Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa Latin
“angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.
Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah
fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya
sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.. Kecemasan berfungsi sebagai
mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada
bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat
sampai ego dikalahkan.
Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif
mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan
ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menyenangkan ini umumnya menimbulkan gejala-gejala fisiologis (seperti gemetar,
berkeringat, detak jantung meningkat, dan lain-lain) dan gejala-gejala psikologis (seperti
panik, tegang, bingung, tak dapat berkonsentrasi, dan sebagainya).
Perbedaan intensitas
kecemasan tergantung pada keseriusan ancaman dan efekivitas dari operasi-operasi
keamanan yang dimiliki seseorang. Mulai munculnya perasaan-perasaan tertekan, tidak
berdaya akan muncul apabila orang tidak siap menghadapi ancaman.
a. Kecemasan Merupakan Pengalaman Emosional
Reaksi emosional/cemas terhadap situasi yang menekan merupakan bagian dari
pengalaman manusia sehari-hari. Kecemasan memiliki tingkatan tertentu yaitu kecemasan
yang wajar atau tidak. Kecemasan yang wajar tidak akan mengganggu kehidupan manusia sehari-hari, dan akan mendorong individu untuk lebih berhati-hati dalam menghadapi situasi
yang mengancam (Barstein, 1994).
Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-pengalaman baru
seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan bayi (Stuart & Sundeen,
1993). Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar.
Hal ini ditunjukkan
dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak secara efektif terhadap tuntutan lingkungan
(Mischel, 1991). Individu akan belajar dari pengalaman kegagalan memenuhi tuntutan
lingkungan yang mengancam. Individu yang merasa terancam akan menimbulkan
kecemasan. Kecemasan sebagai sesuatu emosi yang muncul dari pengalaman subyektif
individu biasanya tidak dapat dikenali secara nyata. Hal ini berdasarkan pernyataan bahwa
”Emosi yang tidak disertai dengan obyek yang spesifik biasanya dibangkitkan oleh sesuatu
yang tidak dikenal.”(Stuart & Sundeen, 1993).
Kecemasan merupakan perasaan subyektif yang dialami oleh individu.
Hal ini
disebabkan oleh situasi-situasi yang mengancam sehingga menyebabkan ketidakberdayaan
individu (Freud, 1954). Kecemasan pada tingkat tertentu dapat dianggap sebagai bagian dari
respon normal untuk mengatasi masalah sehari-hari. Kecemasan merupakan suatu penyerta
normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba serta
penemuan identitas diri dan juga menemukan arti hidup. (Kaplan, dkk, 1996). Whitehead,
(1985) juga mengemukakan kecemasan sebagai pengalaman individu yang timbul karena
menghadapi konflik, ketegangan, ancaman kegagalan, maupun perasaan tidak aman. Individu
yang mengetahui penyebab sumber kecemasannya merupakan suatu pertanda bahwa
kecemasan tersebut adalah suatu emosi yang wajar.
b. Kecemasan Merupakan Hasil dari Situasi yang Mengancam
Kecemasan ditandai dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut. Segala bentuk
situasi yang mengancam kesejahteraan organisme dapat menyebabkan kecemasan (Atkinson,
1996). Situasi yang mengancam meliputi ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, dan
tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga dapat menyebabkan kecemasan.
Kecemasan merupakan akibat dari suatu konflik, ketegangan, ancaman kegagalan maupun
perasaan tidak aman (Whitehead, 1985).
Individu yang merasa berada pada suatu kondisi yang tidak jelas akan menimbulkan
kecemasan, contohnya: khawatir akan kehilangan orang yang kita cintai, perasaan-perasaan
bersalah dan berdosa yang bertentangan dengan hati nurani, dan sebagainya (Kartono, 1981).
Hal ini juga dinyatakan Branca (1946), bahwa kecemasan merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan karena individu mengalami frustasi dan ketidakpastian tentang apa yang
terjadi dimasa yang akan datang, juga adanya suatu ancaman tentang kegagalan dan rasa sakit
yang akan dialaminya.
Kecemasan merupakan bagian dari kondisi manusia yang dianggap
mengancam keberadaan individu. Hal ini dinyatakan (May, 1950) cemas merupakan afek
atau perasaan yang tidak menyenangkan dan dapat berupa ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul akibat sesuatu yang mengecewakan serta ancaman terhadap
keinginan pribadi.
Kecemasan sebagai suatu tanda bahaya yang membuat orang bersangkutan waspada
dan bersiap diri melakukan upaya untuk mengatasi ancaman yang bersifat internal, dan tidak
jelas.
Kecemasan merupakan pengantisipasian terhadap bahaya. Menurut Davidoff, (1987)
kecemasan adalah emosi yang dikarakteristikkan oleh keadaan pemikiran dan
pengantisipasian terhadap bahaya. Hal ini muncul dikarenakan keputusasaan individu yang
tidak mampu menyelesaikan masalahnya (Hurlock, 1978). Kecemasan digunakan untuk
menggambarkan respon seseorang yang berada dalam bahaya. Sumber bahaya tersebut tidak
bisa diidentifikasi dengan jelas (Chruden & Sherman, 1972).
Kecemasan merupakan implementasi rasa aman dari situasi yang mengancam. Hal ini
berdasarkan Kartono, (1992) yang menyatakan bahwa situasi kecemasan seperti ini biasanya
dialami saat seorang wanita menjalani kehamilan dan persalinan. Kebutuhan rasa aman ini
menyangkut kegelisahan dan ketakutan yang dialami oleh ibu hamil.
c. Gejala Fisik, Psikologis, Sosial dari Kecemasan
Adanya gejala-gejala fisik maupun psikologis yang menyertai kecemasan dapat
dijelaskan sebagai berikut: gejala fisik meliputi telapak tangan basah, tekanan darah
meninggi, badan gemetar, denyut jantung meningkat dan keluarnya keringat dingin. Hal ini
berdasarkan (Maramis, 1980; Sulistyaningsih, 2000) bahwa gejala-gejala fisik yang
menyertai kecemasan adalah palpitasi, keringat dingin, telapak tangan basah, denyut jantung
meningkat, serta keluarnya keringat dingin
Perubahan fisik yang dialami ibu hamil yang lain adalah perubahan pada kulit.
Perubahan tersebut adalah munculnya melasma, jerawat, varises, dan noda peregangan kulit.
Melasma adalah pigmentasi kulit yang menjadi lebih gelap di sekitar mata, pipi, dan kadang
di atas bibir. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengarih melanophore stimulating hormone
yang meningkat (Sarwono, 1976). Varises, spider veins yang lebih dikenal dengan pecahnya
pembuluh darah halus. Hal ini disebabkan volume darah bertambah seiring dengan tekanan
yang dilakukan oleh calon bayi pada pembuluh darah. Varises ini biasanya akan hilang
setelah melahirkan, tetapi tidak jarang juga masih ada setelah melahirkan. Noda peregangan
merupakan masalah yang paling umum dialami wanita hamil. Saat kulit meregang, muncul
bintik kemerahan dan gatal.
Kulit yang kemerahan akan menjadi gelap sehingga bagian di
sekitarnya akan tampak lebih terang. Hal ini dapat dihilangkan dengan mengoleskan Vitamin
E atau Minyak Zaitun.
Kecemasan merupakan respon terhadap kondisi stres atau konflik. Rangsangan berupa
konflik, baik yang datang dari luar maupun dalam diri sendiri. Hal ini akan menimbulkan respon dari sistem syaraf yang mengatur pelepasan hormon tertentu. Akibat pelepasan
hormon tersebut, maka muncul perangsangan pada organ-organ seperti lambung, jantung,
pembuluh darah maupun alat-alat gerak. Selain itu juga dapat memicu Sistem Simpatis
sebagai mekanisme pertahanan tubuh. Sistem ini menutup arteri-arteri yang mengalir ke
organ-organ yang tidak esensial untuk pertahanan.
Sistem simpatis ini mempersiapkan tubuh
untuk menghadapi kondisi darurat dan bahaya (Mongan, 2005:55)
Individu yang mengalami ancaman akan mengakibatkan perubahan-perubahan
fisiologik dari sistem endokrin. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerja dari simpatik
dan parasimpatik susunan syaraf otonom. Gangguan hormonal inilah yang akan
menyebabkan terjadinya perubahan aktivitas metabolik di dalam tubuh (Simandjuntak, dkk,
1984)
Kecemasan akan melibatkan komponen kejiwaan maupun fisik.
Hal tersebut pada tiap
individu bentuknya berbeda-beda. Gejala-gejala tersebut merupakan akibat dari rangsangan
sistem syaraf otonom maupun viceral. Individu akan mengeluh sering kencing atau susah
kencing, mulas, mencret, kembung, perih di lambung, keringat dingin, berdebar-debar, darah
tinggi, sakit kepala, dan sesak nafas.
Ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan individu mengalami kecemasan. Faktorfaktor
tersebut adalah keadaan biologis, kemampuan beradaptasi/ mempertahankan diri
terhadap lingkungan yang diperoleh dari perkembangan dan pengalaman, serta adaptasi
terhadap rangsangan, situasi atau stressor yang dihadapi. Sumber stressor/situasi yang dapat
menyebabkan kecemasan didapatkan dari lingkungan sosial.
Lingkungan sosial mempunyai
aturan-aturan, kebiasaan, hukum-hukum yang berlaku di daerah tertentu. Hal inilah yang
menyebabkan individu harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang ada.
Individu yang tidak dapat menyesuikan diri dengan norma/aturan dalam masyarakat akan menyebabkan ketidakseimbangan dalam diri dan sosialnya, sehingga dapat menimbulkan
kecemasn (Simandjuntak, dkk, 1984).