Sejarah Perjuangan Umat Islam Bangsa Indonesia
Kelahiran Islam Di Indonesia (Abad Vii – Xviii)
Pada mulanya Islam masuk ke Indonesia adalah dari jalur perdagangan, dimana sepanjang pesisir pulau Sumatera waktu itu telah banyak di kunjungi oleh pedagang Arab, India dan Tiong Hoa. Mereka adalah para pedagang Muslim, maka selain hubungan perdagangan, perkawinan, kebudayaan juga tentunya terjalin hubungan Da’wah Islam.
Perhubungan dagang mendatangkan kemakmuran dan selanjutnya perkembangan social budaya. Mulailah terbentuk kelompok-kelompok orang Islam, tentulah secara kecil-kecilan dan terserak. Namun sebelumnya, Nusantara kita terutama Sumatera juga menjadi jalur hubungan perkembangan Agama Hindu dan Budha antara India dan Tiong Hoa. Sumatera dan Malaya (kini Malaysia) merupakan daerah persinggahan penganjur-penganjur Hindu dan Budha, lalu menyusul pulau Jawa yang juga menjadi daerah subur Agama.
Masyarakat Islam mulai terbentuk di beberapa tempat, terutama daerah pantai kemudian tersebar ke setiap pelosok. Kondisi Islam yang membudaya dalam kehidupan bangsa Indonesia, akhirnya melahirkan kerajaan Islam yang kuat dan sentausa di Pase (Aceh) yang bernama Samudra Pasai pada abad X sampai abad XIV (1444 M). Di masa-masa kerajaan ini , sementara itu di Timur Tengah sedang berkecamuk Perang Salib, salah satu tokohnya dari pihak Islam yang paling menonjol dan paling digandrungi Umat Islam ialah Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah bermadzhabkan Safi’iyyah (Ahlussunnah Wal Jama’ah) telah mampu mempersatukan kembali kekuatan Umat Islam di Timur Tengah terutama di daerah Baghdadh yang ditandai oleh penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang tujuannya adalah membangkitkan ghiroh yang mana kondisi Umat Islam pada saat itu nampak melemah daya juang dan kesatuannya.
Pembaharuan ini membawa pengaruh kuat kemana-mana termasuk ke Indonesia sendiri, dimana kerajaan Pasai dan kerajaan sesudahnya seperti : Perlak, Demak, Mataram, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku hingga kerajaan-kerajaan kecil sesudahnya, semua mengikuti pola-pola kerajaan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi di Baghdadh (Timur Tengah).
TAHUN 1399 M
Pulau Jawa bahkan seluruh Nusantara telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit (1292 – 1525 M) yang dasar negara dan masyarakatnya beragama Hindu dan Budha. Namun kerajaan ini mengalami kemunduran sepeninggalan Patihnya yang bernama Gajah Mada, yang semasa hidup dan kejayaannya pernah juga menaklukkan kerajaan Pasai namun gagal, malah kerajaan di Aceh ini tak pernah dikalahkan, maka perkembangan Islam pun berjalan terus yang kelanjutannya pada tahun ini Islam mulai masuk ke pulau Jawa daerah Timur dengan hadirnya seorang Ulama yang berkebangsaan Arab yang juga sebelumnya menetap di Pasai yang bernama Maulana Malik Ibrahim. Beliaulah Ulama dan Mubaligh pertama di Pulau Jawa tepatnya di Gresik dan beliau menetap selama 20 tahun dan juga orang menyebutnya sebagai Wali yang kemudian di ikuti oleh delapan tokoh lainnya hingga terkenal dengan julukan Wali Songo (9 Wali).
Didalam perkembangan syi’arnya Wali Songo berpolakan ‘evolusi’ (berubah setahap demi setahap) seni budaya Hindu dan Budha tidak diusik melainkan disuntikan tengah-tengah budaya yang ada. Memang luwes dan mendapatkan sambutan yang terbuka dari masyarakat. Namun dampak negatifnya pertumbuhan Bid’ah dan Khurafat tumbuh subur dewasa itu hingga dewasa kini. Misi dan pergerakan Islam yang berhaluan Wali Songo terakhir dibawa oleh Kyai Mojo seorang Ulama dan tokoh masyarakat Jawa Tengah, beliau punya murid yang utama bernama Pangeran Diponegoro. Berbaurnya Risalah Islam dengan seni budaya Hindu dan Budha dapatlah dimaklumi karena masuknya Islam pertama kali ke bumi Nusantara (Indonesia) oleh para pedagang yang merangkap sebagai Mubaligh atau bisa saja Mubaligh-mubaligh yang merangkap pedagang. Namun tetap kemurnian Islam dalam hal penyampaiannya harus oleh Ulama Islam yang sebenar-benarnya dan seutuhnya, sebagaimana oleh Rasullullah SAW, Ulama itu dinobatkan sebagai Warasatul An-biyya.
TAHUN 1642
Berkecamuknya Revolusi industri di dunia mendorong tiap-tiap negara-negara maju untuk mencari lahan pemasaran dan juga sumber bahan-bahan baku industri serta beberapa kebutuhan hidup yang tidak terdapat pada negaranya, maka tatkala di Indonesia apa yang diharapkan dalam skala yang melimpah ruah sehingga kepulauan Indonesia menjadi ajang perebutan oleh negara-negara yang sedang memperluas wilayah pemasarannya. Pada akhirnya Negara Belandalah yang dapat menguasai kepulauan Indonesia khususnya. Hal ini ditandai dengan lahirnya VOC tahun 1642; untuk memperlancar atau mempermudahkan expansi mereka, maka merekapun mengirim para ahli untuk menyelidiki ideologi, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan Agama.
TAHUN 1825 - 1830
Terjadi pemberontakan kepada Belanda pada waktu itu yang telah mampu menjajah bumi Nusantara (Indonesia) bercokol selama 350 tahun dan berakhirnya tahun 1942, dengan peristiwa pendudukan Jepang di bumi Nusantara. Peristiwa ini merupakan suatu pergerakan keagamaan yaitu, Agama Islam yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro di daerah Jawa Tengah. Ini suatu tanda perkembangan yang terjadi dari umumnya bangsa Indonesia itu punya watak ‘nrimo’. Dimana Pangeran Diponegoro memimpin pergerakan ini dengan suatu sistematika perjuangan dengan penataan umat dalam formasi shaf kemiliteran, peperangan yang dikobarkan itu ialah sebagai bukti kemajuan dalam faham Islamismenya. Berakhirnya pergerakan Pangeran Diponegoro, pada saat itu Islam dalam keadaan tenggelam pada masyarakat pada umum di bumi Nusantara dan di Pulau Jawa pada khususnya. Walaupun isi Wali Songo boleh dikata sudah berakhir namun ajatran Islam yang sudah cukup memasyarakat, mampu memberikan suatu peluang terbuka berkomunikasi antara bangsa Indonesia dengan Timur Tengah. Hal ini terjadi pada masa-masa Umroh Haji ke tanah Suci Mekah. Dan dari sinilah awal mula Risalah Islam yang seutuhnya akan tersebar di bumi Nusantara Indonesia, para Ulama Indonesia dapat bertemu langsung dengan para Ulama di pusat-pusat penyebaran Islam dan terjadilah Ta’lim yang sesungguhnya dan seutuhnya dari ajaran Islam yang disampaikan oleh para Ulama-ulama terkemuka sebagai para pewaris para Nabi, sumber yang bersih dari bid’ah dan khurafat.
TAHUN 1880 - 1888
Terjadi pemberontakan petani di Banten yang diprakarsai oleh Ulama besar yang bernama KH Abdul Karim, beliau punya tiga orang murid yang pelopor pergerakan tersebut. Mereka itu adalah : 1. Imam Nawawi Banten; 2. Ki Muhtar Natanagara/Muhtar Bogor; 3. Ki Muhyidin. KH Abdul Karim seorang Ulama yang kerap kali ke Timur Tengah yang hingga wafatnya pun dimakamkan di Negara Mesir (Ma’la). Beliau pernah bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menginjak tanah Banten lagi sebelum disana tegak sebuah negara Islam dihadapan muridnya. Ini sebagai suatu cetusan awal untuk berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Setelah bersumpah begitu KH Abdul Karim menetap di Arab Saudi dan pergerakan dipimpin oleh Imam Nawawi Banten. Semasa pergerakan ini sekitar tahun 1888 dan orangorang sisa pergerakan ini berjumlah 94 orang oleh Pemerintah Belanda diasingkan secara terpisah satu sama lainnya ke seluruh pelosok Indonesia. Pada hakekatnya pembuangan secara begitu merupakan penyemaian bagi benih untuk tersebar merata ke mana-mana. Skenario Allah pula yang mengaturnya. Dari sini belumlah ada lagi pergerakan yang dapat dihitung sebagai poin dalam sejarah Islam di Indonesia. Walaupun demikian ke-94 orang yang diasingkan tadi diibaratkan api dalam sekam yang pada suatu saat nanti diserukan suatu ajakan maka bakalan terjadi gayung bersambut dari masyarakat yang telah terwarnai mereka terhadap para penyeru yang datang kemudian (namun masih segenerasi atau generasi yang dekat dengan mereka)
PERTUMBUHAN ISLAM (1905 - 1917), 16 OKTOBER 1905
SDI (syarikat Dagang Islam) lahir di Solo, didirikan oleh KH Samanhudi yang dibantu oleh KH Asmodimejo, M Kertoteruno dan KH Abdul Rojak. Motif utamanya adalah :
Memerangi diskriminasi yang tajam yang sengaja dilakukan oleh para bangsawan terhadap kaum dhu’afa. Sangat menonjolnya sikap angkuh dan superioritas para pedagang Cina yang memang memonopoli perekonomian Indonesia di bawah naungan tiran/Thaghut Belanda.
Partai ini eksisnya nampak masih sangat kaku, karena pergerakannya masih berfokus pada perdagangan batik. Hal ini sangat disadari oleh KH Samanhudi, maka beliau mengadakan konsolidasi dengan para pemuka masyarakat dan Ulama-ulamanya, yang akhirnya beliau bertemu dengan seorang yang kharismatik yaitu Bapak HOS Cokroaminoto di Surabaya. Menurut kabar bahwa KH Samanhudi banyak menyerap pola pikir Ulama besar bernama Mohammad Abduh, seorang pemikir Islam yang ahli dibidang Tauhid. Sedangkan Bapak Cokroaminoto banyak menyerap pemahaman Jamaluddin Al-Afghani, seorang bangsa Afghan yang sukses memulihkan ketata-negaraan yang oleh penguasa sebelumnya telah menjadi negara sekuler. Bahkan beliau mampu mengembalikan Pemerintahan Timur Tengah pada umumnya dari ambang pintu kehancuran lantaran faham sekuler yang mengkoyak-koyak tatanan Pemerintahan Islam. Jadi Jamaluddin Al-Afghani-lah yang telah menggagalkan program musuh-musuh Islam di Timur Tengah. Mengembalikan Timur Tengah kepada persatuan dan Ke-Islaman-nya. Beliau pencetus Pan Islamisme. Pertemuan kedua tokoh tadi sekitar Bulan Mei 1912, membicarakan kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang lebih pesat. Kepercayaan mulai penuh terpegang oleh HOS Cokroaminoto, kemudian beliau mengadakan perubahan yang diawali dari nama, yaitu nama Syarikat Dagang Islam menjadi Syarikat Islam. Walaupun hanya menghilangkan satu kata namun hasilnya sangat memberikan pengaruh hebat. Dan tersusunlah anggaran dasar yang pertama yang dirumuskan oleh Raden MasTirtosudiro pada tanggal 11 November 1912 (Pimpinan SI cabang Bogor).
Tujuan organisasi ini dalam anggaran dasarnya disebutkan “Akan berikhtiar, supaya anggotaanggotanya satu sama lain bergaul seperti semula, supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslimin. Dan lagi dengan segala upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet negeri (Surakarta) dan wet-wet Goverment; Berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri”.
MEI 1908
Di Batavia berdiri sebuah organisasi sekuler yang bernama Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo yang para anggotanya adalah kaum intelek didikan Belanda. Mereka adalah para priyayi dan karena kepriyayiannya maka Budi Utomo dijadikan tempat bergengsi yang Dr. Sutomo sendiri tidak menginginkannya, maka Dr. Sutomo keluar dari organisasi ini kemudian mendirikan Studi Club yang nantinya menjadi PARINDRA (Partai Indonesia Raya). Organisasi ini sangat bersifat lokal tidak halnya seperti SI, namun mungkin dengan organisasi kaum pribumi didikan Eropa ini dijadikan sebagai tonggak awal dari Nasionalisme, maka kelahiran Budi Utomo ini dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Dr. Sutomo membenci SI lantaran ajaran Islamnya yang mengajarkan beberapa hal yang tidak relevan dengan pemikiran dia sendiri seperti poligami, yang karena membencinya sampai menghina Nabi Muhammad lewat artikel karya tulis yang dimuat di surat kabar. Reaksi dari umat Islam terutama dari SI sangat tajam, maka Dr. Sutomo menarik kembali artikelnya dan menyiarkan lewat surat kabar permohonan maafnya kepada umat Islam dan khususnya kepada SI. Menjelang akhir 1912 SI pernah dibekukan namun tak lama kemudian diizinkan dengan syarat agar Anggaran Dasarnya dirubah. Hal ini diindahkan namum perubahan Anggaran Dasar yang disusun oleh HOS Cokroaminoto lebih membahayakan namun karena dipolitisir sedemikian rupa maka Pemerintah Belanda tidak berani mengusiknya. Pada awal perubahan nama (SDI – SI) sudah nampak percaturannya pada arena perpolotikan, namun sebagai dampaknya ada tokoh-tokohnya yang tidak setuju dan pada kelanjutannya terjadi terulur benang dari kain, mengundurkan diri dari arena yang ada dan mendirikan perkumpulan sesuai dengan aspirasi pribadinya masing-masing.
NOVEMBER 1912
KH Ahmad Dahlan memindahkan diri dari SI dan mendirikan Muhammadiyah, suatu yayasan sosial dan Pendidikan Islam. Tokoh ini adalah seorang Ulama yang berhaluan Madzhab Wahabi. Faham yang berorientasi pada Salafiyah/Reformis yang anti taklid buta dan menentang bermadzhab. Jadi arahan Muhammadiyah ini menitik beratkan pada masalah Furu’iyyah.
Yayasan atau boleh juga kalau mau dikatakan organisasi Muhammmadiyah ini berpusat di Yogyakarta. Partai ini meminta pengesahan kepada Gubernur Jendral Belanda pada tanggal 20 Desember 1912 dan baru dikabulkan pada tanggal 22 Agustus 1914.
JANUARI 1913
Kongres pertama SI pada kongres inilah Bapak HOS Cokroaminoto memulai debutnya pada bidang perpolitikan. Pada kesempatan di mimbar beliau berkata : ”Dengan kongres ini, itu adalah pertanda bukti daripada kebangkitan hati Rakyat Indonesia yang dipandang orang sebagai seperempat manusia … bahwa apabila suatu rakyat telah bangun dari tidurnya, tak sesuatupun dapat dihalangi geraknya … bahwa kelahiran SI, semata-mata Kodrat Allah Ta’Ala belaka bahwa Umat Islam Indonesia harus bersatu dalam ikatan Agamanya.”
TAHUN 1914
Melihat perkembangan SI yang sedemikian berpengaruhnya pada masyarakat Islam khususnya di Jawa, maka Belanda merasa sangat khawatir, maka dibentuklah utuk menyaingi SI suatu Partai Demokrasi Sosial yang bernama ISDV Indische Sosial Demokrat Voolskrad).
Belanda mengadakan rujukan antara faham Sosialisme SI dengan faham Sosialisme Komunis Rusia; ISDV dengan kader-kadernya:
1. Sneevlit
2. Adolf Boors
3. Dowwes Dekker
4. Van Burring
5. Breman
Upaya Belanda yang semacam ini kurang membawa hasil apalagi pada tahun ini SI mengadakan kongres menetapkan Anggaran Dasar dan pemilihan central commite yang jatuh pada Bapak Hos Cokroaminoto. SI yang sudah menyebar ke berbagai pelosok sehingga setiap desa dibagi menjadi (3) Wilayah Besar :
- Jawa, Sumatra dipimpin oleh Gunawan di Bandung
- Jateng, Kaltim dipimpin oleh KH Samanhudi di Solo
- Jatim, Sulawesi, Timor -Timur, NTT dan Irian Jaya di pimpin oleh Bapak Hos Cokroamonoto
- Dibagi kedalam 86 cabang dan kongres ini telah didata anggota kurang lebih 360.000 orang.
TAHUN 1917 – 1942
(Juni 1916) Kongres yang ketiga kalinya, tapi ini sebenarnya kongres yang pertama dari central SI atau NATIKO I (National Kongres ke-I). Pada waktu itu telah terdata sekitar 2.000.000 orang anggota yang tersebar pada 135 cabang di seluruh Indonesia. (Juni 1917) Kongres National II dilaksanakan di Jakarta. Dalam kongres ini dibicarakan soal yang menyangkut masyarakat baik politik maupun sosial. Dalam usahanya untuk mencapai tujuan disepakatilah langkah penetapan program atas dan program tandhim sbb :
Program Azas :
1. Persatuan umat (ke dalam dan antara).
2. Kemerdekaan umat
3. Sifat Pemerintahan
4. Ekonomi Umat
5. Kesamaan derajat
6. Kemerdekaan sejati (maksudnya NII)
Program Tandhim :
1. Sebersih-bersih Tauhid
2. Ilmu pengetahuan. (setinggi-tinggi ilmu )
3. Siyasah. (sepandai-pandai siasat )
Program Tandhim ini dinamakan juga TRILOGI SI.
PERKEMBANGAN ISLAM (TAHUN 1917 - 1934)
Sekitar tahun 1917 terjadi revolusi di Rusia yang mengakibatkan suhu politik dunia memanas. Maka Belanda dalam rangka menghindarkan pemanfaatan kondisi pergerakan Islam Indonesia atau dalam rangka stabilitas Nasional didirikanlah suatu badan pertahanan yang bernama “volskraad” yang pertama kali dibuka pada tanggal 18 Mei 1918. Rancangan volskraad ini diterima keberadaannya oleh SI dan Bapak Hos Cokroaminoto pun ikut hadir di dalamnya, hal ini bukanlah tanpa rencana dan juga sesuai dengan kesepakatan dari tokoh-tokoh SI lainnya. Kehadiran SI di volskraad adalah suatu realisasi dari program tandhim point ke-3, yaitu siyasah, terbukti sikap SI berupaya beberapa bulan saja berada di volskraad sudah menuntut adanya pemerintahan sendiri dengan alasan sesuai dengan keputusan Ratu tanggal 23 juli 1903 di Den Haag Belanda.
Pada Kongres Nasional III Bapak Hos Cokroaminoto mengatakan jika Pemerintah tidak hendak mengindahkan segala tuntutan di dalam waktu 5 tahun maka SI sendiri kelak yang akan melakukannya. Dari kejeniusan berpolitik inilah Bapak Hos Cokroaminoto dijuluki oleh Belanda dengan julukan “de Aanstaan de Koning Japanes” (Rajanya orang Jawa yang tak bermahkota).
TAHUN 1917 - 1918
Bapak Hos Cokroaminoto menunaikan ibadah Haji. Pada tahun inilah beliau menjadi Bapak Haji Oemar Said Cokroaminoto yang selanjutnya dari sini beliau sering mengadakan lawatan ke luar negeri mengadakan konsolidasi untuk kesinambungan perjuangan. Maka tercetuslah “Pan Islamisme” dengan tahapan : Kemerdekaan Indonesia, Kemerdekaan Islam, Kemerdekaan Dunia Islam. Untuk kepentingan ini Bapak Hos Cokroaminoto yang nantinya memiliki kader-kader yang progresif : Abi Kusno/Samaun, Sukarno, SM Kartosoewirjo
TAHUN 1920
Melihat gerak langkah Bapak Hos Cokroaminoto yang semakin lama semakin pesat dan membahayakan, maka Belanda setelah tidak berhasil mengendalikan Bapak Hos Cokroaminoto lewat volskraad-nya, kemudian memfitnah beliau dengan tuduhan memberikan sumpah palsu kepada suatu peristiwa. Akibatnya beliau dipenjarakan ± 1 tahun. Sementara beliau dipenjara, Samaun pimpinan SI cabang Semarang terpengaruhi faham Marxis.
Seringlah terjadi perdebatan yang sengit antara Samaun dan H. Agus Salim pengganti sementara di SI selama Bapak Hos Cokroaminoto uzur. Dalam Kongres Nasional IV disepakati untuk adanya disiplin Partai yaitu tiap-tiap anggota SI tidak memiliki 2 aliansi.
Maka Samaun pun terkena disiplin Partai. Maka terbendunglah rencana PKI untuk memerahkan SI apalagi setelah keluarnya Bapak Hos Cokroaminoto dari penjara yang dengan kharismanya dapat memulihkan kerancuan dan perpecahan dikalangan SI.
TAHUN 1921
Samaun mengadakan Kongresnya yang pertama di Semarang, hasil Kongres ini mengangkat Lenin sebagai pimpinan dan diproklamasikannya Partai Komunis Hindia. Sebagai transpormasi dari ISDV serta dijadikannya SI cabang Semarang menjadi SI merah.
TAHUN 1923
Diadakan Kongres di Madiun memutuskan tentang perobahan baru pada arahannya, dimana sentral SI diputuskan untuk diubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Resmilah kini golongan Islam mempunyai wadah sebagai alat perjuangan. Dan juga dalam Kongres ini diputuskan mengenai pengukuhan disiplin partai. Misi PKI benar-benar merasa terpotong, maka mereka mengambil sikap balasan dengan mengadakan Kongresnya di Bandung pada tanggal 4 Maret 1923. Yang dihadiri 14 cabang PKI dan 14 cabang SI merah.
Disisi lain terjadi pendirian Persis oleh A. Hasan di bantu oleh M. Natsir, dengan ketuanya B. Zamzam dan HM Yunus.
Sebenarnya A Hasan ini adalah andalan Bapak Hos Cokroaminoto didalam Syari’ah baik teori maupun praktis. dimana keberadaan A Hasan sendiri pada waktu itu dalam kondisi buron. Maka dalam mendampingi Bapak Hos Cokroaminoto tidak banyak orang tahu setelah diketuai, maka A.Hasan dipaksa untk berada pada posisi yang mudah diawasi dengan mendirikan yayasan / organisasi formal, sehingga dapat dilihat jelas arahan Persis ini juga hanya berorientasi pada bidang Ubudiyyah dan teori-teori Syari’ah yang banyak mengetengahkan logika. Semenjak keluarnya KH Ahmad Dahlan dari PSII, maka PSII telah dikembangkan oleh Bapak Hos Cokroaminoto. (QS. 30 :31-32), tentang status masyri bagi yang memecah belah Islam menjadi beberapa golongan yang masing-masing merasa bangga dengan golongan nya masing-masing.
TAHUN 1925
SI merencanakan pertemuan antara ulama seluruh Nusantara mengingat adanya pemisahan diri beberapa tokoh yang kurang/tidak setuju dengan prinsif PSII, maka disebarkan undangan kepada orang Islam yang berkompeten diseluruh Indonesia berikut kepada duta SI di Arab Saudi, yaitu KH Hasyim Asy’ari, namun ternyata surat undangan tersebut tersensor Belanda malahan diubah isinya yang tadinya mengadakan undangan kepada para ulama untuk membicarakan persatuan umat, menjadi bahwa akan terjadi pembunuhan para ulama yang tidak mau komitmen kepada PSII. Akibatnya sangat falat , apalagi KH Hasyim Asy’ari adalah Pimpinan pondok Pesantran Tebu ireng di Jombang Jatim. Maka sesudah menerima surat, ia kembali ke Indonesia dan langsung ke sana bukannya datang ke SI untuk laporan mentabayyun sesuai dengan tugas dan haqnya.
Sesampainya di Tebu Ireng Belanda pun telah menyiapkan skenario selanjutnya yaitu KH Hasyim Asy’ari diperintahkan oleh Pemerintah untuk mendirikan suatu perkumpulan agar terjadinya persatuan dan pembaharuah yang bernama Nedherland Organization (NO). Jadi pada mulanya NU adalah golongan yang berada dibawah ketiak thagut.
TAHUN 1926
Untuk kelanjutannya para tokoh Pesantren Tebu Ireng mengadakan rembukan untuk membentuk suatu wadah yang sesuai dengan inspirasi mereka dan juga sesuai dengan situasi dan kondisinya serta telah terasa tekanan kepada mereka dengan semakin tersebarnya faham wahabi yang jelas-jelas bertentangan faham dengan fahamnya Ahlusunnah wal jama’ah yang mereka yakini. Maka lahirlah pergerakan kebangkitan ulama dengan nama Nahdatul ulama (N=Nahdiyyun =kebangkitan ulama).
TAHUN 1927
Sukarno dikeluarkan dari SI dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), factor penyebabnya : Sukarno pernah diketahui oleh Bapak Hos Cokroaminoto yang membuat karya tulis curahan hati dan cita-citanya, setelah dianalisa ternyata karya tulisannya itu tentang Komunisme. Waktu diperintahkan dibatalkan niatnya oleh Bapak Hos Cokroaminoto, malah ia tetap menyatakan pada pendiriannya.
Sewaktu partai membicarakan tentang azas yang mendasari negara bila merdeka ternyata Sukarno bersikeras pada pendiriannya yang menyatakan bahwa Dasar Negara haru Nasionalisme. Maka PSII memutuskan untuk menjatuhkan ketetapan disiplin partai maka Sukarno dikeluarkan dari partai.
Kelahiran Islam dipanggung politik cukup menonjol, namun usianya tidak seberapa lama hanya 1 tahun untuk selanjutnya didirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) oleh M Hatta. Inipun tetap gaya Barat corak Nasionalisme.
TAHUN 1930
Bapak SM Kartosuwiryo semakin aktif di PSII dan mempunyai peranan penting sebagai dokumen hidup yaitu menjadi sekjen PSII. Pada tahun ini pula beliau menikah dengan Ibu Dewi Siti Kulsum (wiwi).
TAHUN 1933
Majlis Tandhim ke 22 menetapkan sikap Hijrah kepada faham partai, (QS. 2 : 218), terjadi penolakan pemahaman ini pada Wali Al-Fattah. Yang akhirnya mereka terkena disilpin partai. Selanjutnya kedua orang ini mendirikan PARTII (Partai Islam Indonesia)
TAHUN 1934
Tanggal 17 Desember 1934 bertepatan dengan Bulan Ramadhan, tokoh utama Bapak Hos Cokroaminoto wafat pada usia 52 tahun.
PERGOLAKAN UMAT ISLAM (1934 - 1940)
Tahun 1934 Sepeninggalan ketua utama PSII maka kepemimpinan jatuh pada adik almarhum sendiri yaitu Abi Kusno Cokrosuyoso dan wakil ketuanya adalah Bapak SM Kartosuwiryo.
TAHUN 1936
PSII dengan pimpinan baru mengadakan Kongres/ Majlis Tandhim ke 23, dimana syuro’ PSII menetapkan dan menugaskan Bapak SM Kartosuwiryo untuk menyusun brosur Hijrah. Setelah tersusun sebanyak 2 jilid maka PSII menetapkan brosur tersebut sebagai konsep partai namun akibatnya terjadi pro dan kontra akan konsep partai yang baru. Karena konsep tersebut jelas menggariskan sikap non koopertif yang radikal.
Tanggal 28 November 1936 berdiri BPPSII (Badan Penyadar PSII) yang dipelopori oleh H Agus Salim dan Moh Room yang menganggap konsep hijrah adalah suatu gila gilaan.
Masih tahun ini, SI cabang Padang juga memisahkan diri dan menamakan diri PSII jangkar Pimpinan H Umar Din. Melihat kegoncangan sebagai reaksi dari konsep Hijrah, maka Abi Kusno mengadakan pemantauan ulang terhadap Konsep tersebut yang akhirnya dia menyatakan pembatalan konsep hijrah sebagai konsep partai. Namun Bapak SM Kartosuwiryo berdiri di satu pihak untuk tetap mempertahankan konsep hijrah yang sudah jelas kebenarannya dan juga merupakan kelanjutan dari ide almarhum Bapak Hos Cokroaminoto. Karena gigihnya Bapak SM Kartosuwiryo mempertahankan konsep ini resikonya beliau terkena disiplin partai. Pada hakekatnya Abi Kusnolah yang keluar dari PSII karena ia telah menyeleweng dari azas perjuangan yang ada dan selanjutnya Abi Kusno membawa PSII ke arah parlementer
TAHUN 1937
Belanda memperalat NU dan Muhammadiyyah untuk mengendalikan Partai Islam di Indonesia dengan diselenggarakannya Majelis Ulama Islam A’la Indonesia (MIAI). Dalam prinsipnya mereka mengatakan non politik. Partai ini diketuai oleh KH Abdul Wahid Hasyim. Istilah ‘Ala yang dipakai pada partai ini menunjukan sebagai yang tertinggi/menaungi namun pada kenyataannya adalah tidak demikian. Dapatlah kita mengkaji ucapan KH Agus Salim ketua BPPSII sebagai berikut :”untuk kita masih ngeri rasanya akan termasuk dalam satu badan yang menamakan dirinya Tertinggi/ ‘Ala, sedang kita masih mengetahui diri kita meranggkak di bawah ditegah-tengah rakyat yang sedikitpun tidak mempunyai kekuasaan di daulah Agamanya. Tidak berkuasa ataus Masjidnya, atas angkatan iman dan umatnya, atas hukum nikah dan hukum warisnya.
TAHUN 1938
Sukiman setelah dipecat dari PSII sempat masuk kembali dengan syarat membubarkan PARTII, namun pada tanggal 4 Desember 1938 kembali dikeluarkan kemudian Sukiman mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) dan diangkatlah Raden Wiwoho sebagai ketuanya (exketua Jong Islamiten Bond). Raden Wiwoho diangkat ketua karena namanya masih bersih dari persengketaan dan pernah di Volskraad menjadikan bertaraf nasional walaupun usianya masih reltif muda.
TAHUN 1939
Lahir sebuah Federasi yang bernama GAPPI (Gabungan Partaip-Partai Politik Indonesia), anggotanya antara lain :
- PSII parlementer (Abi Kusno)
- Parindra (Sukarjo W)
- Gerindo (Mr. Amir Syarifuddin)
- Pasundan (Atik Suardi)
- Partai Khatholik (Kasimo)
- PII (Sukiman)
Dr Suiman memimpin GAPPI dengan topiknya ”menuntut Indonesia berparlementer”.
Karena Volskraad selaku Dewan Rakyat terlalu banyak menguntungkan Belanda. Melihat demikian Bapak SM Kartosuwiryo setelah mengadakan konsolidasi dengan orang-orang PSII yang masih mau konsekwen mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII (KPK-PSII).
EMBRIO DAULAH ISLAMIYYAH (Tahun 1940 - 1945) MARET 1940
Dalam rangka merealisasikan itikad sucinya Bapak SM Kartosuwiryo hijrah ke Malangbong (kampung istrinya) dan disana mendirikan institut SUFFAH. Dari sinilah mulai terbentuk embrio Daulah Islamiyyah. Islam menjadi kenyataan menjadi syari’at yang tegak secara utuh dan murni walaupun dalam skala yang terbatas.
TAHUN 1940
MIAI & GAPPI tergabung dalam suatu proyek yang bernama Kongres Rakyat Indonesia (KORINDO) yang programnya :
- Mempercepat proses Indonesia berparlemen.
- Menuntut perubahan ketatanegaraan di Indonesia menuju berpemerintahan sendiri yang
- Nasionalistis.
- Kongres ini di laksanakan di Yogyakarta.
TAHUN 1942
Perang Dunia ke-II dimana Rusia dan Jepang meraih kemenangan. Adapun untuk Asia umumnya dikuasai oleh Jepang termasuk juga Indonesia di dalam menjadi wilayah Jepang. Tanggal 8 Maret 1942 Jepang setelah berkuasa membubarkan (MIAI dan GAPPI), masingmasing anggota kembali ke induknya semula.
NOVEMBER 1943
Atas restu Jepang berdirilah MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), maka diangkatlah ketuanya M Natsir. Partai ini sebagai jelmaan MIAI (Belanda) yang telah dibekukan dan berdirinya pun adalah hasil rengekan orang-orang partai Islam kepada thogut Jepang. Dari sini dibentuk barisan militernya bernama “Hisbullah” dengan ketuanya Isa Ansyori.
Pembentukan Hisbulloh ini adalah rekayasa Jepang dalam rangka “Man Power” untuk menghadapi pasukan sekutu yang akan menyerang, namun Allah menghendaki lain, justru hal ini menguntungkan bangsa Indonesia sendiri, khususnya Umat Islam yang menjadi kenal betul akan penggunaan senjata.
TAHUN 1944
Siswa Suffah ikut aktif latihan militer Hisbulloh sebagai situasi pemanfaatan situasi.Begitu pula Bapak SM Kartosuwiryo berperan di MASYUMI daerah dan sewaktu akan ditarik ke pusat beliau menolak lantaran tergambar bagaimana keterjeratan dan rencana Jepang yang jelas hendak memanfaatkan Bangsa Indonesia.
Semakin hari semakin nampak rencana Jepang , maka Bapak SM Kartosuwiryo kerap memberikan kepada tokoh-tokoh MASYUMI, namun nampaknya mereka semakin betah dengan jabatan.
TAHUN 1945
Bapak SM Kartosuwiryo memisahkan diri dari MASYUMI Natsir, otomatis terlahir dua kubu MASYUMI, maka Bapak SM Kartosuwiryo pun membentuk barisan-barisan tersendiri yang bernama Barisan Sabilillah. Adapun sebab memisahkan diri ini karena kelalaian diri M. Natsir cs sudah tak dapat diperingatkan lagi. Apalagi janji Jepang muluk dan memberikan peluang sedikit kepada Bangsa Indonesia, yaitu membentuk BPUPKI (Badan Peneliti Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Partai-partai semuanya berebut ambil bagian dari kursi-kursi yang sengaja disediakan, tak terlewat tokoh-tokoh MASYUMI pun ikut berbagi diri. Tnjauan AL-QUR’AN QS. 4 : 140 ; 5 : 80 ; 3 : 28 ; 42 : 218.
“Dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kamu didalam AL-QUR’AN bahwa apabila kamu mendengar Ayat-Ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir) maka janganlah kamu duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang -orang kafir didalam jahanam”
“Kamu lihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik) Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan”.
“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Barang siapa berbuat demikian niscaya ia lepaslah ia dari pertolongan Allah. Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka (dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksanya) dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui”.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
BPUPKI beranggotakan 62 orang, berbagai aliran ada di sana baik Nasionalis, solialis-Komunis maupun Islam sendiri. Didalam pembentukan Dasar Negara terjadi pertentangan yang sengit, maka diambilah cara pemungutan suara (Vooting) hasilnya yaitu memilih Dasar Negara, cuma 15 suara dan selebihnya menginginkan Dasar Negara Nasionalis.
JUNI 1945
Disepakati Dasar Negara sebagi titik temu berbagai faham yang dijadikan sebagai pandangan hidup umat manusia di Indonesia yaitu Pancasila. Menurut Sukarno Pancasila adalah buah pikiran Dr. Sun Yat Sen dalam bukunya “The three People Principle” dioplos dengan buah pikiran Adolf Bors tentang sosialisme. Pada rumusan tersebut tidak disinggung akan peran Islam dalam rumusan Pancasila. Pihak militer atau lasykar Muslim yang merintis dan mendominasi perjuangan di Indonesia tidak menerima keputusan ini, maka diambil beberapa orang dari BPUPKI untuk membentuk kepanitiaan juga dengan mengadakan musyawarah dengan para lasykar Muslim. Panitia kecil ini berjumlah 9 orang mereka terkenal dengan Panitia 9 yang anggotanya sbb :
- Abikusno
- Sukarno
- Wahid Hasyim
- Agus Salim
- Ahmad Subarjo
- Bung Hatta
- Maramis
- Abdul Kahar Muzakir
- M. Yamin
Hasil pertemuan ini menghasilkan “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter), yang ditanda tangani tanggal 2 Juni 1945. Dengan Piagam ini umat Islam pada umumnya merasa puas dengan perubahan pada point pertama dari Pancasila, yaitu dari kata “Berketuhanan” menjadi “Ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dianggap sebagai konstitusi Dasar akan berlakunya hukum Islam di Indonesia secara mutlak memegang peran yang utama dan terutama, walaupun pada kenyataannya berbicara lain. Betapa besar peranan kesembilan panitia ini mampu menenangkan dan mendiamkan suasana Umat Islam, namun dikemudian hari semua akan merasakan akibatnya . Tinjauan AL-QUR’AN QS. 6 : 123 dan QS. 27 : 48.
“Dan demikianlah Kami adakan dalam tiap-tiap negeri penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadari”. “Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak membuat kebaikan”.
AGUSTUS 1945
Jepang takluk pada sekutu otomatis di Indonesia dalam keadaan vaccum dari kekuasaan, maka hal tersebut dipergunakan oleh Bapak SM Kartosuwiryo dan para pendukungnya untuk memproklamasikan Kemerdekaan Negara Islam Indonesia.Proklamasi ini hanya baru di lingkungan sendiri.
AGUSTUS 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersiar lewat radio sampai ke luar negeri. Dengan adanya proklamasi tersebut maka Bapak SM Kartosuwiryo menarik kembali Proklamasi Negara Islam Indonesia (NII) nya dan menyatakan mendukung Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Adapun dukungan ini diberikan mengingat bahwa Sukarno adalah saudara seperjuangan semasa muda dibawah naungan Bapak HOS Cokroaminoto dan bercita-cita mewujudkan satu tujuan yang sama merealisasikan cetusan Pan Islamisme tahap pertama yaitu “Kemerdekaan Indonesia”. Namun sikap ini bukan berarti pula Bapak SM Kartosuwiryo mendukung Nasionalisme dan Komunismenya yang waktu itu masih menyembunyikan dirinya. Jadi Bapak SM Kartosuwiryo tidak menghendaki pertentangan dan perpecahan antara bangsa pada umumnya. Khususnya antar Umat Islam lantaran dua Proklamasi yang sama : yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Adapun masalah azas yang berbeda adalah sesuatu yang akan ditentuan kemudian.
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dapatlah dikatakan atau distatuskan sebagai satu kenyataan lahirnya “Kiblat Baitul Maqdis” bagi Umat Islam.
MASA DEFENSIF UMAT ISLAM (1945 - 1947) 18 AGUSTUS 1945
PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) bersidang dengan keputusan :
Menetapkan UU RI
Mengangkat Ir. Sukarno dan Drs. M Hatta sebagai Presiden dan Wapres
Pembentukan Kabinet Pertama yang bernama Kabinet Presidentil
Pada hari / tanggal ini juga wakil dari Indionesia bagian Timur Mr. Syam Ratulangi datang ke Jakarta untuk mengusulkan penghapusan Piagam Jakatra. Mengingat Umat Bangsa Bagian Timur mayoritas beragana Kristen yang jika usulannya tidak dikabulkan akan memisahkan diri dari RI. Maka pada waktu itu pun Sukarno lebih menampakkan kecongkakannya untuk menghapuskan Piagam Jakarta dan mengembalikannya kepada Pancasila. Namun benar-benar caranya sangat halus, Diawali dengan berpidato dihadapan sidang yang diiringi dengan derai air mata buaya, Sukarno memaparkan kerisauannya dan kesedihannya bilamana Bangsa Indonesia terpecah persatuan dan kesatuannya hanya lantaran perbedaan Agama, sementara kemerdekaan Indonesia baru pertama kali dikumandangkan.
Ampuh sekali hasilnya dimana perwakilan dari Islam pun menjadi sangat lunak terlebih setelah Sukarno mengajak bicara secara pribadi dengan Wahid Hasyim yang setuju akan penghapusan Piagam Jakarta, maka resmilah penghapusan Piagan Jakarta dengan perubahan pada poin pertama “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam sebagai pemeluk-pemeluknya” dirubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa.
Ini berarti pencoretan Islam dipanggung politik Indonesia yang akan berakibat kemudian tercabutnya Islam hingga ke akar-akarnya dari peredaran bumi Indonesia. Adapun Undang-undangnya adalah mentransfer dari UUD Belanda yang didominasi kaum Gereja dan Sekuler.
9 SEPTEMBER 1945
Belanda membonceng pada Sekutu waktu akan mengadakan pelucutan senjata Jepang kembali datang ke Indonesia yang sebenarnya akan menancapkan bendera lagi untuk menjajah bumi Pertiwi.
15 OKTOBER 1945
Tentara Inggris masuk ke Indonesia dibawah pimpinan Jendral Howtorn
1 NOVEMBER 1945
Presiden dan Wapres serta Mentri Amir Syarifuddin terbang ke Surabaya atas undangan Jendral Howtorn yang memerintahkan Cease Fire.
7 NOVEMBER 1945
Berdiri MASYUMI Baru, kelahirannya setelah dikeluarkan Dekrit Hatta tentang kebebasan untuk berdirinya Partai-partai politik. Partai ini menjadi partai terbesar di samping Partai Nasionalis serta Sosialis. Mengingat betapa pentingnya wadah bagi Umat Islam Indonesia yang pada awalnya sebagai penggerak kesadaran merdeka, sebagaimana MASYUMI yang lalu, MASYUMI barupun memiliki pasukan militer yang bernama Hisbulloh dan Sabilillah. Pasukan ini berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama BKR /TKR / TNI beserta yang lainnya. Partai Masyumi terkenal paling keras menentang segala macam bentuk kompromi dengan penjajah. Pada tahun ini juga Kabinet berubah dari Presidentil Kabinet menjadi Parlementer Kabinet. Dibawah kepemimpinan Sjahrir.