Landasah Historis Perkembangan Teknologi Pembelajaran
Istilah teknologi pendidikan pada awalnya tidak ada yang tahu siapa yang menemukan istilah tersebut, namun dalam perkembangannya teknologi pendidikan berkembang sangat cepat, hal ini dikarenakan adanya tuntutan dalam upaya memecahkan masalah manusia belajar. Perkembangan teknologi pendidikan tentu tidak terlepas dari perkembangan pembelajaran yang sangat mempengaruhinya.
Pada tahun 1963 definisi formaal teknologi pendidikan disetujui dan dkembangkan oleh DAVI [Komisi Definisi dan Terminologi pada Departemen Pembelajaran Audio-Visual] yang didukung oleh TDP [Proyek Pengembangan Teknologi], dari definisi tersebut memperlihatkan adanya pengaruh sains, rancang-bangun, dan gerakan pendidikan AV. Definisi tersebut, oleh DAVI yang bekerja sama dengan NEA [Asosiasi Pendidikan Nasional] pada tahun 1963 dipublikasikan dengan pengertian sebagai berikut: ”Komunikasi audiovisual merupakan cabang dari teori dan praktek pendidikan terutama pada disain dan penggunaan pesan yang mengendalikan proses belajar. Usaha tersebut yaitu: (a) studi yang menyangkut kelemahan dan kekuatan yang relatif dan unik baik pesan yang bergambar maupun tidak bergambar, yang mungkin dikerjakan dalam proses belajar untuk tujuan lain; dan (b) penyusunan dan sistematisasi pesan yang disampaikan manusia dan instrumen dalam lingkungan pendidikan. Usaha tersebut meliputi perencanaan, produksi, seleksi, manajemen, dan penggunaan komponen dan keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya merupakan efisiensi penggunaan setiap metode dan media komunikasi yang dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan seluruh potensi peserta didik” (Ely, 1963, dalam Anglin 1991)
Dari pengertian tersebut memiliki makna bahwa dalam pendidikan tidak terlepas dari sebuah rancangan pesan seperti apa yang akan disampaikan kepada peserta didik dalam upaya mengendalikan dan membantu peserta didik selama proses belajar. Dalam hal ini juga dapat dipastikan bahwa teknologi pendidikan merupakan sistem, karena memiliki komponen-komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain dalam setiap pelaksanaan pembelajaran.
Pada tahun 1965 konvensi DAVI yang ditetapkan di Milwauke, Wisconsin, dalam diskusi formal membahas tentang perubahan nama, dan pada tahun 1970 organisasi secara resmi mengubah namanya menjadi Asosiasi Teknologi Komunikasi dan Teknologi bidang Pendidikan (AECT). Bagaimanapun istilah ini lebih dikenal dengan istilah yang dipendekan yaitu Teknologi Pendidikan. Perubahan identitas ini terjadi disamping fakta bahwa sebutan organisasi juga mencakup istilah “Komunikasi Pendidikan”. Walaupun para penulis definisi tahun 1963 mempertimbangkan suatu perubahan sederhana dan mendukung untuk adanya perubahan definisi yang baru. Banyak pernyataan yang melukiskan karakteristik suatu profesi pada saat definisi ditulis tahun 1963, namun orang menggunakan tulisan Finn (1963). Ketika bidang AV dianggap sebagai cikal-bakal yang memungkinkan sebagai status profesional, Finn mengidentifikasikan enam karakteristik pada suatu profesional:
Pada tahun 1972 Kenneth Silber memperkenalkan sebuah sistem yang mengkombinasikan ide tentang “open classroom movement” dengan penerapan teknologi pendidikan, dalam hal ini Heinich dan Silber memandang bahwa peran guru harus lebihh mengarah pada fungsi “fasilitator” yang memberikan berbagai kemudahan dalam membantu siswa untuk belajar.
Dari pemahaman di atas, dapat di disimpulkan bahwa terdapat tiga konsep pokok yang ada dalam definisi teknologi pendidikan tahun 1972 yang menjadikannya ciri khas, ketiga konsep pokok ini kemudian disebbut dengan iistlah bidang atau kawasan, yaitu : (1) Sumber belajar dengan lingkup yang luas, meliputi materi, alat (tools/equipment), manusia, dan lingkungan. (2) Belajar individual atau personal, yaitu pembelajaran yang penekanannya pada belajar secara personal dengan bantuan bahan ajar yang daat memenuhi kebutuhan siswa misalnya dengan menggunakan bahan ajar pengajaran berprograma (programmed instruction). (3) Pendekatan sistem, yaitu bahwa pembelajaran merupakan sebuah sistem yang harus ditempuh oleh siswa, misalnya dalam pengajaran berprograma ada beberapa tahapan yang harus dilalui siswa dalam memahami materi. Pendekatan system pada umumnya meliputi: penilaian kebutuhan, pemilihan solusi, pengembangan sasaran, analisis tugas, dan content sesuai dengan tujuan.
Pada tahun 1977 AECT mengubah definisi teknologi pendidikan dari pengertian teknologi pendidikan adalah sebuah bidang yang tercakup didalamnya bagaimana mempermudah manusia belajar melalui identifikasi sistematis, pengembangan, organisasi, dan pemanfaatan sumber belajar secara maksimal melalui manajemen proses. (Ely, 1972.
Januszweski 2001) menjadi lebih kompleks, yaitu proses terintegrasi yang meliputi orang, prosedur, ide, alat dan organisasi, untuk menganalisis masalah-masalah serta merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola solusi terhadap masalah-masalah yang muncul, termasuk ke dalam setiap aspek belajar manusia. Dalam teknologi pendidikan, pemecahan masalah mengambil bentuk seluruh sumber-sumber belajar yang dirancang, dipilih, digunakan, atau ketiganya digunakan untuk belajar; sumber-sumber ini di identifikasi sebagai pesan, orang, materi, alat, teknik, dan setting.
Definisi resmi tentang teknologi pendidikan dapat dipandang sebagai usaha untuk membawa sedikit fragmen dari teori, teknik, dan sejarah dalam literatur AV terhadap suatu pernyataan koheren yang akan mengejar “kemiskinan berfikir” yang ditandai gerakan pendidikan AV. Pengembangan komunikasi AV (kemudian teknologi pendidikan) sebagai suatu teori yang menambahkan “isi intelektual” menjadi praktek AV. Praktek profesional diperkuat ketika komisi menggabungkan konsep komunikasi AV dengan orientasi proses bidang teknik intelektual baru yang menjadi landasan teori.
Perubahan definisi teknologi pendidikan terjadi lagi pada tahun 1994 dengan mengubah istilah teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran. AECT menjelaskan definisi teknologi pembalajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian terhadap proses dan sumber sumber belajar.
Sebagai perbandingan mengenai definisi teknologi pendidikan, berikut pendapat dari beberapa ahli teknologi pendidikan. Menurut Collier et el., dalam Anglin menyatakan bahwa teknologi pendidikan, meliputi aplikasi sistem, teknik untuk mengembangkan proses belajar manusia. Yang memiliki empat karakteristik, yaitu: definisi tujuan untuk mencapai hasil belajar siswa; aplikasi prinsip-prinsip belajar untuk menganalisis dan merestruktur mata pelajaran yang akan dipelajari; memilih dan menggunakan media yang tepat untuk menyampaikan materi; dan menggunakan metode yang tepat untuk menilai penampilan siswa untuk mengevaluasi efektivitas mata pelajaran atau materi.
Sedangkan Silverman mengembangkan dua konsep tentang teknologi pendidikan adalah hubungan antara prosedur dan alat dengan konstruksi teknologi pendidikan, yang berfokus pada analisis masalah belajar, membangun dan menyeleksi instrumen evaluasi, serta memproduksi teknik dan alat, semuanya ini untuk mencapai lulusan yang optimal. ( Silverman, dalam Anglin :1991 p.4 ).