Pengertian Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, tanpa membaca kehidupan seseorang akan statis dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan.1
Metode Qiro’ah (Membaca) adalah cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Melalui metode ini diharapkan para peserta didik dapat melafalkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab dengan fasih, lancar dan benar sesuai kaidah-kaidah yang telah ditentukan.2
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.
Pembelajaran adalah seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh guru atau pengajar didalam pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam mencapai batas tujuan-tujuan pendidikan, agar proses pembelajaran itu berhasil, yaitu harus mencukupi sarana prasarana, dan menggunakan metode dan teknik-teknik yang mengikuti untuk mencapai kepada tujuan pembelajaran tersebut.3
Adapun menurut Oemar Hamalik, pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran, dalam hal ini manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.4
Sedangkan pembelajaran bahasa Arab, ada tiga istilah yang harus dipahami lebih dulu dalam rangka usaha mencari kemungkinan perbaikan cara mengajar bahasa Arab sehingga hasil yang ingin dicapai dapat maksimal. Ketiga istilah yang dimaksudkan adalah approach, metode, dan teknik. Penggunaan istilah-istilah seperti approach (Pendekatan), metode, dan teknik oleh beberapa ahli sering kali dicampuradukkan antara satu dengan lainnya sehingga ta’rif (batasan atau definisi) ketiga istilah tersebut tidak memiliki perbedaan yang jelas. Approach, metode, dan teknik mempunyai hubungan yang hierarkis, yaitu teknik merupakan penjabaran dari metode, sedangkan metode merupakan penjabaran dari approach. Approach adalah sekumpulan asumsi tentang hakikat bahasa, pengajaran bahasa, dan belajar bahasa.5
Latar Belakang Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Bahasa Arab dalam sejarah peradabannya termasuk di Indonesia mendapat tempat yang istimewa dan menduduki posisi strategis terutama bagi umat Islam. Masyarakat Indonesia dengan mayoritas komunitas penduduk muslim terbesar di dunia menjadikan bahasa Arab tetap eksis dan dipelajari hingga sekarang.
Mempelajari bahasa Arab bagi masyarakat Indonesia adalah mempelajari ilmu untuk sesuatu yang besar, karena sumber pengetahuan Islam banyak menggunakan bahasa Arab. Bahasa Arab menjadi kebutuhan yang bukan semata pada sisi teoretik, melainkan juga terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi Islam sebagai gerakan, sekaligus ikut serta menentukan identitas perkembangan kehidupan berkebangsaan dan berkenegaraan Indonesia.6
Ketidakpuasan kepada metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada kemahiran membaca dan menulis, mendorong para guru dan ahli bahasa untuk mencari metode baru. Pada waktu itu berkembang opini di kalangan para guru bahwa mengajarkan bahasa asing dengan target penguasaan semua keterampilan berbahasa adalah sesuatu yang mustahil.
Oleh karena itu Profesor Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan penggunaan suatu metode dengan satu tujuan pengajaran yang lebih realistis, yang paling diperlukan oleh para pelajar, yakni keterampilan membaca. Metode yang kemudian dinamai “metode membaca” ini digunakan di sekolah menengah dan perguruan tinggi diseluruh Amerika dan Negara-negara lain di Eropa. Meskipun disebut “Metode Membaca”, tidak berarti bahwa kegiatan belajar mengajar hanya terbatas pada latihan membaca. Latihan menulis dan berbicara juga diberikan meskipun dengan porsi yang terbatas.7
Metode qiro’ah didalam prakteknya dimulai beserta peserta didik dengan latihan bersuara, dalam minggu-minggu awal membiasakan latihan yang lengkap atau komprehensip dengan teknik bunyi bahasa, dan membiasakan mendengarkan kalimat yang sederhana, lalu mengkomunikasikannya.8
Model pengajaran Metode Membaca yang paling terkenal di Eropa dan Timur Tengah adalah model Micheal West. Buku Pelajaran Bahasa Inggris yang dikembangkan oleh West dipakai secara luas di Mesir. Buku utamanya adalah Reading, kemudian suplemennya terdiri dari :
- Buku kerja, berisi daftar pertanyaan mengenai isi bacaan dan daftar kosa kata dan artinya.
- Buku latihan writing.
- Buku latihan conversation, dan
- Buku extensive reading.
Buku pelajaran bahasa Arab yang mengadopsi model Michael West ini banyak juga dibuat dan digunakan secara luas di Mesir dan di negeri-negeri Arab serta Islam lainnya termasuk Indonesia.9
Asumsi metode Qiro’ah dalam pembelajaran bahasa Arab.
Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak bisa bersifat multi-tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing dan kemudahan dalam pemerolehannya. Kemahiran membaca merupakan bekal bagi pembelajar untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Dengan demikian, asumsinya bersifat pragmatis bukan filosofis teortis.10
Membaca merupakan kegiatan penting dan semakin menjadi penting pada zaman modern ini, pada saat perkembangan dalam berbagai segi kehidupan terjadi amat cepat. Untuk memahami semua jenis informasi yang termuat dalam berbagai bentuk tulisan, mutlak diperlukan kegiatan membaca, disertai kemampuan isi bacaan. Tanpa kemampuan memahami isi bacaan, banyak informasi yang tidak dapat diserap dengan tepat dan cepat. Kemampuan isi bacaan inilah yang menjadi tujuan pokok dalam pembelajaran membaca dalam pembelajaran bahasa Arab.
Seperti halnya menyimak, membaca mengandalkan kemampuan berbahasa yang pada dasarnya bersifat reseptif. Dengan membaca, seseorang pertama-tama berusaha untuk memahami informasi yang disampaikan orang lain dalam bentuk wacana tulis. Meskipun pemahaman terhadap isi wacana tulis itu bukan semata-mata dan sepenuhnya terjadi tanpa kegiatan pada diri pembaca, namun kemampuan membaca pada dasarnya adalah kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Dalam hal ini informasi dan pesan yang disampaikan, dan bagaimana informasi serta pesan-pesan itu telah tersampaikan seorang pembaca pada dasarnya hanyalah bertindak sebagai penerima.11
Ciri-Ciri Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Adapun ciri-ciri metode qiro’ah dalam pembelajaran bahasa Arab meliputi:
- Fasih pengucapannya dengan membunyikan huruf menurut makhraj-nya.
- Alunan suara yang bermacam-macam sesuai dengan huruf dan kata serta kalimatnya.
- Tengah-tengah, antara cepat dan lambat dan antara suara tinggi dan suara rendah.
- Lancar bacaannya, tidak terulang-ulang menyebutkan kata dan tidak memotong kata-kata yang dapat merusak arti.
- Memperhatikannya panjang pendeknya.12
Karakteristik Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Menurut beberapa penilaian bahasa Arab mengalami perkembangan yang pesat selain karena pengaruh penyebaran islam dalam sejarah Nabi juga disebabkan oleh isi dan muatan dalam bahasa Arab Al-Qur’an itu sendiri, karakteristik tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Pertama, kosakata bahasa Arab sangat luas dan kaya. Tidak ada bahasa yang memiliki kosakata yang banyak seperti bahasa Arab. kedua, tiap huruf dalam bahasa Arab mempunyai simbol, tanda, dan arti tersendiri. Ketiga, bahasa Arab dalam Al-Qur’an memiliki gaya penuturan yang sangat kompleks, adakalanya linier, lalu memutar balik, dan jika dicermati saling berhubungan membentuk jaringan makna.
Keempat, bahasa Arab memiliki konsep-konsep, teknik, pola, struktur dan hubungan yang khas. Seperti kafir, kuffar, kufur, dan kafarat masing-masing memiliki tingkatan dan masing-masing memiliki hubungan. Kelima, bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa yang paling banyak diadopsi oleh bahasa-bahasa lain. Keenam, selain diadopsi kosakata dalam bahasa Arab juga diperankan untuk membentuk struktur masyarakat dalam budaya tertentu. Ketujuh, bahasa Arab yang ada di dalam Al-Qur’an ketika dibaca bisa menjadikan seseorang menangis, memengaruhi sisi psikologis walaupun sama sekali tidak mengerti terjemahnya.13
Karakteristik metode membaca ini antara lain adalah sebagai berikut:
- Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca, yaitu agar pelajar mampu memahami teks ilmiah untuk keperluan studi mereka.
- Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan suplemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan (extensif reading / قراءة موسعة ), buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan.
- Basis kegiatan pembelajaran adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan kosa kata pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan isi teks.
- Membaca diam (silent reading/ قراءة صامتة ) lebih diutamakan dari pada membaca keras (loud-reading / قراءة جهرية ).
- Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.
Metode membaca ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca bahasa asing (Arab) dan memahaminya dengan sangat mudah, menghasilkan kalimat-kalimat yang benar ketika menulis dan sekaligus mendapat ucapan-ucapan yang benar ketika berbicara dengan bahasa tersebut, kebiasaan membaca tanpa analisa dan terjemah teks yang dibacanya, setelah itu mampu mengkonsentrasikan bacaan secara diam, cepat dan bertahap dari mudah sampai yang sukar, dari yang bentuk aktif ke bentuk pasif.14
Langkah Penyajian Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat langkah-langkah penyajian metode Qiro’ah, diantaranya sebagai berikut:
a. Pelajaran dimulai dengan pemberi kosa kata dan istilah yang dianggap sulit dan penjelasan maknanya dengan definisi dan contoh dalam kalimat.
b. Siswa membaca teks bacaan secara diam selama kurang lebih 25 menit. Diskusi mengenai isi bacaan yang dapat berupa tanya-jawab dengan menggunakan bahasa ibu pelajar.
c. Pembicaraan mengenai tata bahasa secara singkat kalau dianggap perlu.
d. Pembahasan kosa kata yang belum dibahas sebelumnya.
e. Mengerjakan tugas-tugas yang ada dalam buku suplemen, yaitu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan, latihan menulis terbimbing, dsb.
f. Bahan bacaan perluasan dipelajari di rumah dan dilaporkan hasilnya pada pertemuan berikutnya.15
Adapun langkah penyajian yang mungkin dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode qira’ah. Tetapi pada umumnya adalah sebagai berikut:
- Pendahuluan, berkaitan dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa appresiasi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.
- Pemberian kosa kata dan isti’lah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan definisi-definisi dan contoh-contoh dalam kalimat.
- Penyajian teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara diam (al-qira’ah al-shamitah/ silnt reading) selama kurang lebih 10-15 menit atau disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Bisa juga guru menugaskan para pelajar untuk membaca teks ini di rumah masing-masing pelajar sebelum pertemuan ini. Cara ini lebih menghemat waktu sehingga guru dapat lebih leluasa mengembangkan bacaan di kelas.
- Diskusi mengenai isi bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog dengan bahasa pelajar.
- Pembicaraan atau penjelasan tentang tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang isi bacaan.
- Jika guru diawal belum memberikan penjelasan kosa kata yang dianggap sukar dan relevan dengan materi pelajaran, maka pada langkah ini bisa dilakukan.
- Diakhir pertemuan guru memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat rangkuman dengan bahasa pelajar, atau membuat komentar tentang isi bacan, atau membuat diagram, atau yang lainnya. Jika dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas di rumah untuk membaca taks yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya.16
Segi Kekuatan dan Kelemahan Metode Qiro’ah dalam Pembelajaran Bahasa Arab.
Segi kekuatan metode qiro’ah dalam pembelajaran bahasa Arab, diantaranya sebagai berikut:
- Pelajar terlatih memahami bacaan dengan analisis, tidak melalui penerjemahan.
- Pelajar menguasai kosa kata dengan baik.
- Pelajar memahami penggunaan tata bahasa.17
Selain itu Metode ini juga memiliki segi kelebihan, antara lain:
- Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacaan-bacaan berbahasa arab dengan fasih dan benar.
- Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa arab sesuai dengan kaidah membaca yang benar.
- Dengan pelajaran membaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa arab yang diajarkan.18
- Metode ini memungkinkan para pelajar dapat membaca bahasa baru dengan kecepatan yang wajar bersamaan dengan penguasaan isi bahan bacaan tanpa harus dibebani dengan analisis gramatikal mendalam dan tanpa penerjemahan.
- Pelajar menguasai banyak kosa kata pasif dengan baik.
- Pelajar bisa memahami aturan tata bahasa secara fungsional.19
Metode qiro’ah dalam pembelajaran bahasa Arab juga terdapat Kelemahan, antara lain:
- Pelajar lemah dalam keterampilan membaca nyaring (pelafalan,intonasi dsb)
- Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara, karena yang menjadi perhatian utama adalah keterampilan membaca.
- Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas.
- Karena kosa kata yang dikenalkan hanya yang berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda.20
Segi Kelemahan metode qiro’ah yang lain diantaranya:
- Pada metode ini, untuk tingkat pemula terasa agak sukar diterapkan. Karena siswa masih sangat asing untuk membiasakan. Sehingga, kadang-kadang harus terpaksa berkali-kali menuntun dan mengulang.
- Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode qiro’ah lebih menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengucapkan atau kata-kata dalam kalimat bahasa arab yang benar dan lancar.
- Pengajaran sering terasa membosankan, terutama bila guru yang mengajar tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik bagi siswa.21
CATATAN KAKI ARTIKEL DI ATAS :
- 1 Abdul Hamid, Mengukur Kemampuan Bahasa Arab, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm 63.
- 2 Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm 68.
- 3 زيد سليمان العدوان ومحمد فؤاد الحوامدة، تصميم التدريس بين النظرية والتطبيق، )عمان : دار السيرة للنشر والتوازع، 3122 م( ص. 21
- 4 M khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2013), hlm 3.
- 5 Ahmad Izzan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hlm. 77-78.
- 6 Fathul Mujib, Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab, (Yogyakarta: PT Bintang Pustaka Abadi, 2010), hlm 46.
- 7 Ibid.
- 8 محمود كامل الناقة،تعليم اللغة العربية للناطقين بلغات أخرى: ، )مكة: جامعة أم القرى، 2891 (، ص.
- 9 Ahmad Fuad Effendy, Meodologi Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2012), hlm 54.
- 10 Ibid.
- 11 M. Khalilullah, Op.cit, hlm 98.
- 12 Ahmad Muhtadi Anshor, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-Metodenya, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm 58.
- 13 Fathul Mujib, Op.cit, hlm 41-44.
- 14 Abdul Mu’in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab & Bahasa Indonesia, (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2004), hlm 152-153.
- 15 Ahmad Fuad Effendy, Op.cit, hlm 55.
- 16 Acep Hermawan, Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm 194.
- 17 Ahmad Fuad Effendy, Op.cit., hlm 55.
- 18 Ahmad Izzan, Op.cit, hlm 94.19 Aziz Fahrurrozi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, 2012), hlm 86.
- 20 Ahmad Fuad Effendy, Op.cit., hlm 55.
- 21 Ahmad Izzan, Op.cit., hlm 94-95.