Pengertian, Prinsip-Prinsip Dan Jenis-Jenis Hedging
Definisi hedging berdasarkan pendapat M. Faisal (2001, p8) adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian sebagai akibat terjadinya transaksi bisnis.
Berdasarkan pendapat Gallager dan Joseph yang dikutip oleh Richard a Brealey (2006: p739) hedging adalah :
“A hedge is a financial agreement used to offset or guard against risk”.
Artinya:
“Hedging adalah suatu perjanjian keuangan yang digunakan untuk menutup kerugian atau melindungi resiko”.
Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa hedging adalah suatu tindakan untuk menghindari resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi atau perubahan kurs valuta asing.
Hedging sebagai strategi keuangan akan menjamin bahwa nilai valuta asing yang digunakan untuk membayar (outflow) atau sejumlah uang asing yang akan diterima (inflow) dimasa datang tidak terpengaruh oleh perubahan dalam fluktuasi kurs valuta asing.
Prinsip Hedging
Berdasarkan pendapat M. Faisal, dkk (2001, p9) prinsip dasar hedging adalah untuk melakukan komitmen lain penyeimbangan dalam valuta asing yang sama. Yakni, komitmen kedua untuk sejumlah uang asing yang sama dari komitmen awal namun berlawanan tanda. Oleh karena itu, misalnya importir New Zealand yang mempunyai komitmen untuk membayar tunai dalam poundsterling, akan melakukan komitmen kedua untuk menerima pound dalam jumlah yang sama dan pada tanggal yang sama. Bagi importir New Zealand ini mungkin dicapai dengan cara membeli valuta asing pada pasar forward atau dengan cara meminjam valuta asing.
Sama halnya dengan urutan penerimaan valas yang diharapkan dari hasil penjualan yang dilakukan oleh afiliansi asing, bisa dihedge dengan memasuki kedalam suatu komitmen untuk melakukan urutan pembayaran valuta asing.
Dengan demikian hedging adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari atau mengurangi resiko kerugian atas valuta asing sebagai akibat dari terjadinya transaksi bisnis, misalnya:
- Karena mempunyai utang maupun piutang dengan pembayaran atau penerimaan baik secara tunai ataupun kredit dalam valuta asing maka perusahaan melakukan pembelian valuta asing melalui future contract (future market hedge). jual dan beli options (option market hedge) untuk menutup exchange rate agreement.
- Karena mendapat pinjaman dalam valuta asing baik dari kreditor lokal maupun asing dan sekarang memerlukan dana rupiah, maka perusahaan melakukan transaksi swap atau dapat juga synthetic swap yaitu kombinasi antara spot dan forward transaction.
Jenis–jenis Hedging
Transaksi Forward Hedging
Transaksi Valut asing forward dapat diartikan sebagai transaksi valuta asing dimana value date (tanggal penyerahan valuta) berjarak lebih dari dua hari kerja dari deal datenya (tanggal kesepakatan transaksi) dengan kurs yng telah ditetapkan pada saat tanggal transaksi (deal date).
Transaksi forward merupakan transaksi yang dilakukan diluar bursa atau lebih dikenal dengan istilah Over The Counter (OTC) Market. karena dilakukan diluar bursa maka features dari transaksi yang berlangsung adalah sepenuhnya kesepakatan pihak–pihak yang melakukan transaksi. Berbeda dengan transaksi yang dilakukan di bursa dimana produk yang diperdagangkan diatur sepenuhnya oleh bursa. Maka transaksi Over the Counter mempunyai sifat yang sangat fleksibel. Features dari transaksi ini bisa diubah sesuai dengan kesepakatan pihak–pihak yang melakukan transaksi.
Transaksi forward dapat dilakukan dimana saja (asalkan tidak ada larangan dari otoritas setempat untuk melakukan transaksi tersebut). Hal ini berbeda dengan transaksi dibursa yang tersentralisasi dibursa dan hanya dapat dilakukan oleh anggota bursa saja.
Formula menghitung Forward Point untuk menetukan Forward Pricing
Formula 1
Forward Points =
( B − A) x( SRxT
)
( AxT )
+ (100 xDB )
Keterangan:
A = Base
currency
interest rate = USD
B = Counter
Currency interest rate = SGD
SR = Spot rate
T = Time in days
DB = Day basis for the year = 360 hari
Formula 2
Forward Points =
SRx(B − A)
xT
100xDB
Future Contract Hedging
Pada prinsipnya penggunaan future contract hedging ini sama dengan forward contract hedging. Future contract hedging ini biasanya digunakan oleh perusahaan untuk melindungi atau melakukan hedging untuk nilai transaksi yang relatif lebih kecil dan sesuai dengan sifat future market. oleh karena itu, kontrak hedging harus dilakukan dengan jumlah satuan valas atau currncy amount, strike/exercise price, dan tanggal tertentu.
Perusahaan yang memiliki future payable ataupun future receivable dalam valas tertentu dapat melindunginya dengan menggunakan future contract hedging sehingga perusahaan mempunyai suatu kepastian tentang jumlah yang akan dibayar atau diterima dalam nilai domeistic currency.
Di dalam teknik hedging biasanya dikenal Spot Rate, Forward Rate, Premi dan Discount yang ada diterapkan baik untuk future maupun forward.
SPOT RATE
Sport rate adalah kurs valas yang berlaku untuk penyerahan 1–2 hari, tergantung jenis valasnya. Dalam perjanjian ini lazimnya penyerahan dilakuakan dua hari kemudian (T+2) dan apabila hari kemudian hari libur maka pelaksanaanya adalah pada hari kerja berikutnya (Hamdy Hady, 2006, p68).
Penyerahan semacam ini biasanya terjadi antar bank, sedangkan perjanjian antara bank dengan nasabah dilakukan pada hari yang sama (same day settlement). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Spot Rate adalah kurs yang berlaku maksimal 2 X 24 jam atau SR (T+2) atau SR<=2X 24 jam.
Forward Rate
Forward rate adalah kurs yang ditetapkan sekarang atau pada saat ini, tetapi diberlakukan untuk waktu yang akan datang, biasanya antara waktu 2 X 24 jam lebih sampai dengan 1 tahun atau 12 bulan. (Hamdy Hady, 2006, p70).
Premium Dan Discount
Apabila dilihat dari kenaikan atau penurunan kurs forward dibandingkan dengan kurs spotnya maka forward point dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Forward Point dikatakan Premium jika menghasilkan kurs Forward yang lebih tinggi dari kurs spot (sekarang) nya.
Forward point premium ini dapat terjadi jika suku bunga Non reference currency lebih tinggi dari suku bunga reference currencynya.
Contoh: forward point premium ini adalah perhitungan forward point yang telah kita lakukan di atas yang seluruhnya adalah forward point premium. Hal ini bisa dilihat dari suku bunga IDR (non reference currency) adalah 15% - 16%, lebih tinggi dari suku bunga USD (reference currency) yang hanya 5% - 5.5%
2. Forward Point dikatakan Discount jika menghasilkan kurs forward yang lebih rendah dari kurs spot (sekarang) nya.
Forward point discount ini dapat terjadi jika suku bunga non reference currency lebih rendah dari suku bunga reference currencynya.
Contoh forward point discount dapat kita lihat pada contoh berikut:
Kurs pasar valuta asing untuk USD/JPY sekarang adalah 120 Suku bunga untuk dana USD adalah 5% Suku bunga untuk dana IDR adalah 1%
Forward rate dan forward market muncul karena adanya ketidak pastian dan fluktuasi kurs valas. Hal ini terjadi semenjak berlakunya sistem kurs mengambang (floating rate system) setelah Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971. Dekrit tersebut antara lain menyatakan bahwa nilai mata uang USD tidak dikaitkan dan dijamin lagi dengan uang emas.
Sebelumnya berdasarkan persetujuan Bretton Woods tahun 1944, Sistem Moneter Internasional (SMI) didasarkan pada sistem kurs tetap atau fixed exchange rate. Dalam hal ini, USD convertible atau dapat ditukar dan dijamin sepenuhnya dengan emas dengan ketentuan USD 35 ekuivalen dengan 1 troy emas. Dewasa ini negara–negara indusri menganut sistem kurs mengambang (floating rate system), seperti Inggris, Jerman, Jepang, Prancis dan lain–lain. Kurs forward mata uang ini biasanya dimuat dalam Wall Street Journal.
Semenjak diberlakukannya sistem kurs mengambang tersebut, banyak perusahaan dan perbankan, termasuk badan usaha pemerintah, menggunakan forward market untuk mengadakan forward contract. Hal ini bertujuan melindungi transaksi perdagangan dan keuangan internasional dari resiko kerugian dan para pedagang valas yang melakukan spekulasi untuk tujuan mencari keuntungan dari fluktuasi forward rate.
Perusahaan Pesaing
Gambar Lima Elemen Kekuatan Persaingan Dalam Industri Menurut Michael E. Porter
Sumber : Philip Kotler, “Manajemen Pemasaran” (2004, p268)
Perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya selalu mempunyai perusahaan pesaing. Perusahaan pesaing ini selalu berusaha mencapai suatu keunggulan yang maksimal dari perusahaan tersebut. Oleh sebab itu perusahaan tersebut harus mempunyai suatu pandangan dan penilaian tentang pesaingnya. Perusahaan dapat unggul dari pesaingnya apabila perusahaan mengerti dan tahu peran yang dimainkan persaingan dan bagaimana perusahaan memposisikan diri berhadapan dengan pesaing.
Menurut Philip Kotler (2004, p268), “Michael Porter mengidentifikasi lima kekuatan yang menentukan daya tarik laba jangka panjang intrinsik dari suatu pasar atau segmen pasar. Lima kekuatan tersebut adalah pesaing, pendatang potensial, substitusi, pembeli, dan pemasok.”
Menurut Philip Kotler – Gambar 2.5 (2004, p268), “Lima ancaman yang ditimbulkan dari kekuatan tersebut adalah :
1. Ancaman persaingan segmen yang ketat
Suatu segmen menjadi tidak menarik jika ia telah memiliki pesaing yang banyak, kuat atau agresif. Ia bahkan menjadi lebih tidak menarik jika segmen tersebut stabil atau menurun, penambahan kapasitas pabrik dilakukan dalam jumlah, biaya tetap tinggi, penghalang untuk keluar besar, atau jika pesaing memiliki kepentingan yang besar untuk tinggal dalam segmen tersebut.
2. Ancaman pendatang baru
Daya tarik suatu segmen berbeda – beda menurut tingginya penghalang untuk masuk dan keluarnya. Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki penghalang untuk masuk yang tinggi dan penghalang untuk keluar yang rendah. Sedikit perusahaan baru yang dapat memasuki industri, dan perusahaan yang berkinerja buruk dapat dengan mudah keluar. Jika penghalang untuk masuk dan penghalang untuk keluar tinggi, potensi laba tinggi, namun perusahaan menghadapi resiko yang lebih besar karena perusahaan yang berkinerja buruk harus tinggal dan berjuang keras disana.
3. Ancaman produk substitusi
Suatu segmen menjadi tidak menark jika terdapat substitusi aktual atau potensial dari suatu produk. Substitusi membatasi harga dan laba yang dapat dihasilkan oleh suatu segmen. Jika kemajuan teknologi atau persaingan meningkat di industri substitusi tersebut, harga dan laba dalam segmen tersebut mungkin akan menurun.
4. Ancaman peningakatan kekuatan posisi tawar pembeli
Suatu segmen tidak menarik jika pembeli memiliki kekuatan posisi tawar menawar yang kuat atau semakin meningkat. Pembeli akan berusaha untuk memaksa agar harga di turunkan, meminta lebih banyak mutu dan pelayanan, serta membuat para pesaing saling beradu, yang semuanya menjadi beban bagi profitabilitas penjual.
5. Ancaman peningkatan kekuatan posisi tawar menawar
Suatu segmen menjadi tidak menarik jika para pemasok perusahaan mampu menaikkan harga atau mengurangi kuantitas yang mereka pasok. Pemasok cenderung menjadi kuat jika mereka terkonsentrasi atau terorganisir, terdapat sedikit substitusi, produk yang dipasok adalah produk masukan yang penting, biaya berpindah pemasok tinggi, dan jika pemasok dapat melakukan integrasi ke hilir. Pertahanan yang terbaik adalah membangun hubungan menang – menang dengan pemasok atau memakai berbagai sumber pasokan.
Kerangka Pemikiran
Gambar Skema Kerangka Pemikiran
Sumber : Data Diolah
PT. Citra Logam Alpha Sejahtera adalah salah satu perusahaan yang mengolah timah, dimana harga timah ditentukan oleh LME (London Material Exchange) yang menggunakan kurs dollar untuk seluruh dunia. Maka dari itu pembelian timah yang dilakukan oleh PT. Citra Logam Alpha Sejahtera ini juga menggunakan harga dollar atau mengikuti kurs dollar untuk pembayarannya. Mengingat resiko fluktuasi yang cukup besar apalagi untuk negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, maka perusahaan perlu memikirkan cara untuk dapat meminimalkan resiko fluktuasi kurs valas. Untuk itu dilakukan analisis yang menggunakan hedging yakni forward contract atau future contract dan open position atau tanpa hedging sehingga akan diketahui seberapa besar nilai yang dapat diminimalkan.
Metodologi Penelitian
Jenis dan Metode Penelelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan obyek penelitian secara keseluruhan dan sifatnya adalah mengungkapkan fakta setelah ada kejadian. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, yaitu penelitian tentang suatu subyek yang berkenaan dengan fase spesifik dari keseluruhan personalitas.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini memfokuskan pada pencarian bahan-bahan pendukung seperti teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Pencarian dilakukan dengan membaca buku- buku literatur dan buku–buku terkait lainnya.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini memfokuskan pada pencarian data dan informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dilakukan dengan meninjau langsung ke perusahaan yang menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini dapat diperoleh gambaran nyata atas masalah–masalah yang dihadapi perusahaan.
Dalam penelitian lapangan digunakan beberapa cara, yaitu:
a. Observasi (Pengamatan)
b. Yaitu melakukan pengamatan untuk memperoleh gambaran yang tepat mengenai keadaan dan kegiatan–kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Interview (Wawancara)
Interview dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab langsung dengan direktur dan bagian Keuangan terkait mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan suatu kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.
Tabel Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran
Variabel
|
Dimensi
|
Indikator
|
Pengukuran
|
1. Hedging
|
Forward
hedging
|
Harga future
valas
|
SRx(B − A)
xT
100xDB
|
2. Risiko
fluktuasi
valas
|
Variabilitas
valas
|
1. Premium
atau
Discount
2.
Variance (Risk)
|
1. Forward Rate VS Spot rate
2. (Kebutuhan Valas X Spot Rate)
VS (Kebutuhan
Valas
X Forward Rate)
|
Sumber: Kerangka Pemikiran teoritis
Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif, yaitu dengan menggunakan analisa hedging forward contract dengan rumus Hamdy Hady (2006, p74-75) adalah
Forward Rate = Spot Rate + Swap Point
Swap Point =
SRx(B − A) xT
100xDB
Forward Rate dikatakan sebagai Premium jika, Forward Rate > Spot Rate
Forward Rate dikatakan sebagai Discount jika, Forward Rate < Spot Rate
Resiko Valas = (Kebutuhan Valas X Spot Rate) – (Kebutuhan Valas X Forward Rate)
Keterangan:
A = Base Currency Interest rate = IDR
B = Counter Currency Interest rate = USD SP= Spot Point
T = Time in days
DB = Day basis for the year = 360 hari
Kelemahan Teknik Analisis Data
Berdasarkan pendapat Hamdy Hady (2006, p191-192) beberapa kelemahan teknik analisa data dengan menggunakan hedging adalah:
1. Sulit menentukan tingkat income atau earning yang relatif tepat untuk masing–masing subsidiary. Misalnya earning MNC-USA ternyata lebih besar daripada GBP20,000,000 yang di-hedging –kan, tentu perusahaan akan mengalami translation loss.
2. Forward contract tidak selalu dapat dilakukan atau tersedia untuk semua mata uang.
Untuk mengatasi ini, biasanya dapat dilakukan dengan money market hedging untuk mengantisipasi translation exposure. Income yang diperoleh dari manipulasi money market hedging ini dapat digunakan untuk menutupi sekurang–kurangnya sebagian dari translation loss sebagai akibat depresiasi dari valas subsidiary. Akan tetapi, strategi ini hanya dapat dilakukan dalam hal tidak terdapat ketentuan pembatasan atau control lalu lintas valas atau devisa.
3. Gain atau loss dari hedging forward contract akan dicerminkan oleh perbedaan antara forward rate atau future spot rate yang pada akhirnya akan tercermin pula pada translation gain atau translation loss. Akan tetapi, dalam hal terjadi translation loss tidak akan diperoleh pemotongan pajak. Sebaliknya, dimana hal terjadi translation gain tetap akan dikenakan pajak.
4. Keterbatasan keempat strategi hedging forward contract ataupun hedging money market atas transaction exposure memungkinkan meningkatnya transaction exposure. Misalnya dalam situasi valas dari subsidiary mengalami apresiasi dalam satu tahun fiskal sehingga perusahaan mendapatkan translation gain. Jika perusahaan menetapkan suatu hedging strategy pada awal tahun fiskal, tentu strategi ini akan menimbulkan suatu translation loss yang akan mengkompensasikan atau off – setting terhadap translation gain diatas.