Ada beberapa teori yang memberikan definisi yang beragam akan Economic Value Added (EVA), diantaranya adalah : Gitman (2006) mendefinisikan:
Economic Value Added (EVA) is a popular measure used by many firms to detemine whether an investment contributes positively to the owners’ wealth ; calculate as the difference between an investment’s net perating profit after taxes (NOPAT) and the cost of funds used to finance the investment by the firms WACC.
Reily dan Brown (2002) mengidentifikasikan “Economic Value Added (EVA) is an internal management performance measure that compress net operating profit to total cost of capital. Indicates how profitable company projects are as sign of management performance”
Menurut Steward sebagaimana dikutip oleh Sapto Jumono (Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 1 No. 01 Agustus, 2005) menyatakan bahwa: “EVA dipopulerkan oleh Stern Steward Management Service yang merupakan salah satu perusahaan konsultan di Amerika Serikat. EVA ini pada prinsipnya bukanlah metode yang relatif baru dalam mengevaluasi dan menghargai kinerja manajemen”
Sedangkan menurut Diana (2005), “Economic Value Added (EVA) merupakan indikator tentang adanya penciptaan nilai dari suatu investasi yang secara sederhana dapat diartikan sebagai laba operasi setelah pajak (After Tax Operating Income) yang dikurangi dengan nilai total biaya modal (Total Cost of Capital), dimana total biaya dihitung dengan cara mengalikan tingkat biaya modal dengan total biaya yang diinvestasikan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Economic Value Added (EVA) adalah keuntungan operasional setelah pajak dikurangi biaya modal atau Economic Value Added (EVA) merupakan pengukuran pendapatan sisa yang mengurangkan biaya modal terhadap laba operasi. Dengan demikian Economic Value Added (EVA) ditentukan oleh dua hal yaitu laba bersih operasional setelah pajak yang menggambarkan hasil penciptaan value dalam perusahaan dan tingkat biaya modal yang diartikan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan dalam penciptaan value tersebut.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Economic Value Added (EVA)
Beberapa faktor yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk meningkatkan nilai Economic Value Added (EVA) yaitu:
- Memperbaiki laba operasi tanpa menggunakan tambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi baik dalam bidang produksi maupun administrasi.
- Tambahan modal diinvestasikan pada proyek yang memberikan return yang lebih besar dari pada biaya perolehannya.
- Likuidasi modal yang tidak tepat atau investasi selanjutnya dibatasi terhadap kegiatan yang memberikan return dibawah standar perusahaan (return yang dihasilkan tidak memadai)
Manfaat Economic Value Added (EVA)
Beberapa alasan mengapa Economic Value Added (EVA) lebih tepat digunakan adalah:
- EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu dibandingkan dengan perusahaan sejenis ataupun membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun sebelumnya.
- EVA menyajikan ukuran yang secara adil mempertimbangkan harapan- harapan kreditur dan pemegang saham karena EVA mempunyai hubungan yang paling erat dengan tingkat pengembalian saham.
- EVA sangat membantu dalam memberikan pertimbangan keputusan manajemen secara tepat seperti penetapan tujuan, penganggaran modal, penilaian kinerja, dan komunikasi dengan karyawan lebih tepatnya EVA dapat digunakan sebagai dasar untuk menerapkan sistem manajemen keuangan yang terintegrasi secara lengkap.
- EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi kegiatan atau proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya.
Kelemahan Economic Value Added (EVA)
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh Economic Value Added (EVA) diantaranya adalah:
1. Economic Value Added (EVA) hanya menggambarkan penetapan nilai pada suatu tahun tertentu.
Nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Dengan demikian bisa saja suatu perusahaan mempunyai EVA pada tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan tersebut rendah karena EVA di masa datangnya yang negatif. Kejadian ini mungkin terjadi untuk perusahaan yang memiliki prospek masa depan yang suram, sebaliknya untuk perusahaan yang memerlukan pengambilan yang cukup lama, EVA pada awal tahun operasi negatif sedangkan EVA pada akhir masa proyek positif. Maka, dengan menggunakan EVA untuk menilai kinerja harus melihat EVA pada masa kini dan masa yang akan datang.
2. Perhitungan Economic Value Added (EVA) yang sesungguhnya cukup rumit.
Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukuran dengan menggunakan rasio, tapi secara praktis belum tentu EVA dapat diterapkan dengan mudah, karena proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan cukup sulit dilakukan dengan tepat, terutama bagi perusahaan yang belum go public.
Biaya modal atas hutang umumnya lebih muda diperkirakan karena bisa diperoleh dari tingkat bunga setelah pajak yang harus dibayar perusahaan jika perusahaan melakukan pinjaman. Sebaliknya karena keterbatasan data, tidak mudah memperkirakan biaya modal atas ekuitas. Berbagai estimasi ini dapat menyebabkan kesalahan pada perhitungan biaya modal yang pada akhirnya dapat mengurangi biaya manfaat dari EVA.
Penghitungan Economic Value Added (EVA)
Menurut Widayanto (1993) langkah-langkah EVA adalah sebagai berikut:
Tabel Langkah-langkah Menghitung EVA
Langkah
|
Keterangan
|
1. Biaya modal utang (Kd)
a. Beban bunga
b. Jumlah utang jangka
panjang c. Suku bunga ((Kb)
d. Pajak perusahaan (T)
e. Faktor koreksi (I-T)
f. Biaya modal utang
(Kd)
2. Biaya modal saham (Ke)
a. Tingkat
bunga bebas risiko
(Rf)
b. Beta
(β)
c. Tingkat pengembalian pasar
(Rm)
d. Ongkos modal saham
(Ke)
3. Struktur modal
a. Jumlah utang
jangka panjang
b. Modal saham
c. Jumlah saham
d. Komposisi utang
e. Komposisi modal
saham
4. Biaya modal rata-rata tertimbang
a. WACC
5. Economic Value Added (EVA)
a. Laba sebelum pajak b.
Beban bunga
c. Laba sebelum pajak
dan bunga d.
Beban pajak
e. Ongkos modal tertimbang
f. EVA
|
Laporan laba
– rugi
Neraca
1a : 1b
Lap L/R
dan penjelasannya
1 – (1d)
1e x 1c
Bunga SBI Beta Koreksi
IHSG
2a + 2b (2c – 2a)
Neraca
Neraca
3a + 3b
3a : 3c
(1 – 3d)
(3d x 1f) + (3e x 2d) Laporan laba
rugi
Laporan laba rugi
5a + 5b
Lap L/R
dan penjelasannya
4a x 3c
(5c) – (5d) – (5e)
|
Sumber : Widayanto, Usahawan No. 12 (1993: 53)
Ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh dari perhitungan EVA yang digunakan dalam menilai kinerja perusahaan, yaitu:
- Jika nilai EVA > 0 (positif) artinya bahwa tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan lebih tinggi daripada tingkat biaya atau tingkat pengembalian yang dituntut investor keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu menciptakan nilai (creat value). Semakin positif EVAnya berarti semakin bagus pula kinerja perusahaan itu dan menandakan bahwa manajemen telah menjalankan tugasnya dengan baik.
- Jika nilai EVA = 0, artinya bahwa perusahaan berada pada posisi break even point (titik impas) karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada investor.
- Jika nilai EVA < 0 (negatif) artinya bahwa tidak terjadi proses nilai tambah dalam perusahaan menandakan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan para investor. Nilai perusahaan berkurang (destroy value) akibat tingkat pengembalian yang dihasilkan lebih rendah daripada tingkat pengembalian yang dituntut investor.
Menentukan Economic Value Added (EVA)
EVA sebagai alat ukur kinerja keuangan, sesuai juga digunakan untuk menilai kinerja operasional karena secara wajar juga mempertimbangkan required rate of return yang diinginkan investor dan kreditur. Dengan demikian, langkah untuk menentukan EVA adalah menghitung biaya utang, menghitung biaya modal sendiri, menghitung struktur permodalan, menghitung NOPAT, menghitung biaya modal rata-rata tertimbang, dan terakhir menghitung EVA. Meskipun EVA masih merupakan sebuah pengukuran laba, hal itu tidak terikat oleh konvensi akuntansi. Jika prinsip akuntansi secara umum diterima menyimpangkan pengukuran dari modal yang diinvestasikan atau laba operasi, pengguna dapat membuat penyesuaian yang penting untuk meningkatkan presisi EVA sebagai alat ukur penciptaan nilai.
Biaya Modal (Cost of Capital)
Konsep cost of capital merupakan konsep yang menentukan besarnya biaya yang secara riil harus ditanggung perusahaan untuk memperoleh dana dari suatu sumber dana. Pengetahuan mengenai biaya modal membantu manajer keuangan dalam mengambil keputusan yang tepat untuk menentukan struktur modal perusahaan. Menurut Johan (2006), biaya modal adalah biaya yang harus dikeluarkan atau harus dibayar untuk mendapatkan modal yang berasal dari hutang, saham preferen, saham biasa, laba ditahan untuk membiayai investasi perusahaan (h.43). dalam menghitung biaya modal, kita juga perlu mengetahui struktur modal perusahaan. Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa yang dipergunakan perusahaan.
Pengertian required rate of return sebenarnya dapat dilihat dari dua sisi. Dari pihak investor, tinggi rendahnya tingkat keuntungan yang diisyaratkan merupakan pencerminan dari tingkat rasio, aktiva yang dimiliki dan struktur modal, serta faktor lain seperti manajemen perusahaan. Di pihak perusahaan, tingkat keuntungan yang diminta merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal dari pemegang saham. Dalam menentukan biaya modal perusahaan, perlu diperhatikan tiga alasan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dengan mensyaratkan adanya minimasi semua biaya input termasuk biaya modal, keputusan investasi yang tetap mensyaratkan estimasi biaya modal yang tepat, dan beberapa keputusan lain, seperti leasing, pembelian obligasi perusahaan, dan manajemen modal kerja. Dengan demikian, biaya modal dimaksudkan untuk dapat menentukan besarnya biaya riil dari penggunaan modal dari masing-masing sumber dana kemudian menentukan biaya modal rata- rata keseluruhan dana yang digunakan dalam perusahaan.
Biaya Hutang (Cost of Debt)
Biaya hutang menunjukkan berapa biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan karena perusahaan menggunakan dana yang berasal dari pinjaman. Biaya hutang perusahaan tidak lain adalah sebesar tingkat keuntungan yang diminta (required rate of return) oleh investor. Besarnya tingkat keuntungan yang diminta investor (pemilik dana) tersebut adalah sama dengan tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang penerimaan di masa yang datang berupa bunga dan pembayaran pokok pinjaman. Dari hal tersebut disimpulkan bahwa biaya hutang merupakan tingkat pengembalian yang diharapkan kreditur dan harus disediakan perusahaan sebagai akibat dari pemenuhan modal dengan menggunakan pinjaman dari kreditur. Sumber modal berasal dari hutang jangka pendek, yaitu hutang jangka pendek kurang dari 1 tahun dan hutang jangka panjang, yaitu hutang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun.
Biaya Modal Sendiri (Cost of Equity)
Biaya modal sendiri didefinisikan sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor saham biasa. Perusahaan dapat memperoleh biaya modal sendiri dengan dua cara, yaitu dari laba ditahan dam mengeluarkan saham baru. Dengan demikian, pihak manajemen dapat membagikan laba setelah pajak yang diperoleh dari dividen atau menahannya dalam bentuk laba ditahan. Beberapa pendekatan yang digunakan, terdiri dari the discounted cash flow model, the bond yield plus risk premium approach, dan capital aset pricing model (CAPM).
CAPM (model penilaian aktiva modal) dikembangkan oleh prof William Shrape dan John Lintner. Prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut: tetapkan perkiraan risk free yang umumnya ditetapkan berdasarkan suku bunga obligasi pemerintah atau SBI, tentukan koefisien beta saham dan digunakan sebagai indeks resiko saham, tentukan tingkat pengembalian menurut pasar atau pada saham rata-rata. Tingkat pengembalian itu disebut return market (Rm). CAPM disusun sebagai model pengharapan (expectation model) sedangkan pengujiannya didasarkan atas hasil sebenarnya (actual return).