ditinggalkan dan dihindari.
Kata sejarah dalam bahasa Indonesia mempunyai kesamaan arti dengan syajarah dalam bahasa Arab yang berarti pohon. Keseluruhan elemen pohon memilki keterkaitan erat, kendatipun yang sering dilihat manusia pada umumnya hanya batang pohon saja atau buahnya saja, akan tetapi adanya pohon dan buah tidak terlepas dari peran akar, itulah filosofi sejarah, yang mempunyai keterkaitan erat antara masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Jadi sejarah bukan sekedar catatan bagi orang-orang yang lahir dan orang-orang yang mati dan sekedar mengungkap kehidupan para penguasa dan biografi para pahlawan, akan tetapi sejarah juga merupakan suatu ilmu yang membentangkan perkembangan masyarakat, yaitu suatu proses yang pajang sekali. Sejarah harus bisa dibuktikan kebenarannya dan logis. Oleh karena itu, cerita yang tidak masuk akal apalagi tidak dapat dibuktikan kebenarannya, maka tidak dapat dikategorikan sebagai sejarah.
Di Indonesia, istilah kebudayaan dan peradaban sering disinonimkan. Peradaban Islam adalah terjemahan dari al-hadharah al-Islamiyah. Kata Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Menurut Kuntjaraningrat yang dikutip oleh Fatah Syukur menyebutkan bahwa kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud:
- Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.
- Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
- Wujud benda,yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Secara sederhana kebudyaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dan digunakan sebagai pedoman untuk memahami lingkungannya dan sebagai pedoman untuk mewujudkan tindakan dalam menghadapi lingkungannya.Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama.
Karena kebudayaan Islam sumber pokoknya adalah agama Islam, maka kebudyaan Islam memiliki beberapa keunikan dibandingkan dengan budaya lain, yaitu:27
- Adanya konsep tauhid/Oneness of God/Unity of God
- Universalitas pesan dan misi peradaban yakni persaudaraan Islam.
- Prinsip moral dijunjung tinggi
- Budaya toleransi yang cukup tinggi-wilayah Islam ralatif aman.
- Prinsip keutamaan belajar dan memperoleh ilmu.
b. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di tingkat MTs kelas VIII
Perkembangan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
1) Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah
Masa kejayaan Dinasti Umayyah tercapai pada masa Khalifah al-walid bin Abdul Malik. Setelah itu, Dinasti Umayyah mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh, sebab – sebab yang menyebabkan keruntuhan yaitu :
- Figur Khalifah yang lemah
- Hak istimewa bangsa Arab Syuriah
- Pemerintahan yang tidak demokratis dan Korup
- Persaingan antar Suku
Selain itu, terdapat pula kelompok–kelompok yang tidak puas terhadap pemerintahan Dinasti Umayyah adalah :
- Kelompok Muslim Non-Arab (mawali)
- Kelompok Khawarij dan Syi’ah
- Kelompok muslim Arab di Mekkah, Madinah, dan Irak
- Kelompok Muslim yang saleh, baik Arab maupun Non Arab.
2) Faktor-faktor pendukung berdirinya Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
- Banyaknya terjadi perselisihan antara intern bani Umayyah pada masa terakhir masa pemerintahannya, peyebabnya ialah memperebutkan kursi kekhalifahan dan harta.
- Singkatnya masa jabatan Khalifah di akhir-akhir pemerintahan Bani Umayyah.
- Dijadikannya putra mahkota lebih dari jumlah satu orang.
- Bergabungnya sebagian keluarga Umawi kepada mazhab-mazhab agama yang tidak benar menurut syariat.
- Pudarnya kecintaan rakyat pada akhir-akhir pemerintahan Bani Umayyah.
- Banyaknya pembesar-pembesar Bani Umayyah yang sombong pada akhir pemerintahannya.
- Timbulnya dukungan dari al-Mawali
3) Tokoh-tokoh yang berperan dalam berdirinya Dinasti Abbasiyah adalah sebagai berikut:
- Penerjemahan buku pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Ma’mun menjadi pendorong utama perkembangan ilmu pengetahuan, begitu juga dengan ilmu kedokteran Islam
- Pusat Ilmu pengetahuan pada Dinasti ini semakin terkenal dengan adanya Baitul Hikmah yaitu sebuah lembaga yang didirikan di Bagdad oleh Khalifah al-Ma’mun
- Ulama-ulama ahli Hadist yang terkenal seperti Imam Bukhori, Imam Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dll.28
CATATAN KAKI ARTIKEL DI ATAS :
- 1 Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar,Strategi Belajar Mengajar Di Kelas, Prestasi Pustakaraya,Jakarta,2014,hlm. 49-50.
- 2 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Sidoarjo, 2009,hlm. 28.
- 3 Miftahul Huda,Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran (Isu-Isu Metodis Dan Paradigmatis), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm.206.
- 4 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm.191.
- 5 Jumanta Hamdayana, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, Ghalia Indonesia, Bogor, 2015, hlm. 204.
- 6 W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo,Jakarta,2008,hlm.102
- 7 W.Gulo, Ibid, hlm. 102
- 8 Miftahul Huda,Cooperative Learning(Metode, Teknik, Struktur Dan Model Terapan), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm.96
- 9 Jamaludin dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2015, hlm. 148
- 10 Ibid, hlm. 148
- 11 Ibid, hlm. 150
- 12 Ibid, hlm. 151
- 13 Ibid, hlm. 152
- 14 Ibid, hlm. 152-154
- 15 Abdul Majid,Op.Cit.,hlm.212
- 16 Made wena, Strategi Pembelajaran Inovatif dan Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm.53.
- 17 Nur Hamiyah dan Muhamad Jauhar,Op.Cit,hlm.126-127
- 18 W.Gulo,Op.Cit,hlm.113
- 19 Nur Hamiyah dan Muhamad jauhar,Op.Cit,hlm.130-131.
- 20 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pedidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm.62
- 21 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 160-161.
- 22 Sumadi Suryabrata, Ibid, hlm. 161.
- 23 Anas Sudijono, Op.Cit.hlm. 51.
- 24 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2009, hlm. 25.
- 25 Anas Sudjiono, Op.Cit, hlm. 50-51.
- 26 Abdul Majid,Op.Cit.,hlm, hlm. 4.
- 27 Fatah Syukur,Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2009,hlm. 6-8.
- 28 Darsono & T.Ibrahim, Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam, Kelas VIII, PT Tiga serangkai, Solo, 2008.hlm.15-19