Implementasi Program Gerbang Dayaku Tentang Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penanggulangan Kemiskinan : Pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), meingindikasikan bahwa suatu pembangunan dapat berkesinambungan apabila ekonomi rakyat berkembang, dengan basis ekonomi yang kuat ketahanan pereokonomian tidak akan terguncang oleh faktor internal dan eksternal guna mengembangkan perekonomian rakyat.
Konsef pembangunan yang berkelanjutan ini dapat dicirikan : (1) Pembanguanan yang berdimensi pelayanan sosial dan diarahkan pada kelompok sasaran melalui pemenuhan kebutuhan pokok berupa pelayanan sosial disektor kesehatan dan gizi, sanitasi, pendidikan, dan peningkatan pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat; (2) Pembangunan yang ditujukan pada pembangunan sosial seperti terwujud keadilan, pemerataan dan peningkatan budaya serta menciptakan kedamaian; (3) Pembangunan yang diorientasikan pada manusia untuk berbuat (subyek pembangunan) melalui People Centered Develoment dan Promote the Empawering People (UNCRD, 1990 dalam Supriyatna, 2000:17-18).
Pembangunan di era Orde Baru sering disebut menggunakan pola top down. Pada pola top down, segala sesuatunya banyak bergantung pada pemerintah. Pola pembangunan ini, selain memiliki kelebihan, juga banyak kelemahannya. Aspek fisik sarana prasarana yang ada merupakan bukti konkrit dari keberhasilan pembangunan yang telah dilaksanakan. Tetapi ada aspek yang kurang tergarap, yaitu partisipasi masyarakat. Padahal sasaran pembangunan adalah masyarakat, dengan demikian partisipasi masyarakat memegang peranan yang sangat besar.
Kebalikan dari pola pembanguanan top down adalah battom up, dalam pola pembangunan bottom up ini masyarakat dilibatkan secara langsung mulai perencanaan sampai pada proses pelaksanaan hingga monitoring dan pengawasan (Naim, 1999 : 35).
Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde baru menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan secara presentase. Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang lain sehingga muncullah ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam menterjemahkan konsep tersebut ke dalam program operasional yang mantap. Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi apatis terhadap pembangunan, masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.
Suatu pendekatan baru diajukan, yang terkenal dengan sebutan people centered development atau pembangunan yang diperuntukkan untuk kepentingan rakyat. Pusat perhatian dari people centered development adalah perkembangan manusia (human-growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity), dan keberlanjutan (sustainability). Logika yang mendominasi paradigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia (balance human ecology), sumber pembangunannya yang utama adalah informasi dan prakarsa yang kreatif yang tidak akan pernah habis, dan tujuan yang utama adalah perkembangan aktualisasi yang optimal dari potensi manusia (Korten, 1988:21). Paradigma ini memberikan peranan kepada individu, bukan sebagai obyek, akan tetapi sebagai pelaku (aktor) yang menentukan tujuan yang hendak dicapai, menguasai sumber-sumber, mengarahkan proses yang menentukan hidup mereka (Tjokrowinoto, 1996:58). Paradigma ini merupakan suatu perspektif pembangunan dalam konteks pemberdayaan masyarakat yang memberikan ruang gerak yang sangat penting bagi kekuatan di luar negara untuk ikut terlibat secara aktif dalam proses Pembangunan Nasional bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini masih terpuruk akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kepercayaan terhadap masyarakat dalam melaksanakan pembangunan disegala bidang perlu dibangkitkan. Masyarakat berhak untuk dilibatkan dalam merencanakan, melaksanakan, dan memelihara setiap hasil pembangunan. Begitu pula dalam mengelola keuangan, rasa memiliki terhadap pelaksanaan pembangunan harus ditumbuh kembangkan.
Tantangan pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan terutama dinegara-negara berkembang yang miskin, kualitas hidup yang baik memang mensyaratkan adanya pencapaian yang lebih tinggi, dan itu hanya merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya yang juga harus dapat diperjuangkan yakni pendidikan, kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, penyelenggaraan kehidupan budaya. Dengan demikian hakekat dari pembangunan harus menampakkan adanya perubahan pada suatu masyarakat atau terjadinya penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan atau sebagian dengan tanpa mengabaikan kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan “lebih baik” secara material dan sepiritual (Todaro, 1997 : 53).
Menurut Chamber (1987:145) inti dari masalah kemiskinan dan kesenjangan sebenarnya terletak pada apa yang disebut deprivation trap atau perangkap/jebakan kemiskinan. Secara rinci, deprivation trap terdiri dari lima unsur sebagai penyebab kemiskinan yaitu ketidakberdayaan (powerlessness), kerawanan/kerentanan (vulnerability), kelemahan pisik (Physical weakness), kemiskinan (poperty), dan isolasi (isolation). Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama lain sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang benar-benar berbahaya dan mematikan peluang hidup orang/keluarga miskin. Kebijakan yang bersifat memberdayakan masyarakat, seperti penanggulangan kemiskinan, sebaiknya diselenggarakan pemerintah bersama dengan masyarakat, ( Riant, 2004 :180).
Program Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Program Gerbang Dayaku, yang berisi rencana arah kebijakan penyelenggaraan pembangunan daerah. “Gerbang Dayaku” terdiri dari dua kosa kata, yakni kata “Gerbang” dan kata “Dayaku”. Secara harfiah kata “Gerbang” bisa diartikan “pintu depan” atau “pintu pengantar”. Sedangkan “Dayaku” bisa diartikan “kekuatan diri” atau “kekuatan kemandirian”. Maka Gerbang Dayaku bisa diartikan sebagai “pintu pembuka kekuatan diri” atau “pintu pengantar kekuatan kemandirian”.
Secara konotatif Gerbang Dayaku memilik makna khusus. Ungkapan tersebut merupakan akronim atau kepanjangan dari kata “Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Kutai”. Yakni sebuah konsep model pendekatan Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara yang berbasis pada pemberdayaan semua komponan. Baik instansi pemerintah, legislatif, masyarakat maupun para investor swasta. Keterlibatan masyarakat dalam program ini merupakan faktor yang sangat penting dalam menjamin keberhasilan, kesinambungan dan pengembangan setiap program pembangunan prasarana/sarana lingkungan yang dibangun secara maksimal. Sebagai program pembangunan yang berpaham kerakyatan, maka program ini mengisyarakan adanya “pemberdayaan masyarakat lokal”.
Dalam kaitan ini, peran program Gerbang Dayaku keberadaannya diharapkan melalui program-programnya dapat memberikan kontribusi bagi upaya-upaya penanggulangan masalah kemiskinan yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara pada umumnya dan pada khususnya di desa dilakukannya penelitian ini, serta dalam implementasi program untuk dapat memberdayaan masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan agar kualitas hidup masyarakat dapat ditingkatkan, terutama yang berada di lapisan bawah.
PERMASALAHAN
Atas uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut : Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan dari implementasi Program Gerbang Dayaku ? Tujuannya untuk mendiskripsikan dan menganalisis pemberdayaan masyarakat dari implementasi Program Gerbang Dayaku dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Fokus utama dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Implementasi Program Gerbang Dayaku dengan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Penanggulangan Masalah Kemiskinan”. Di samping itu penelitian ini difokuskan pada proses deskripsi dan pemberian makna dari berbagai faktor yang berhubungan dengan upaya masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang tersedia, guna pemberdayaan dari ekonominya sehingga dapat mengembangkan usaha serta terjaminnya keberlanjutan usaha dalam rangka meningkatkan perekonomian dalam jangka panjang.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pendekatan Kualitatif. Desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, secara sengaja (purposif) ditetapkan sebagai lokasi penelitian karena memiliki beberapa keunikan dan permasalahan tersendiri dibanding dengan desa lainnya yang ada di Kecamatan Tenggarong Seberang, di samping merupakan daerah penerima dana dan pelaksanaan Program Gerbang Dayaku. Pengumpulan Data dilakukan dengan Wawancara mendalam, wawancara yang digunakan adalah berbentuk tidak terstandar tanpa menyusun daftar pertanyaan yang ketat. Pada waktu mengadakan wawancara tidak terstruktur ini, pertanyaan-pertanyaan dilakukan secara bebas pada pertanyaan-pertanyaan yang masih bersifat umum, dari suatu topik ke topik lainnya. Selanjutnya dilakukan wawancara secara terfokus dengan pertanyaan yang tidak memiliki struktur tertentu, tetapi selalu berpusat pada topik tertentu. Dalam penelitian ini tehnik analisis data yang akan digunakan adalah menggunakkan model interaktif. Model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Hubermen (1992:17-20).
PEMBAHASAN
Berdasarkan deskripsi data, maka dapatlah dikemukakan beberapa temuan penelitian pada Penelitian Implementasi Program Gerbang Dayaku Tentang Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Kemiskinan di Kecamatan Tenggarong Seberang Desa Teluk Dalam.
A. Sosialisasi Program Gerbang Dayaku Kepada Masyarakat Desa
Program Gerakan Pembangunan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) merupakan program unggulan dan mendapat prioritas daerah, karena merupakan reformasi program pembangunan yang ada sebelumnya, dengan tujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka usaha mempercepat penghapusan kemiskinan terutama di masyarakat pedesaan.
Dalam usaha mensosialisasikan program tersebut maka perlu dilakukan kegiatan terpadu oleh pemerintah daerah kabupaten dan seluruh jajaran masyarakat baik swasta, perguruan tinggi dan masyarakat luas. Program terpadu secara menyeluruh tersebut akan melibatkan berbagai instansi pemerintah maupun lintas sektoral, melalui koordinasi dengan pemerintah kabupaten atau pemerintah kecamatan dan seterusnya pemerintah kecamatan melakukan koordinasi dengan pemerintah desa tempat di mana diimplementasikannya program Gerakan Pembangunan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku).
B. Pemberdayaan Masyarakat Desa Pada Program Gerbang Dayaku
Secara umum, bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat adalah partispiasi masyarakat dalam mengimplementasikan program Gerakan Pembangunan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) dalam mengentaskan kemiskinan di Desa Teluk Dalam meliputi tiga hal, yaitu : Pertama, partisipasi dalam kelompok masyarakat di desa; Kedua, partisipasi dalam proses pembinaan, pelatihan-pelatihan, pemandirian, hingga mampu mandiri dan profesional dalam mengelola usaha; dan Ketiga, partisipasi sebagai penerima bantuan proyek program Gerbang Dayaku.
C. Partisipasi dalam Kelompok Masyarakat
Berdasarkan keterangan para informan Kepala Desa dan Aparatur Desa Teluk Dalam serta tokoh masyarakat yang peneliti anggap sebagai informan kunci dan pengamatan penelitian di lapangan bahwa pembentukan kelompok masyarakat telah ada jauh sebelum program Gerbang Dayaku akan diluncurkan, di seluruh Desa Teluk Dalam dibagi menjadi kelompok-kelompok masyarakat. Dan masing-masing kelompok masyarakat dipimpin oleh seorang ketua dan jumlah anggotanya bervariasi tidak sama antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya. Di samping pembentukan kelompok masyarakat tersebut di atas masih dibentuk lagi kelompok-kelompok tani. Dengan adanya kelompok masyarakat dan kelompok tani tersebut merupakan wadah bagi warga masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam mengimplementasikan program Gerbang Dayaku.
D. Partisipasi dalam Proses Pembinaan dan Pelatihan Pemandirian Masyarakat
Sebagaimana telah disinggung pada bagian terdahulu bahwa proses pembinaan, pelatihan pemandirian sehingga warga mampu mandiri dalam mengelola usahanya diharapkan berkesinambungan, sehingga masyarakat yang mngikuti pelatihan khususnya anggota kelompok masyarakat diharapkan dapat mengembangkan dan mengelola kegiatan usahanya ke arah yang produktif. Adapun pelatihan dan bimbingan yang diadakan dalam program Gerbang Dayaku di Desa Teluk Dalam antara lain :
1. Bimbingan Teknis Organisasi dan Manajemen Koperasi.
2. Sosialisasi Penggunaan Tungku dan Briket Batubara pada Industri Kecil Menengah (IKM) Pengolahan Makanan Kerupuk/Tempe/Kue Kering dan Pandai Besi.
3. Pemberdayaan Perhimpunan Petani Pemakai Air (P3A).
4. Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Desa.
5. Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Mandiri.
E. Partisipasi Warga Masyarakat Sebagai Penerima Bantuan
a. Partisipasi Sebagai Penerima Bantuan Langsung
Penerima bantuan langsung baik sebagai pribadi, kelompok tani/masyarakat atau warga masyarakat desa adalah bentuk konkrit partisipasi serta dukungan masyarakat desa terhadap program Gerbang Dayaku yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Di Desa Teluk Dalam dengan program Gerbang Dayaku, menurut peneliti partisipasi masyarakat yang menerima bantuan langsung dapat dicontohkan seperti antara lain : Subsidi BP3, Bantuan Rehabilitasi Kebun Karet, Rehabilitasi Rumah Ibadah, Pengadaan Obat-obatan dan lain sebagainya.
b. Partisipasi Sebagai Penerima Bantuan Tidak Langsung
Penerima bantuan tidak langsung adalah warga masyarakat desa secara keseluruhan baik pribadi, sebagai anggota kelompok tani/masyarakat maupun sebagai anggota masyarakat desa. Walaupun bentuk partisipasi sebagai penerima bantuan tidak langsung ini sulit diidentifikasi namun peneliti mencoba menguraikan beberapa hasil pengamatan lapangan terhadap program yang diluncurkan di Desa Teluk Dalam antara lain : Normalisasi/Rehabilitasi Saluran Irigasi, Pengembangan Sentra
F. Dampak Implementasi Program Gerbang Dayaku Terhadap Masyarakat Miskin
Program Gerakan Pembangunan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) diluncurkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara pada T.A 2001. Drs. H. Syaukani HR., Bupati Kutai Kartanegara mengatakan : “Seiring dengan dimulainya Otonomi Daerah, merupakan suatu momentum untuk mengembangkan dan memberdayakan masyarakat khususnya di pedesaan”.
Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Program Satu Desa Dua Milyar mencoba untuk memberdayakan masyarakat di pedesaan melalui Tiga Program Strategis, yaitu : Pembangunan Infra Struktur, Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan. Sejak saat itu Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara berusaha untuk mengatasi kemiskinan yang dialami warga masyarakatnya terutama yang tinggal di pedesaan, karena merekalah yang paling menderita baik karena terkena dampak krisis ekonomi yang sedang melanda bangsa Indonesia maupun karena memang belum pernah tersentuh pembangunan.
Berdasarkan data dan informasi yang peneliti peroleh bahwa di Desa Teluk Dalam masih terdapat 62 Kepala Keluarga yang digolongkan ke dalam keluarga miskin, yang kemudian disebut dengan Pra Sejahtera (PS) dan Keluarga Sejahtera I (KS I). Maka melalui program Gerakan Pembangunan dan Pemberdayaan Kutai (Gerbang Dayaku) Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara didukung Perangkat Desa Teluk Dalam bertekad menghapuskan keadaan tersebut minimal menguranginya. Oleh karena itu Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I tersebut selain menerima bantuan langsung dari pemerintah kabupaten berupa santunan Rp. 100.000,- per KK/bulan (program lain dari Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara tetapi masih dalam bingkai Program Gerbang Dayaku) dan juga mereka mendapat jatah beras murah untuk keluarga miskin (RASKIN).
Kemudian untuk masyarakat desa Teluk Dalam yanga tidak dapat sekolah untuk usia tujuh sampai dengan lima belas tahun, untuk tahun 2006 berjumlah sembilan orang, masing-masing laki-laki dua orang dan perempuan tujuh orang. Pada tahun 2007 jumlah anak usia tujuh sampai lima belas tahun yang tidak sekolah jumlahnya menjadi hanya empat orang, yang terdiri dari laki-laki empat orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah anggota masyarakat desa Teluk Dalam Kecamatan Tenggarong Seberang yang tidak bersekolah pada tahun 2007 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
G. Dampak sebagai Penerima Bantuan Langsung
Penerima bantuan langsung program Gerbang Dayaku baik sebagai pribadi, kelompok tani/masyarakat atau warga masyarakat desa adalah karena memang sasaran/tujuan program untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Di Desa Teluk Dalam dengan program Gerbang Dayaku tahun 2006-2007 menurut peneliti masyarakat yang menerima bantuan langsung dapat diuraikan seperti antara lain :
a. Subsidi BP3, dengan membebaskan siswa dari kewajiban membayar iuran BP3 mengakibatkan berkurangnya beban pengeluaran keluarga. Kalau pembebasan ini menyebabkan ada kelebihan penghasilan keluarga yang bisa ditabung maka akan bisa meningkatkan kesejahteraannya.
b. Pelatihan Kewirausahaan Mandiri, Para pemuda warga desa yang belum mempunyai lapangan pekerjaan setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan bisa memotivasi keinginan berwiraswasta sehingga nantinya bukan mencari lapangan pekerjaan tetapi menciptakan lapangan pekerjaan sekurang-kurangnya untuk dirinya sendiri. Semuanya ini berdampak pada kesejahteraan sebab sebelumnya tidak berpenghasilan karena tidak mempunyai pekerjaan menjadi berpenghasilan karena sudah mempunyai pekerjaan.
H. Dampak sebagai Penerima bantuan Tidak Langsung
Penerima bantuan tidak langsung adalah warga masyarakat desa secara keseluruhan baik sebagai pribadi, sebagai anggota kelompok tani/masyarakat maupun sebagai anggota masyarakat desa. Sebagai penerima bantuan tidak angsung memang agak sulit diidentifikasi namun peneliti mencoba menguraikan beberapa hasil pengamatan lapangan terhadap program Gerbang Dayaku yang diluncurkan di Desa Teluk Dalam sebagai berikut :
a. Semenisasi Jalan Desa
Dengan baiknya jalan desa maka transportasi menjadi lancar, memasarkan hasil produksi mudah karena ongkos transportasi terjangkau/murah, kalau harga hasil produksi yang dijual tetap akan menambah penghasilan warga.
Mobilitas penduduk menjadi tinggi. Kalau sebelumnya malas keluar rumah tetapi dengan mulusnya jalan-jalan keinginan untuk keluar rumah menjadi besar sehingga paling tidak lebih menghidupkan angkutan pedesaan yang sebagiannya dimiliki oleh warga otomatis akan menambah income keluarga. Yang ujung-ujungnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belum lagi pada tahap implementasi program berupa pelaksanaan fisik di lapangan. Walaupun masih dalam bentuk proyek di mana pelaksanaannya dilakukan oleh sebuah badan hukum (kontraktor), tetapi tetap saja membawa nilai tambah bagi masyarakat desa setempat karena tidak sedikit warga masyarakat yang berprofesi tukang/tukang batu turut bekerja/terlibat pada kegiatan proyek tersebut. Minimal sebagai buruh bantu bagi yang tidak mempunyai keterampilan tukang. Semuanya itu pada akhirnya akan menambah penghasilan warga.
b. Rehabilitasi Puskesmas Pembantu
Memperhatikan tingkat kebutuhan akan pelayanan kesehatan di Desa Teluk Dalam berdasarkan data yang peneliti kumpulkan, seperti pasangan usia subur yang berjumlah 673 orang di mana 495 orang diantaranya sebagai akseptor KB, maka rehabilitasi Puskesmas Pembantu itu sangat tepat. Sebab kalau hanya untuk memasang IUD saja mereka harus pergi minimal ke kecamatan maka itu berakibat lebih tingginya biaya yang harus dikeluarkan bila dibandingkan terlayaninya mereka di Puskesmas Pembantu yang ada di Desa Teluk Dalam. Pada tahap rehabilitasi fisik dilakukan, kembali mempunyai nilai tambah bagi masyarakat desa, karena mereka bisa terlibat sebagai tukang/tukang batu, buruh kasar dan bahkan sebagai pemasok bahan bangunan seperti bata, pasir dan lain sebagainya. Begitu pula pemilik truk angkutan terlibat dalam angkutan bahan bangunan yang tentunya tidak hanya menguntungkan pemilik truk tetapi juga untuk sopir dan buruh batunya.
Dari uraian di atas nampak sekali bahwa program Gerbang Dayaku tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang pada gilirannya menghilangkan kemiskinan tetapi juga cukup berhasil memberdayakan masyarakat itu sendiri, untuk minimal mampu :
- Mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia.
- Mulai menyadari bahwa mereka bukan hanya sebagai obyek pembangunan tetapi juga sebagai subyek pembangunan.
- Mulai mengerti apa arti pembangunan walaupun sebatas pemahaman seadanya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi program Gerbang Dayaku awalnya dan setiap tahun melibatkan berbagai unsur seperti aparat/instansi pemerintah kabupaten, swasta dan masyarakat luas. Pada tingkat kabupaten telah dilakukan secara terpadu melalui koordinasi yang dilakukan oleh Bappeda Kabupaten, pemerintah kecamatan dan pemerintah desa atau kelurahan, kemudian disebarluaskan melalui media cetak dan elektronik. Sosialisasi kepada masyarakat desa dilakukan melalui penyuluhan berupa pertemuan warga desa, pertemuan-pertemuan di dalam kelompok masyarakat/kelompok tani, rapat antara kepala desa dengan warganya seperti LKMD atau BPD. Namun sosialisasi kepada masyarakat desa menurut peneliti masih kurang maksimal, karena hanya dilakukan pada waktu awal program digulirkan dan waktu-waktu tertentu saja (awal tahun anggaran), maka banyak masyarakat yang tidak memahami secara utuh dan benar substansi program Gerbang Dayaku tersebut dilaksanakan, serta masih nampak dari masih kurangnya dukungan masyarakat desa dalam implementasi program tersebut. Masyarakat masih bersifat pasif lebih banyak menunggu dan beranggapan apa yang dilakukan oleh pemerintah lebih bersifat rutinitas tanpa berpikir apakah program tersebut diperuntukkan buat mensejahterakan mereka.
Kesiapan masyarakat dan kemampuan mengakomodir suatu gagasan baru sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama situasi dan kondisi di mana program tersebut mau diimplementasikan. Terhadap program Gerbang Dayaku kesiapan masyarakat Desa Teluk Dalam sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Aparat desa dan perangkatnya yang sudah cukup lengkap serta tingkat pendidikan cukup tetapi masih perlu ditingkatkan kemampuan manajerialnya agar tidak hanya mampu mengakomodir semua aspirasi dan kehendak warga desanya tetapi juga mampu menjelaskan program pemerintah utamanya program Gerbang Dayaku yang bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya dan penanggulangan kemiskinan.
Masyarakat Desa Teluk Dalam agak lambat dalam merespon program yang ditawarkan pemerintah. Hal ini karena sudah lama dan terbiasanya masyarakat desa dijadikan obyek pembangunan. Semua apa yang diprogramkan untuk meningkatkan kesejahteraan langsung turun dari atas (Top Down) bukan mereka yang merencanakannya (Bottom Up) sehingga program yang turun tersebut belum seluruhnya sesuai dengan aspirasi masyarakat desa, sehingga tidak terlalu bisa disalahkan kalau sambutan mereka agak dingin.
b. Persoalan pada Desa Teluk Dalam ditambah oleh rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat. Tentunya ini sangat berpengaruh dalam memahami dan menghayati program yang diberikan, dan memang sangat sulit untuk mengajak siapa saja untuk berpartisipasi secara aktif dalam rangka mensukseskan program kalau pemahamannya terhadap hal tersebut kurang. Jadi pengenalan program sangat diperlukan agar masyarakat dapat memahami apa tujuan, sasaran dan bagaimana pelaksanaannya.
c. Partisipasi masyarakat desa pada program Gerbang Dayaku berupa partisipasi dalam kelompok merupakan partisipasi yang belum maksimal, walaupun masih bernilai positif. Berbeda yang berpartisipasi dalam pelatihan adalah atas kemauan sendiri. Tingkat partisipasinya tinggi. Terhadap masyarakat desa yang termasuk kategori ini supaya dibina terus menerus, karena keikutsertaannya atas inisiatif sendiri pasti mempunyai motivasi yang kalau diarahkan akan melahirkan partisipasi dalam pembangunan yang maksimal.
d. Dampak pelaksanaan program Gerbang Dayaku di Desa Teluk Dalam dalam mengentaskan kemiskinan diatara adalah :
- Program Gerbang Dayaku sebagai program unggulan Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara di dalam mengembangkan dan memberdayakan masyarakat khususnya di pedesaan bertujuan mengentaskan kemiskinan dan menghapuskan desa tertinggal sudah memberikan hasil yang cukup menggembirakan.
- Masih sebagian besar pelaksanaan program Gerbang Dayaku berbentuk proyek sehingga keterlibatan masyarakat desa sangat terbatas karena hambatan ketentuan dan peraturan administrasi dan keuangan. Akan berbeda kalau sifatnya bantuan atau stimulan yang diberikan langsung kepada desa untuk mengelolanya. Tentunya nilai tambah dan manfaatnya jauh lebih besar didapat dan sangat dirasakan oleh masyarakat desa tersebut.
- Jumlah masyarakat yang tidak bersekolah pada tahun berikutnya disbanding tahun sebelumnya semakin berkurang.
- Program Gerbang Dayaku di Kabupaten Kutai Kartanegara dari awal diimplementasikannya sampai dengan tahun 2004 masih belum ada dilakukan evaluasi oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara. Dengan demikian sulit diukur keberhasilannya.
Saran-Saran
Setelah peneliti melakukan penelitian terhadap implementasi program Gerbang Dayaku di Desa Teluk Dalam yang pelaksanaannya sudah berlangsung dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2004, maka hendaknya program yang diturunkan di waktu mendatang lebih banyak mengacu pada usulan dari masyarakat desa itu sendiri, yang sudah merupakan hasil musyawarah atau rembuk desa. Hal ini penting karena masyarakat desa lebih mengetahui apa yang diperlukan, dan apa kebutuhannya sehingga di dalam mengimplementasikan program, tanpa sosialisasipun tidak menjadi hal yang menghambat karena warga masyarakat sudah mengetahuinya, dan tentunya akan berpartisipasi secara aktif karena merasa program tersebut memang kebutuhannya sehingga rasa diberdayakan akan tumbuh dengan sendirinya.
Program Gerbang Dayaku hendaknya mempunyai porsi perhatian yang lebih besar terhadap masalah masyarakat miskin dan pendidikan masyarakat desa, sehingga Program Gerbang Dayaku bernilai guna untuk jangka yang panjang bagi masyarakat desa tersebut.
Pada pelatihan-pelatihan bagi warga desa yang atas inisiatif sendiri ikut dan mempunyai kemauan keras serta berhasil menerapkan pengetahuan yang didapatnya selama pelatihan hendaknya mendapat perhatian khusus dari aparat/pemerintah agar mendapat pembinaan secara terarah dan berkelanjutan.
Program Gerbang Dayaku di Desa Teluk Dalam khususnya dan di Kabupaten Kutai Kartanegara pada umumnya harusnya dievaluasi setiap tahun, guna mengukur secara baik, sudah sesuai dengan tujuan program atau belum.