Pengertian Efisiensi Menurut Para Ahli
Efisiensi dan efektivitas merupakan 2 macam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban.
Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh agus Maulana dalam bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen”,pengertian efisiensi adalah sebagai berikut:
“Efisiensi diartikan sebagai kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus dicapai oleh perusahaan”. (Agus Maulana, 1997:46)
Dalam kamus besar pengertian efisiensi adalah:
“ Kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang waktu,tenaga dan biaya)”. (1995 : 250)
Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi dan manajemen, diantara adalah pengertian Efisiensi menurut Malayu S.P Hasibuan yaitu :
“Perbandingan terbaik antara input (masukan ) dan output (hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang digunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas”. (1994 ; 07)
Sedangkan menurut Supriyono dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen II” mendefinisikan efisiensi sebagai berikut:
“Efisiensi adalah juka suatu unit dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan”. (1997:35)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar.
Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut :
- Menggunakan sumber, atau biaya atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.
- Mengguanakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.
Pengertian Biaya
Biaya adalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi laba. Jika biay lebih besar dari pada pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian, tetepi jika biaya lebih kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mngalami untung.
Menurut Mulyadi menjelaskan pengertian biaya sebagai berikut:
“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit Biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.” (2000:8)
Menurut Roger LeRoy Miller dalam bukunya “Teori Mikroekonomi Intermediate” mengatakan bahwa :
“Biaya dalam ekonomi adalah Opportunity Cost, sebagai salah satu nilai suatu sumber dalam penggunaan.”. (2000:295)
Sedangkan pengertian biaya menurut R.A Supriyono dalam bukunya “akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok” mengatakan bahwa:
“Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Biaya dogolongkan kedalam harga pokok penjualan, biaya administrasi dan umum, biaya bunga dan biaya pokok persediaan”. (1999:16)
Dari tiga pengertian menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah pengorbanan ekonomi yang dapat diukur dengan satuan uang yang digunakan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan tertentu.
Penggolongan Biaya
Dalam Akuntansi Biaya, biaya digolongkan dengan berbagi macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Menurut Mulyadi dalam bukunya “Akuntansi Biaya” (2000:301) bahwa biaya dapat digolongkan menurut:
1. Objek pengeluaran
Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
2. Fungsi Pokok Dalam Perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu: fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok:
a. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah: biaya depresiasi mesin dan equipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi tiga yaitu: bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
b. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah: biaya iklan biaya promosi, biaya angkutan dari perusahaan kegudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran.
c. Biaya Administrasi dan Umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiayan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah gaji karyawan bagian keuangan, akuntansi personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan dan biaya fotocopi.
3. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. .
b. Biaya Tidak Langsung (Undirect Cost)
Biaya tidak langsung (undirect cost) adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu.
4. Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi :
a. Biaya Variable
Biaya variable adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variable adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya Semivariabel
Biaya Semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsure biaya tetap dan unsur biaya variable.
c. Biaya Semifixed
Biaya Semifixed adalah biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
d. Biaya Tetap
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlah total produksinya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji Direktur produksi.
5. Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran, pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.
b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja.
Pengertian Biaya Usaha
Menurut Mulyadi dalam bukunya “ Akuntansi Biaya” (2000:301) menyatakan Bahwa Biaya Usaha adalah:
“Biaya – biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk”.
Yang termasuk Biaya-biaya Usaha yaitu biaya-biaya yang berhubungan dengan administrasi dan umum diantaranya:
- Biaya gaji karyawan
- Biaya ATK
- Biaya Foto Copy
- Biaya Ansuransi
- Biaya Penyusutan
- Dan Biaya lain-lain.
Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Didalam perkoperasian sisa hasil usaha (SHU) sama dengan laba. SHU adalah keuntungan bersih yang didapat oleh perusahaan setelah hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan produksi, operasional, pemasaran, dan lain-lain.
Definisi SHU menurut Samyono dalam bukunya “Perkoperasian” adalah:
“SHU yang diperoleh dari kegiatan utama perusahaan yang merupakan selisih dari pendapatan bersih dengan harga pokok penjualan dan beban usaha”.(1999 :98)
Adapun pengertian SHU menurut Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, Bab IX Pasal 45, adalah :
- Sisa Hasil Usaha koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
- Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan dibagikan kepada anggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota [1]dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan lain dari koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota.
- Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.
Dari Sisa Hasil Usaha ini, disisihkan sebagian untuk cadangan dan dana-dana koperasi yang besarnya ditetapkan dalam rapat anggota. Sebagian lagi Sisa Hasil Usaha ini dibagikan kepada anggota sesuai dengan besarnya kontribusi anggota terhadap pendapatan koperasi. Hasil dari pembagian SHU ini berarti anggota telah menerima manfaat berupa manfaat ekonomi tidak langsung.
Jika pendapatan lebih kecil dari beban usaha maka akan timbul kerugian usaha. Pengelolaan usaha koperasi sebagai badan usaha yang bergerak di bidang ekonomi tidak boleh mengabaikan adanya kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau yang disebut sisa hasil usaha (SHU).
Pengaruh Efisiensi Biaya Usaha Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Menurut Bambang hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen” (2000:385), menyatakan bahwa :
Didalam bisnis apapun terdapat tiga kemungkinan cara untuk meningkatkan laba :
1. Meningkatkan volume penjualan
2. Menaikkan harga penjualan
3. Mengurangi biaya
Selain itu, menurut Bambang Hariadi dalam bukunya “Akuntansi Manajemen (Suatu Sudut Pandang)”, menyatakan bahwa:
“Meningkatkan Efisiensi Biaya merupakan juga sisi lain dari upaya ke arah peningkatan laba”.(2002:385)
Berdasarkan penjelasan di atas, laba pada koperasi disebut dengan sisa hasil usaha (SHU), jadi dapat dinyatakan apabila terdapat efisiensi biaya (biaya usaha) pada koperasi maka sisa hasil usaha (SHU) akan meningkat.
Apabila realisasi biaya usaha teralokasi secara optimal artinya dilakukan dengan seefisien mungkin (realisasi biaya usaha lebih kecil dari anggaran biaya usaha), maka akan memperoleh sisa hasil usaha (SHU) yang maksimal. Hal ini bisa terjadi oleh kecilnya biaya keseluruhan, karena adanya pengefisienan biaya yang mengurangi pendapatan. Semakin besar pendapatan dari biaya-biaya maka akan semakin besar sisa hasil usaha (SHU) yang didapatkan
Dapat dikatakan bahwa, apabila efisiensi biaya usaha disusun secara matang (antara anggaran dengan realisasi) maka akan berpengaruh baik terhadap perolehan sisa hasil usaha (SHU).