Awal Orang dan Sejarah Amerika
Awal dari Sejarah Amerika masih diliputi misteri. Ketika orang-orang Eropa datang ke benua baru tersebut, benua yang kemudian dikenal dengan nama benua Amerika bukanlah suatu tempat yang kosong dan tidak berpenghuni. Mereka yang kita kenal dengan Suku Indian. Suku Indian inilah yang merupakan penduduk asli dan telah bermukim diwilayah tersebut. Penduduk asli (orang-orang Indian) diduga berasal dari Asia. Kemudian mereka melakukan migrasi ke benua Amerika kurang lebih 5-10 ribu tahun yang lalu. Terdapat beberapa jalan/versi bagaimana orang Asia tersebut sampai ke benua Amerika. Ada yang mengatakan: mereka pergi ke Amerika melalui Selat Bering, ada yang mengatakan mereka pergi ke benua Amerika melalui Laut Pasifik, dan ada yang mengatakan bahwa mereka dari Asia pergi ke Barat dulu sampai ke benua Eropa baru kemudian menyeberangi Laut Atlantik dan mendarat di benua Amerika.
Selain orang-orang Indian, orang – orang Viking juga mewarnai tentang siapa orang Amerika pertama. Pada pincak Zaman Es, antara tahun 34.000-30.000 SM, sebagian air bumi tertahan dalam lembaran-lembaran es yang maha luas. Akibatnya, Laut Bering berada rausan meter lebih rendah dari permukaannya sekarang, dan sebuah daratan yang dikenal sebagai Beringia muncul antara Asia dan Amerika Utara. Pada puncaknya Beringia mencapai lebar sampai 1.500 kilometer. Tundra lembab tanpa pepohononan yang diselimuti rumput dan perdu ini menarik minat hewan-hewan besar yang diburu pada zaman itu untuk makanan mereka.(USINFO, 2004: 6)
Kehidupan pada waktu itu masing sangat primitif sekali. Ekonomi mereka masih sangat sederhana sekali. Untuk memenuhi kebutuhan makan pada waktu itu adalah dengan cara berburu. Ketika mereka melakukan perburuan tidak terasa puluhan bahkan ratusan kilometer telah ditempuh. Tak terasa pula bahwa mereka sudah masuk ke suatu wilayah atau benua yang baru. Karena pada waktu itu mereka hanya mengikuti kemana binatang buruannya itu pergi. Cara inilah yang terjadi selama ribuan tahun. Menyusuri pantai Siberia dan melewati daratan untuk melakukan penyeberangan.
Bukti adanya kehidupan kuno di Amerika Utara terus diemukan.Namun, hanya sedikit dari penemuan ini yang bisa dipastikan berasal dari masa sebelum 12.000 SM. Sebuah tempat pengintaian berburu yang baru-baru ini ditemukan di Alaska Utara, misalnya, kemungkinan besar berasal dari masa tersebut. Begitu juga dengan sebuah mata tombak yang bagus pahatannya dan benda-benda lain yang ditemukan di dekat Clovis, Mexico. (USINFO, 2004: 7)
Peninggalan-peninggalan seperti tersebut di atas mungkin tidak hanya terbatas pada daerah penemuan tersebut. Di berbagai kawasan di Amerika Utara dan Selatan banyak juga dijumpai Sekitar masa itulah mamut mulai punah dan bison menggantikan posisinya sebagai sumber makanan utama dan pakaian pelindung bagi orang-orang Amerika Utara pertama. Seiring waktu, makin banyak lagi hewan berukuran raksasa punah, baik karena perburuan berlebihan atau sebab-sebab alami. Selanjutnya, tanaman-tanaman seperti buah beri dan biji-bijian menjadi bagian penting bagi pola makan orang-orang Amerika awal. Berangsur-angsur peternakan dan pertanian secara primitif mulai dilakukan orang. Orang Indian di kawasan yang sekarang disebut Meksiko Tengah menjadi pelopornya. Mereka menanam jagung, labu, dan kacang-kacangan, sekitar tahun 8.000 SM. Lambat-laun, pengetahuan ini menyebar ke kawasan utara.
Pada tahun 3.000 SM, jenis jagung purba telah ditanam di lembah-lembah sungai di New Maxico dan Arizona. Lalu tanda-tanda pertama dari sistem pengairan pun mulai tampak, yang disusul dengan tana-tana kehidupan perkampungan kuno pada tahun 300 SM. Pada abad-abad pertama Masehi, suku Hohokum tinggal di pemukiman dekat tempat yang sekarang menjadi Phoenix, Arizona. Di tempat ini mereka membangun lapangan bola dan bukit tanah yang berbentuk pirmida yang serupa dengan yang ditemukan di Meksiko. Mereka juga membangun kanal dan sistem pengairan. (USINFO, 2004: 7-8)
Orang-Orang Indian Awal
Kelompok Indian pertama yang membangun bukit-bukit tanah di wilayah yang sekarang disebut Amerika Serikat sering disebut sebagai orang-orang Adenan. Mereka mulai membangun peti mati dan benteng dari tanah liat pada sekitas 600 SM. Beberapa tugu dari masa itu dibangun menyerupai bentuk burung atau ular. Tugu-tugu ini kemungkinan digunakan untuk kepentingan keagamaan yang sampai sekarang belum dipahami sepenuhnya.
Orang-orang Adenan tampaknya lantas terserap atau terpencar ke dalam berbagai kelompok yang secara bersama-sama dikenal sebagai suku Hopewell.Salah satu pusat terpenting kebudayaan mereka telah ditemukan di Ohio Selatan, dimana sisa-sisa ribuan tugu purba masih berdiri. Diyakini sebagai pedagang ulung, suku Hopewell menggunakan peralatan dan bermacam benda, serta menukarkannya sepanjang kawasan yang ratusan kilometer luasnya.
Sekitar tahun 500 Masehi, orang-orang Hopewell juga menghilang, berangsur-angsur membuka peluang bagi hadirnya kelompok suku yang lebih besar yang dikenal sebagai orang-orang Mississippi atau penganut kebudayaan kuil tugu. Satu kota, Cahokia, terletak di timur St. Louis, Missouri, diperkirakan berpenduduk sekitar 20.000 orang pada puncaknya di awal abad ke-12. Tepat di pusat kota berdiri sebuah tugu tanah liat besar berpuncak datar, tingginya 30 meter, dan luas dasarnya 37 hektar. Delapan puluh tugu lain ditemukan di dekatnya.
Kota-kota seperti Cahokia menggantungkan diri pada perburuan, jual beli ternak, dan perdagangan hasil bumi untuk makanan dan persediaan mereka. Dipengaruhi oleh masyarakat yang lebih makmur di kawasan selatan, mereka berkembang menjadi masyarakat yang mengenal sistem hirarki yang memiliki dan mempraktekkan upacara pengorbanan manusia. Dalam kawasan yang sekarang menjadi Amerika Serikat barat-daya, suku Anasazi, leluhur suku Indian Hopi modern, mulai membangun Pueblo, rumah dari batu dan tanah liat, pada sekitar tahun 900. Bangunan-bangunan unik yang mirip bentuk apartemen sekarang itu biasanya dibangun di sepanjang dinding karang. Yang paling terkenal, istana karang di Mesa Verde, Colorado, yang mempunyai 200 ruangan lebih. Bangunan lainnya, Pueblo Bonio yang puingnya berserakan di sepanjang sungai Chaco, New Mexico, diperkirakan pernah berisi 800 ruangan.
Kemungkinan suku Indian Amerika yang paling makmur sebelum kedatangan Columbus hidup di barat laut Pasifik. Di sini makanan alami berupa ika sampai bahan mentah sangat banyak sehingga persediaan berlimpah dalam kehidupan perkampungan pun bisa berjalan di sekitar tahun 1.000 SM. Kehebatan upacara ‘potlatch’ mereka tetap menjadi standar bagi kemegahan dan pesta pora yang mungkin tak tertandingi di sejarah Amerika kuno. (USINFO, 2004: 9)
Amerika yang menyambut kedatangan orang-orang Eropa pertama ke tanahnya bukanlah kawasan hutan belantara yang masih kosong dan tidak berpenghuni. Diperkirakan jumlah penduduk yang bermukin di Belahan Bumi Barat saat itu sama dengan yang di Eropa Barat-sekitar 40 juta orang.
Perkiraan mengenai banyaknya Pribumi Amerika yang hidup di Amerika Serikat pada awal kolonisasi bangsa Eropa berkisar antara 2 sampai 18 juta orang, tapi para ahli sejarah cenderung pada jumlah yang rendah. Populasi berkurang antara lain disebabkan dampak penyakit menular yang dibawa dari Eropa, terutama wabah cacar yang menewaskan banyak sekali orang Indian pada tahun 1600-an, jauh lebih besar ketimbang semua perang dan benrokan dengan pendatang Eropa. Kebudayaan dan adat istiadat Indian saat itu sangat kaya karena lahan mereka yang begitu luas dan lingkungan yang sangat beragam, serta adaptasi yang dilakukan oleh suku-suku ini ke stiap situasi tersebut. Namun pengelompokkan secara garis besar masih bisa dilakukan.
Banyak suku, terutama di wilayah timur yang berhutan dan Midwest, memadukan aspek-aspek perburuan, pengumpulan dan pembiakkan benih jagung, serta produk lainnya untuk bahan persediaan makanan mereka. Daam banyak hal, umumnya kaum wanita yang bertanggungjawab untuk masalah bercocoktanam di ladang dan mendistribusikan makanan sementara kaum pria pergi berburu dan berperang.
Dilihat ari semua segi, masyarakat Indian di Amerika Utara sangat terikat pada tanah mereka. Identifikasi dengan alam dan unsur-unsurnya adalah bagian menyeluruh dalam kepercayaan agama mereka. Pada hakikatnya hidup orang Indian berpedoman kepada kaum dan masyarakat mereka, dengan pemberian kebebasan dan toleransi kepada anak-anak Indian yang lebih besar bila dibandingkan kebiasaan Eropa saat itu.
Kendati beberapa suku di Amerika Utara telah mengembangkan sejenis aksara kuno untuk menjaga teks-teks tertentu, kebudayaan Indian lebih mengutamakan bahasa tutur, di mana penceriteraan dongeng dan mimpi sangat dijunjung tinggi. Jelas sekali bahwa terjadi perdagangan di antara suku-suku yang ada. Selain itu, banyak bukti kuat yang menunjukkan bahwa suku-suku yang saling bertetangga ini menjalin hubungan secara ekstensif dan resmi, baik hubungan yang bersahabt maupun bermusuhan. (USINFO, 2004: 10)
Kedatangan Orang-Orang Eropa di Benua Amerika
Orang Eropa pertama yang diperkirakan pertama kali menjejakkan kakinya di benua Amerika Utara adalah kaum Norse (berdasarkn bukti-bukti yang ada). Kaum Norse (Norwegia) ini berlayar ke barat dari Greenland, di mana The Red Eric mendirikan sebuah pemukiman sekitar tahun 985. Leif, puteranya, pada tahun 1001, menjelajah ke pantai timur –laut di kawasan yang sekarang menjadi Kanada. Menurut hikayat Norse, para pelaut ulung bangsa Viking telah mengarungi Lautan Atlantik sepanjang pantai Amerika utara ke arah selatan sampai Kepulauan Bahama, namun klaim ini belum bisa dibuktikan kebenarannya sampai sekarang. Meskipun demikian, pada tahun 1963, sisa-sisa reruntuhan beberapa rumh kaum Norse dari masa itu ditemukan di L’Anse-aux-Meadows, Newfoundland utara, sehingga mendukung klaim dari hikayat Norse tersebut.
Pada tahun 1497, hanya lima tahun setelah Christophorus Columbus mendarat di Karibia dalam upaya pencarian jalan ke Asia lewat barat, seorang pelaut Venesia bernama John Cabot tiba di Newfoundland dengan mengemban tugas dari Raja Inggris. Kendati nyaris dilupakan, pelayaran Cabot kemudian dijadikan alasan Iggris untuk mengklaim Amerika Utara. Pelayaran ini juga membukajalan ke kawasan penangkapan ikan yang berlimpah di lepas pantai George’s Bank, di mana para nelayan Eropa, terutama orang Portugis, segera berdatangan secara teratur. (USINFO, 2004: 11)
Memang eksplorasi pada waktu itu banyak dipelopori oleh negara-negara Eropa yang berada di pinggir laut, seperti: Inggris, Perancis, belanda, Portugal, dan Spanyol. Seperti diketahui bahwa negara-negara tersebut mempunyai pemerintahan yang kuat dan kesadaran nasional yang tinggi. Di sisi lain juga negara-negara tadi berda pada jarah yang dekat dengan perdagangan di timur.
Dari Barat Menuju Ke Timur
Tidak bisa dipungkiri bahwa pelayaran dalam rangka eksplorasi jalan ke dunia timur banyak disokong oleh golongan pedagang besar dan sebuah kekuatan yang terorganisir dari sebah negara bangsa. Sebagai bangsa yang mengawali eksplorasi adalah bangsa Portugal. Keunggulan maritimnya berkat Pangeran Henry ‘sang navigator’, yang sangat mengabdikan hidupnya untuk belajar tentang kelautan dan kemajuan pelayaran. Pangeran Henry mengirimkan pelayaran demi pelayaran, diantara pelautnya pergi ke selatan sejauh Cape Verde. Setelah kematian Pangeran Henry pada tahun 1460, tugasnya dilanjutkan oleh Bartholomes Diaz yang pada tahun 1486 berlayat di melewati Tanjung Harapan, 1497-8 Vasco da Gama berhasil menemukan jalan ke India. Pada tahun 1500, armada berikutnya dengan tujuan India, di bawah Pedro Cabral, tetapi kapalnya tertiup angin jauh sampai ke selatan dan terdampar di pesisir Brazil. Jadi sebetulnya benua Amerika sudah ditemukan pada dekade sebelum Columbus melakukan pelayarannya pada tahun 1492. (Richard N. Current, 1965: 5)
Christophorus Columbus (1451-1506) lahir di Genoa. Ia mendapatkan pengetahuan tentang pelayaran ketika ia dinas/melayani Portugis. Ia bukanlah orang yang pertama kali sampai ke timur dengan berlayar ke arah barat, tetapi ialah yang pertama kali melakukannya. Pada tahun 1492, Columbus melakukan pelayarannya yang pertama dan mendarat di Pulau Watling, bahamas. (Richard N. Current, 1965: 6)
Gambar Wajah Columbus dalam lukisan abad ke-16. Tidak ada gambar asli mengenai Columbus
Christopher Columbus (30 Oktober 1451 – 20 Mei 1506) adalah seorang penjelajah dan pedagang yang menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai ke benua Amerika pada tanggal 12 Oktober 1492 di bawah bendera Castilian Spanyol. Ia percaya bahwa Bumi berbentuk bola kecil, dan beranggap sebuah kapal dapat sampai ke Timur Jauh melalui jalur barat. Columbus bukanlah orang pertama yang tiba di Amerika, yang ia dapati sudah diduduki. Ia juga bukan orang Eropa pertama yang sampai ke benua itu karena sekarang telah diakui secara meluas bahwa orang-orang Viking dari Eropa Utara telah berkunjung ke Amerika Utara pada abad ke 11 dan mendirikan koloni L'Anse aux Meadows untuk jangka waktu singkat. Terdapat perkiraan bahwa pelayar yang tidak dikenali pernah melawat ke Amerika sebelum Columbus dan membekalkannya dengan sumber untuk kejayaannya. Terdapat juga banyak teori mengenai ekspedisi ke Amerika oleh berbagai orang sepanjang masa itu. Columbus tentu saja, tidak pernah melihat bumi Amerika Serikat, namun penjelajahan pertama ke Benua Amerika dilakukan dari koloni-koloni Spanyol yang ikut ia dirikan. Ekspedisi pertama yang dilakukan pada tahun 1513 oleh sekelompok lelaki di bawah pimpinan Juan Ponce de Leon mendarat di pantai Florida, di sebuah tempat yang denkat dengan yang sekarang menjadi kota St. Augustine.
Seorang saudagar yang beraal dari Florentina, Americus Vespucius (sebagian sumber menulis namanya dengan Amerigo Vespuci), berlayar dan menuliskan pengalamannya yang sebagian khayalan tentang penemuan benua baru. Kemudian surat-surat tadi oleh seorang ahli geografi berkebangsaan Jerman, Martin Waldsemuller, menerbitkan salah satu surat Americus Vespucius tadi dengan saran bahwa daratan tadi dinamakan Americus.
Tentang Amerigo Vespucci (Americus Vespuci)
Gambar Patung Amerigo Vespucci di Uffize, Firenze
Amerigo Vespucci (9 Maret 1454 - 22 Februari 1512) adalah seorang pedagang, penjelajah, dan pembuat peta dari Italia. Ia memegang peranan penting dalam penjelajahan pantai timur Amerika selatan antara tahun 1499 dan 1502. Dalam perjalanannya yang kedua, ia menemukan bahwa Amerika selatan memanjang ke selatan lebih jauh daripada yang diperkirakan oleh orang Eropa saat itu, dan menyimpulkan bahwa ini bukanlah India, melainkan sebuah benua baru. Pada 1507, Martin Waldseemüller menerbitkan sebuah peta dunia dan memberi benua baru ini nama "Amerika" menurut Vespucci.
Di antara tokoh-tokoh terpenting di awal penjelajahan bangsa Spanyol adalah Hernando De Soto, seorang conquistador kawakan yang bermitra dengan Fransico Pizzaro selama penakhlukkan Peru. Setelah meninggalkan Havana pada tahun 1539, ekspedisi De Soto mendarat di Florida dan menjelajah ke Amerika Serikat tenggar sampai sejauh Sungai Mississippi dalam pencarian harta karun. Orang Spanyol lainnya, Fransisco Coronado, memulai dari Mexico pada tahun 1540 untuk mencari Tujuh Kota Cibola yang menurut mitos berlimpah emas. Penjelajahan Coronado membawanya sampai ke Grand Canyon dan Kansas, namun gagal menemukan emas atau harta karun yang didambakan anak buahnya. Meskipun demikian, pasukan Coronado meninggalkan hadiah yang tak disengaja di daerah itu, cukup banyak kuda yang kabur untuk mengubah kehidupan di Daratan Besar (Great plains). Beberapa generasi kemudian, orang-orang Indian Plains telah menjadi ahli penunggang kuda, kecakapan yang selanjutya sangat meningkatkan rentang dan cakupan kegiatan mereka. Sementara orang Spanyol merangsek maju dari arah selatan
Sementara orang Spanyol merangsek maju dari arah selatan, kawasan sebelah utara dari yang sekarang menjadi Amerika Serikat lambat laun terbuka lewat perjalanan-perjalanan yang dilakukan para penjelajah seperti Giovanni da Verraano, lelaki asal Florentina ini berlayar untuk kepentingan Perancis, Ia mendarat di North Carolina pada tahun 1524, lantas melanjutkan pelayaran ke utara di sepanjang pantai Atlantik hingga ke tempat yang sekarang menjadi pelabuhan New York. Sepuluh tahun kemudian, pelaut Perancis, Jacques Cartier, berlayar dengan harapan besar-sama seperti orang-orang Eropa sebelumnya- untuk menemukan jalan tembus ke Asia. Ekspedisi Cartier di sepanjang Sungai St. Lawrence meletakkan dasar untuk klaim Perancis di Amerika Utara, yang berlangsung sampai tahun 1763.
Setelah keruntuhan koloni pertama mereka, Quebec, pada tahun 1500-an, kaum Huguenot (beragama pProtestan) dari Perancis mencoba untuk bermukim di pantai utara Florida dua dekade kemudian. Pihak Spanyol memandang Perancis sebagai sebuah ancaman terhadap jalur perdagangan mereka di sepanjang Sungai teluk (Gulf Stream) sehingga mereka menghancurkan koloni itu pada tahun 1565. Ironisnya, pemimpin pasukan Spanyol Pedro Menendez segera membangun sebuah kota baru yang dinamai St. Augustine yang tidak terlalu jauh dari tempat itu. Inilah hunian tetap Erpa pertama di tempat yang kelak menjadi Amerika Serikat.
Kekayaan berlimpah-limpah yang berguyur masuk ke Spanyol dari koloninya di Meksiko, Karibia, dan Peru, merangsang penguasa negara-negara Eropa lainnya. Dalam tempo singkat, negara-negara bahari baru termasuk Inggris muncul dan mulai ambil bagian di Dunia Baru. Salah satu penyebabanya adalah keberhasilan Francis Drake merampas kapal-kapal pembawa harta Spanyol.
Pada tahun 1578, Humphrey Gilbert, penulis risalah tentang pencarian Terusan Barat-Laut, mendapatkan hak paten dari Ratu Elizabeth untuk menjajah ‘tanah yang masih dihuni bangsa barbar dan biadab’ di Dunia Baru yang belum dikuasai negeri Eropa lainnya. Baru lima tahun kemudian upayanya bisa dimulai. Ketika ia hilang di laut, saudara-tirinya, Walter Raleigh, mengambil alih misi tersebut. Pada tahun 1585, Raleigh mendirikan koloni Inggris yang pertama di Amerika Utara, di Pulau Roanoked di lepas pantai North Carolina. Tempat itu kemudian terbengkalai dan upaya kedua dua tahun berikutnya juga mengalami kegagalan. Butuh waktu 20 tahun sebelum Inggris mencobanya lagi. Kali ini adalah Jamestown pada tahun 1607. Koloni yang dibangun ini sukses dan Amerika Utara pun memasuki era baru. (USINFO, 2004:13)
Gambar Koloni Inggris pertama di Pulau Roanoked
Koloni-Koloni Awal
Seperti sudah dijelaskan di pembahasan sebelumnya bahwa perintis kolonisasi di Amerika Serikat adalah Sir Humphrey Gilbert dan saudara tirinya Sir Walter Raleigh. Mereka berdua adalah teman Richard Hakluyt dan Ratu Elizabeth.
John Smith, pendiri dari koloni Virginia, 1607, mengatakan: “Heaven and earth never agreed better to frame a place for man’s habitation”. (Langit dan bumi tak pernah sesepakat merancang tempat untuk pemukiman manusia). Ungkapan John Smith tadi merupakan ekspresi bahwa Benua Baru yang kemudian dikenal sebagai Amerika Serikat mendukung sekali sebagai tempat pemukiman baru yang sangat menjanjikan: kaya akan sumber alam.
Tahun 1600-an merupakan awal dari terjadinya gelombang emigrasi dari Eropa ke Amerika Utara secara besar-besaran. Selama lebih dari tiga abad, gerakan perpindahan penduduk ini tumbuh dari hanya beberapa ratus orang Inggris menjadi banjir berjuta-juta pendatang baru. Terdorong oleh motivasi yang kuat dan berbagai alasan lainnya,mereka pun membangun peradaban baru di kawasan utara benua tersebut. (Prof. Keith W. Olson, cs.tt: 1 dan USINFO, 2004: 14)
Imigran pertama Inggris yang datang ke tempat yang sekarang diebut Amerika Serikat melintasi Laut Atlantik cukup lama setelah Spanyol membentuk koloninya di Maeksiko, India Barat, dan Amerika Selatan. Sama seperti para pendatang yang datang ke Benua Baru, mereka datang dalam kapal-kapal kecil yang berjubel penuh sesak. Selama pelayran antara 6 sampai 12 minggu, mereka hidup dalam ransum makanan yang terbatas. Banyak sekali yang tewas karena penyakit, sementara kapal-kapal kecil itu juga sering dihantam badai, dan beberapa diantaranya hilang di laut.
Terdapat beberapa latar belakang mengapa orang-orang Eropa melakukan migrasi ke Amerika Utara. Diantaranya karena mereka melarikan diri dari penindasan politik, demi mencari kemerdekaan dalam melakukan ibadah, atau pun untuk mencari petualangan dan mencari peruntungan yang lebih baik daripada di negeri mereka sendiri. Di antara tahun 1620 dan 1635, kesulitan ekonomi melanda Inggris. Banyak orang tidak mendapatkan pekerjaan. Bahkan para tukang yang terampil pun hanya mendapatkan upah sekedar cukup untuk menyambung hidup. Kegagalan panen menambah parah kesengsaraan. Selain tiu, Revolusi Industri telah menciptakan industri tekstil yang berkembang pesat, yang terus menuntut pemasokan wol agar pabrik bisa terus beroperasi. Karena ingin beternak biri-biri, para tuan tanah memagari tanah pertanian mereka dan mengusir para petani. Tak pelak, perluasan wilayah jajahan menjadi jalan keuar bagi kaum petani yang tersingkir ini.
Pemandangan pertama bagi orang-orang yang saat itu tiba di tanah baru adalah panorama hutan lebat. Para pendatang ini pasti sulit bertahan hidup kalau saja tidak dibantu oleh orang-orang Indian ramah yang mengajari mereka cara bercocok tanam tumbuhan sli daerah itu seperti labu, labu siam, buncis, dan jagung. Selain itu, kawasan hutan perawan sangat luas membentang hampir 2.100 kilometer sepanjang tepi pantai Timur menyediakan banyak binatang buruan dan kayu api. Kawasan ini juga berkelimpahan bahan mentah untuk membangun rumah, perabotan, kapal-kapal, dan beraneka barang yang menguntungkan untuk diekspor.(Prof. Keith W. Olson. Tt: 1)
Virginia dan Maryland
Koloni Inggris yang pertama didirikan di Amerika Utara adalah Jamestown. Koloni ini yang kemudian berkembang menjadi Viriginia. Virginia adalah nama yang diberikan untuk menghormati ratu Inggris pada waktu itu – Elizabeth (the virgin queen). Nama Virginia diberikan Elizabeth untuk memberi nama sebuah daratan yang tak tentu namanya di Amerika Utara yang berbatasan dengan Laut Atlantik. Sepanjang pantai ini penanam modal Raleigh berniat untuk memulai upaya-upaya kolonisasinya. Terdapat dua kelompok saudagar yang berminat, yang satu terletak di Plymouth dan satunya d London. Pada tahun 1606, saudagar yang berada di London-lah yang mendapat sebuah piagam dari Raja James I untuk membangun koloni di antara garis lintang ke-34 dan 38. Dengan mengambil contoh EIC, mereka tidak bermaksud untuk membangun sebuah perkampungan pertanian melainkan yang dibangun adalah pos perdagangan. Untuk itu maka berniat untuk mengirim hasil industri Inggris ditukar dengan Indian, dengan cara seperti itu mereka berharap membawa kembali barang dagangan Amerika atau memproduksi dengan buruh dari pekerja mereka sendiri.
Ekspedisi pertama mereka dengan tiga kapal kecil yang membawa 120 orang berlayar menuju Teluk Chesapeake dan naik ke atas Sungai James di musim semi pada tahun 1607. Para kolonis – sebagian besar teridiri dari para petualang yang gagah berani dan sangat sedikit diantara kolonis tadi mereka yang berniat menjadi pekerja – mengalami kesulitan-kesulitan sejak mereka mendarat dan mulai membangun perkampungan di Jamestown. Kelompok yang terdiri dari orang-orang kota dan para petualang ini lebih tertarik untuk mencari emas, menumpuk kayu, aspal, ter, bijih besi daripada harus berladang/bertani. Kelompok ini tidak dilengkapi dengan temperamen dan kemampuan untuk menjalani hidup di alam liar. Di antara mereka, Kapten John Smith, tampil sebagai sosok yang dominan sekali pun ada pertengakaran demi pertengkaran, kelaparan, orang Turki, dan bahkan orang-orang Indian.
Pada tahun 1609, setelah John Smith kembali dari Inggris, dan sepeninggalnya, koloni itu menjadi kacau. Selama musim dingin tahun 1609-1610, sebagian penduduk tewas akibat kelaparan dan penyakit. Dari total penduduk Jamestown yang berjumlah 500 orang hanya tersisa 60 orang yang mampu bertahan hidup pda bulan Mei 1610. Namun tidak lama kemudian terjadilaah perkembangan yang merombak Virginia. Pada tahun 1612, John Rolfe mulai menyilangkan benih tembakau dari India Barat dengan perdu asli Amerika dan menghasilkan jenis baru yang cocok dengan selera orang Eropa. Pengiriman tembakau ini pertama kali mancapai London pada tahun 1614. Dalam tempo sepuluh tahun, tembakau menjadi sumber pernghasilan terbesar Virginia.
Salah satu pemegang saham Virginia Company, George Calvert, Lord Baltimore, mempunyai ide untuk menguasai koloni tersebut sendiri. Ia sendiri masuk ke agama Katolik Roma, Calvert mempunyai pemikiran besar untuk membangun perumahan dan mendirikan tempat perlindungan bagi orang – orang penganut Katolik Roma, korban diskriminasi politik di Inggris. Dari Raja Charles I, Ia mendapat hak paten atas wilayah Virginia yang membentang dari Utara Potomac sampai Timur Teluk Chesapeake, Raja telah meng-Kristen-kan Maryland untuk menghormati istrinya yang menganut Katolik Roma, Seorang wanita Perancis – Henrietta Maria. George Calvert meninggal dunia sebelum pengakuan terhadap Maryland secara resmi, dan pengakuan tersebut dikeluarkan pada tahun 1623 kepada anak lelakinya – Cecillius, yang kemudian menjadi Raja ke-2 Baltimore.
Selama Virginia Co. (masih mengklaim hal atas tanah tersebut) menolak untuk mengakui Calvert, Lord Baltimore tetap tinggal di Inggris untuk mempertahankan kepentingannya di Istana, Ia mengutus dua dari saudaranya, satu diantaranya , Leonard Calvert, sebagai gubernur, untuk melihat pembangunan pemukiman di propinsi milik keluarganya. Pada bulan Maret 1634, Ark dan Dove, membawa 2 sampai 3 ratus penumpang, sebagian besar penganut Katolik Roma, masuk ke Potomac dan belok ke salah satu anak sungai sebelah timur. Di tebing yang tinggi dan kering inilah mereka membangun kampung, St. Mary, bertetangga dengan orang Indian, yang telah menarik diri untuk menghindari musuh-musuh pribumi, menolong dengan mencukupi persediaan jagung. Orang-orang Maryland pada awalnya tahu tidak ada kematian besar-besaran, tidak terjadi wabah penyakit, dan tidak ada kelaparan. Masalah Serius muncul dari perselisihan daerah perbatasan dengan orang-orang Virginia. Perselisihan menimbulkan pertumpahan darah tetapi pada akhirnya diselesaikan oleh keputusan Raja yang menyokong Maryland.(Richard N. Current, 1965: 16)
Massachussetts
Selama pergolakan agama pada abad ke-16, sebuah kelompok yang terdiri dari lelaki dan wanita yang menyebut diri mereka kaum Puritan mencoba mengubah Gereja Negara Inggris dari dalam. Pada hakikatnya mereka menuntut agar tata cara ibadah dan susunan gereja yang mengacu pada Katolik Roma diganti dengan bentuk kepercayaan dan ibadah Protestan yang lebih sederhana. Ide reformis mereka yang berupa penghancuran kesatuan negara gereja telah mengancam memecah belah masyarakat dan merongrong kekuasaan kerajaan.
Di tahun 1607, sekelompok kecil kaum separatis – sekte Puritan radikal yang tidak percaya Gereja Negara dapat direformasi- memisahkan diri ke Leiden, Belanda, tempat mereka mendapatkan suaka dari penguasa di sana. Namun kaum Calvinis Belanda memanfaatkan mereka untuk menjadi pekerja kasar dengan bayaran murah. Beberapa anggota perhimpunan agama ini menjadi tidak puas dengan perlakuan diskriminatif ini dan memutuskan untuk bermigrasi ke Dunia Baru.
Di tahun 1620, sekelompok kaum Puritan Laiden mendapat sebuah hak paten dari Virginia Co. Maka, sebuah kelompok berjumlah 101 orang yang terdiri dari laki-laki, wanita, dan anak-anak berlayar ke Virginia dengan kapal Mayflower. Badai mengirim kapal itu jauh ke utara hingga mereka mendarat di Cape Cod, New England. Yakin bahwa mereka di luar kekuasaan mana pun, mereka menyusun perjanjian resmi untuk berpegang kepada ‘hukum yang adil dan setara’ yangdi buat oleh para pimpinan yang mereka pilih sendiri. Perjanjian ini adalah Mayflower Compact (Kesepakatan Mayflower).
Tentang Bagaimana Kaum Pilgrim Hidup (Pilgrim=peziarah)
Gambaran tentang Kaum Pilgrim diberikan oleh Edward Winslow dalam surat yang Ia tulis sesaat setelah Ia mendarat. Ketika musim dingin yang pertama di New England, istri Winslow meninggal. Dua bulan kemudian, Ia kemudian menikah dengan Susannah White, yang juga telah menjanda pada periode yang sama. White adalah wanita pertama yang melahirkan di New England, dan pernikahan Winslow dan White adalah pernikahan pertama di wilayah tersebut. Winslow terpilih menjadi gubernur beberapa kali karena Ia sangat ahli dalah bernegosiasi dengan pemimpin suku Indian Masassoit. Pada awalnya hanya terdapat tujuh rumah dan empat diantaranya digunakan untuk perkebunan. Pada musim semi terakhir seluas 20 acre dipakai untuk ditanami jagung Indian, untuk menyemai gandum dan kacang polong seluas 6 acre, dan menurut cara orang Indian, tanaman diberi pupuk ikan hering atau shad (semacam ikan laut). Kehidupan kaum pilgrim waktu itu sangat berlimpah kesenangan.
Di bulan Desember, kapal Mayflower mencapai pelabuhan Plymouth. Di tempat inilah kaum Pilgrim sepanjang musim dingin membangu pemukima mereka. Nyaris separuh dari mereka tewas karena udara dingin dan penyakit. Gelombang baru imigran segera berdatangan di Pantai Teluk Massachussetts pada tahun 1630. Bekal mereka adalah mandat dari Raja Charles I untuk membentuk sebuah koloni. Banyak dari mereka adalah kaum Puritan yang praktek keagamaannya semakin dilarang di Inggris. Pemimpin mereka, John Winthrop, secara terbuka menyatakan ingin mendirikan “sebuah kota di atas bukit” di Dunia Baru. Dengan pernyataannya, ia memaksudkan sebuah tempat kaum Puritan akan hidup dengan peraturan ketat yang sesuai dengan kepercayaan mereka.
Koloni Teluk Massachussetts memegang peranan penting dalam perkembangan di seluruh kawasan New England. Keberhasilannya adalah karena Winthrop dan rekannya sesama kaum Puritan berhasil menerapkan anggaran dasar mereka di san. Dengan demikian, kekuasaan atas pemerintahan di koloni ini berada di Massachussetts, bukan di Inggris.
Rhode Island
Tidak semua orang menyukai hukum kolot dan kaku dari kaum Puritan. Salah seorang yang pertama kali berani menentang Pengadilan Umum secara terbuka adalah pendeta muda Roger Williams. Ia keberatan atas perampasan tanah suku Indian yang dilakukan secara semena-mena oleh pihak koloni dan hubungan koloni dengan Gereja Inggris.
Setelah dibuang dari Teluk Massachussetts William membeli sebidang tanah dari suku Indian Narragansett di kawasan yang kemudian dikenal dengan nama Providence, Rhode Island, pada tahun 1636. Di sinilah ia mulai membangun koloni Amerika pertama yang benar-benar memisahkan gereja dari negara, di mana kebebasan beragama dipraktekkkan.
Connecticut, New Hampshire, Maine
Williams yang disebut pembangkang ini bukan satu-satunya yang meninggalkan Masschussetts. Kaum Puritan Ortodoks yang berupaya mencari lahan dan keberuntungan lebih baik, segera mulai meninggalkan Koloni Teluk Massachussetts. Kabar tentang kawasan subur di Lembah Sungai Connecticut, misalnya, telah menarik minat kaum petani yang mengalami masa sulit dengan tanah tandus. Pada awal tahun 1630-an, banyak orang yang berani menghadapi bahaya serangan suku Indian demi mendapatkan tanah subur dan rata. Kelompok-kelompok baru ini tidak menjadikan keanggotaan gereja sebagai prasyarat untuk bisa memberikan suara. Maka, makin banyak orang yang pindah ke wilayah tersebut. Pada saat yang bersamaan, pemikiman-pemukiman lain mulai tumbuh di sepanjang pantai New Hampshire dan Maine,saat kian banyak imigran yang berdatangan mencari tanah dan kebebasan yang tampaknya ditawarkan oleh Dunia Baru. New Hampshire dan Maine kemudian menjadi milik terpisah antara Kapten John Mason dan Sir Fernando Gorges, ketika pada tahun 1629 mereka membagi sepanjang Sungai Piscataqua dari Dewan untuk New England. Massachussetts Bay Co. kemudian berniat meluaskan wilayahnya ke utara tetapi kasusnya kalah melawan ahli waris baik dari Mason maupun Gorges di pengadilan tinggi di Inggris. New Hampshire kemudian pada tahun 1679 diatur sebagai propinsi tersendiri. Maine, keluarga Gorges menjual hak mereka , dan menyisakan sebagian massachussetts sejak 1691 sampai diakui bergabung ke dalam Union sebagai negara bagian pada tahun 1820.
New England
New England adalah nama yang diberikan oleh Kapten John Smith, yang telah menjelajahi pantai tersebut dan menerbitkan sebuah laporan, termasuk mengambarkan petanya. Hak untuk menguasai wilayah tersebut telah berlalu bagi kelompok pedagang Plymouth pada waktu yang bersamaan (1606) kelompok London mendapatkan keuntungan dari kolonisasi di Selatan. Setelah usaha bertanam di muara Sungai Kennebec gagal, perusahaan Plymouth mereorganisasi sebagai Dewan atas New England, suatu badan hukum dalam real estate daripada sekedar memajukan perdagangan. Dewan tersebut memindahkan tanah-tanahnya menjadi milik individual dan perusahaan-perusahaandalam serangkaian dana bantuan yang tumpangtindih dan membingungkan. Hal ini, tetap atau berubah tergantung dana bantuan langsung dari Raja, asal saja dasar untuk semua koloni yang muncul di New England – Massachussetts (termasuk Plymouth dan Maine), Connecticut, Rhode Island, serta New Hampshire.
Sebagian besar dari penduduk koloni New England dan hampir seluruh koloni adalah kaum Puritan, yang mempunyai motif keagamaan kuat yang sama kuatnya dengan motif ekonomi waktu meninggalkan inggris untuk bermukim di seberang lautan.
The Carolinas dan New York
Enam dari tiga belas koloni terakhir berasal sebelum perang saudara di Inggris pada tahun 1640an, yang menghentikan kegiatan kolonisasi di luar negeri. Kemudian pada tahun 1660 Charles II kembali dari pengasingannya untuk memerintah sebagai Raja Merry dan mendapat hadiah sebagai orang istana yang agung di Dunia Baru. Ia tidak hanya diakui dengan piagam kerajaan, tetapi juga diberikan kepadanya koloni tambahan: Carolina Utara, Carolina Selatan, New York, New Jersey, Pennsylvania, dan Delaware.(Richard N. Current, 1965: 20)
Carolina (menurut bahasa Latin Carolinus, berarti Charles), sebagian diperoleh seperti Maryland yang diperoleh dari daerah Virginia, dihadiahkan oleh Charles II untuk suatu kelompok dari delapan kelompok favoritnya, para politikus terkemuka, diantara dari mereka yang paling aktif dalam urusan-urusan Carolina adalah Anthony Cooper, Lord Ashley. Di dalam piagam berturut-turut tahun 1663 dan 1665 delapan orang ini menerima hak bersama atas seluruh wilayah yang berada di antara garis lintang 29’ dan 36’ 30’. Seperti halnya Lord Baltimore di Maryland, mereka berharap memperoleh keuntungan sebagai tuan tanah dan spekulan tanah, menjual atau menghadiahkan lain-lain dalam bidang kecil, dan menarik pembayaran tahunan. Terdapat dua areal pemukiman yang terpisah, satu di utara dan satunya lagi di selatan Semenanjung Fear. Setelah dua wilayah diperlakukan sebagai satu koloni, dengan gubernur yang sama, pada akhirnya pemilik modal menjadikan sebagai koloni terpisah pada tahun 1712, masing-masing dengan gubernur yang berbeda sebagai pemiliknya.
Carolina Utara dan Carolina Selatan mempunyai karakteristik dan sejarah yang agak berbeda. Penghuni pertama di Carolina Utara berasal dari tanah koloni lain-sedikit dari New England, sebagian besar berasal dari Virginia. Perintis ini menunjukkan tanda-tanda lalai oleh si pemilik, yang telah memberikan perhatiannya ke separuh selatan dari miliknya. Di Carolina Selatan pemiliknya melihat kepada pembangunan kota Charleston, dengan dermaga, benteng, rumah-rumah yang baik, dan jalan-jalan yang lebar. Beberapa dari pemimpin-pemimpin awal koloni dan beberapa penduduk pertamanya berasal dari perkebunan tebu yang mengalami kemunduran di India Barat Inggris, khususnya Barbados. Perkebunan yang makmur dibangun di tanah daratan, dan jumlah penduduk tumbuh lebih cepat di sini dibandigkan di utara Tanjung Fear. (Richard N. Current, 1965: 20-21)
Pada tahun setelah penghadiahan Carolina Charles II dilimpahi seluruh wilayah yang terbentang antara Connecticut dan Sungai Delaware oleh saudaranya Duke of York tahun 1664 ( setelah itu Raja James II). Sebagian besar dari daratan ini agaknya menjadi milik Massachussetts Bay Company atas atas hadiah perusahaan laut ke laut. Seluruh kawasan telah diklaim oleh Belanda, yang telah menanamkan beberapa poin strategis di dalam kawasan tersebut.
Republik Belanda, setelah berhasil mencapai kemerdekaan dari Spanyol, segera membangun karirnya dalam perdagangan luar negeri dan mebangun kekaisaran di Asia, Afrika, dan Amerika. Untuk memperoleh keabadian dalam beberapa urusan, Perusahaan India Barat Belanda mulai membangun perkampungan, mengangkut seluruh keluarganya dalam sebuah perjalanan sampai yang disebut New Netherland pada tahun 164, dan kemudian menawarkan model’patron’ yang akan membawa lebih banyak imigran guna bekerja di tanah tersebut. Membangun koloni New Netherland.
Di bawah sistem patron, setiap pemegang saham atau patron yang dapat membawa 50 orang dewasa ke lahannya dalam jangka waktu empat tahun, akan mendapat tanah sepanjang 25 kilometer di tepi sungai, hak eksklusif untuk memancing dan berburu, dan kekuasaan hukum perdata serta pidana di tanahnya. Sebagai imbalannya, ia menyediakan ternak, alat pertukangan, dan bangunan. Para penyewa mesti membayar sewa dan memberi pilihan pertama kepada sang patron untuk membeli kelebihan panen.
Lebih jauh lagi ke arah selatan, sebuah perusahaan dagang Swedia yang punya ikatan dengan Belanda berupaya membangun hunian pertamanya di sepanjang tepian Sungai Delaware tiga tahun kemudian. Tanpa sumber kekayaan untuk mengukuhkan posisinya, New Sweden dengan cepat terserap ke dalam New Netherland, dan kelak ke dalam Pennsylvania dan Delaware.
Teluk Massachussetts bukan satu-satunya koloni yang digerakkan oleh motif agama. Di tahun 1681, William Penn, seorang Quaker yang kaya raya dan merupakan teman Raja Charles II, menerima hibah tanah luas di sebelah barat Sungai Delaware, yang kelak dikenal sebagai Pennsylvania. Untuk membantu mengisi kawasannya, Penn aktif merekrut orang-orang yang telah memisahkan diri dari gereja resmi di Inggris dan Eropa. Mereka adalah penganut Quaker, Mennonite, Amish, Moravian, dan Baptis. Ketika Penn tiba tahun berikutnya, sudah ada penghuni Belanda, Swedia, dan Inggris yang tinggal sepanjang tepi Sungai Delaware. Di sinilah ia mendirikan Philadelphia, ‘Kota Persaudaraan’.
Saat menjalankan kepercayaannya, Penn digerakkan oleh naluri persamaan hak yang sering tidak ditemukan di koloni-koloni lain di Amerika pada masa itu. Maka, kaum wanita di Pennsylvania sudah mempunyai hak-hak jauh sebelum wanita di bagian lain Amerika. Penn dan para pembantunya juga sangat memperhatikan hubungan baik koloni dengan suku Indian Delaware, dengan memastikan suku Indian dibayar untuk setiap lahan yang dihuni oleh orang-orang Eropa.
Georgia
Georgia adalah koloni terakhir yang kemunculannya sangat unik. Koloni ini dibangun bukan atas badan hukum,bukan atas kepemilikan, bukan dituntutn untuk tujuan mencari keuntungan, dan juga bukan dimaksudkan sebagai tempat pembuangan orang-orang picik. Tujuan utamanya adalah sebagai tempat untuk memenjarakan orang-orang Inggris yang berhutang, dan untuk membangun benteng pertahanan guna melawan orang-orang Spanyol yang berada di selatan daerah perbatasan Inggris Amerika.
Piagam dari George III (1732) memindahkan tanah di antara Savannah dan Sungai Altamaha kepada pemerintahan Jenderal James Oglethrope dan wakilnya untuk periode 21 tahun.. Kebijakan di koloni ini adalah untuk memenuhi kebutuhan akan keamanan militer. Dan koloni ini dijaga agar kondisinya tetap. Maka, orang-orang Negro dan budak dilarang masuk ke koloni ini, dan juga orang-orng Katolik Roma, guna mencegah bahaya yang ditimbulkan oleh situasi pada masa-masa perang, dan persekongkolan dengan musuh. Perdagangan dengan orang Indian pun diatur secara ketat, rum dilarang, untuk mengurangi masalah dengan Indian.
Koloni yang berdekatan dengan Florida ini, atau malah mungkin masuk tapal batas Florida yang diduduki Spanyol, dipandang sebagai tameng terhadap penyerbuan Spanyol. Namun Georgia juga kualitas unik yang lain: Jendral James Oglethrope yang memipin benteng Georgia adalah seorang tokoh pembaharu yang sengaja membuat tempat penampungan di mana kum miskin dan para mantan narapidana diberi kesempatan baru.
Sebelum dua puluh satu tahun dari masa perwalian berakhir, aturan melawan perkebunan besar, budak, dan rum dihapuskan, dan setelah 1750 Georgia telah berdiri di sepanjang garis yang sejajar dengan Carolina Selatan.