A. Pengertian Pendekatan, Strategi, dan Metode Pembelajaran
Pendekatan (approach), menurut T. Raka Joni (1991), menunjukan cara umum dalam memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak, ibarat seorang yang memakai kacamata dengan warna tertentu di dalam memandang alam sekitar. Kacamata berwarna hijau akan menyebabkan lingkungan kelihatan kehijau-h ijauan dan seterusnya.
Contoh pendekatan ekonomis dalam memandang permasalahan pendidikan akan menyebabkan hampir semua pengkajiannya dibawa ke dalam terminologi investasi dan hasil usaha, pendekatan CBSA dalam memandang pembelajaran selalu peserta didik yang menjadi orientasi setiap kegiatan.
lstilah pendekatan ini juga digunakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984) untuk menyebut pendekatan yang berorientasi pada lernbaga/guru dan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik.
Ketepatan dalam pemilihan suatu pendekatan akan menjadi pedoman atau orientasi dalam pemilihan komponen kegiatan pembelajaran lainnya terutama strategi dan metode pembelajaran.
Strategi (strategy), menurut T Raka Joni (1991) adalah ilmu dan kiat dalam memanfaatkan segala sumber yang dintiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemudian A.J. Romiszowski (1981) berpendapat bahwa strategi adalah suatu pandangan umum tentang rangkaian tindakan yang diadaptasi clari perintah-perintah terpilih untuk metode pembelajaran. Lebih lanjut ditunjukkan bahwa strategi pembelajaran itu banyak ragamnya, ibarat berada dalam satu rentangan (continum) antara dua ujung yang saling berlawanan, yaitu ekspositoridan diskoveri/inkuiri.
Selanjutnya Dick & Carey (1990) menyatakan bahwa strategi menunjukan komponen umum suatu set bahan aJar instruksional dan prosedur yang akan digunakan bersama bahan ajar tersebut untuk memperoleh hasil belajar tertentu. Kompone yang dimaksud, meliputi kegiatan pra-instruksional, penyajian informasi, partisipasi peserta didik, tes, dan tindak lanjut.
Dengan demikian strategi menunjukkan langkah-langkah kegiatan (syntax) atau prosedur yang digunakan dalam menyajikan bahan ajar untuk mencapai tujuan, kompetensi, hasil belajar. Suatu strategi dipilih untuk melaksanakan metode-metode pembelajaran terpilih.
Barangkali dalam setiap langkah strategi yang mencerminkan suatu metode pembelajaran, mendorong lvor K. Davies (1981 )untuk memaknai bahwa strategi merupakan metode dalam arti luas yang menggambarkan cara mengajarkan dan mengolah tugas-tugas mengajar, contoh: strategi perkuliahan/ceramah, tutorial, dan studi kasus. Pandangan Davies tersebut sejalan dengan Jerome Brunner dalam menggunakan terminologi metode pembelajaran induktif (berpikir induktif , berpikir evaluatif), metode belajar bagaimana belajar (learning how to learn) atau berpikir divergen ala Guildford. Metode pembelajaran pengetahuan Brunner ini, di samping inkuiri, diskoveri, pengatasan masalah (problem solving), dan sainstifik merupakan metode-metode yang banyak memberikan peluang dan tanggung-jawab pada peserta didik untuk mandiri, berpikir kritis dan kreatif dalam rangka menilai kebenaran dan kebermaknaan tentang sesuatu objek (Conny Semiawan, 1997).
Pandangan tentang strategi sebagai metode dalam arti luas tersebut juga diikuti oleh Muhibbin Syah (1995) bahwa dibandingkan dengan strategi, metode secara umum kurang berorientasi pada tujuan (less goal-oriented) karena metode dianggap lebih luas daripada strategi. Gagasan ini bukan berarti mengurangi signifikansi metode, lantaran strategi itu ada dan berlaku dalam kerangka metode pembelajaran.
Ketepatan dalam memilih strategi sangat memungkinkan keterlaksanaan metode-metode e terpilih dapat mewujudkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga peserta didik rnerasa dipermudah dalam mewujudkan hasil belajar yang diharapkan. Dengan demikian, strategi merupakan komponen pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya metode-metode terpilih untuk menyajikan bahan ajar selama kegiatan pembelajaran.
Metode (method), menurLrt Fred Percival dan Henry Ellington (1984) adalah cara yang umum untuk menyampaikan pelajaran kepada peserta didik atau mempraktikkan teori yang telah dipelajari dalam rangka mencapai tujuan belajar.
Batasan ini hampir sama dengan pendapat Tardif dalam Muhibbin Syah (1995) bahwa metode diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan penyajiart materi pelajaran kepada peserta didik.
Selanjutnya Reigeluth (1983) mengartikan bahwa metode mencakup rumusan tentang pengorganisasian bahan ajar, strategi penyampaian, dan pengelolaan kegiatan dengan memperhatikan tujuan, hambatan, dan karakteristik peserta didik sehingga diperoleh hasil yang efektif, efisien, dan menimbulkan daya tarik pempelajaran.
Pendapat Reigeluth tersebut didukung oleh Jerome Brunner (dalam Conny Semiawan, 1997) dengan menyebut metode pembelajaran induktif atau berpikir induktif. Kemudian J.E. Kemp (1994) menggunakannya untuk mengelompokan pola mengajar dan belajar, yaitu klasikal, mandiri, dan interaksi guru-peserta didik atau pengajaran kelompok.
Berbagai pendapat di atas, menunjukkan bahwa metode berhubungan dengan cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru.
Ketepatgunaan dalam memilih metode sangat berpeluang bagi terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga kegiatan pembelajaran (instructional activities) dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik untuk dapat meraih hasil belajar sesuai yang diharapkan.
Dengan'demikian metode merupakan suatu komponen yang sangat menentukan terciptanya kondisi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Dalam konteks kondisi pembelajaran yang menyenangkan itu, lvor K Davies (1981) menegaskan bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak selalu menjamin orang (baca: peserta didik) akan dapat belajar, Hal ini menunjukkan bahwa sebaik apapun seorang guru dalam merancang/mendesain suatu program pembelajaran, kiranya tidak akan dapat secara optimal mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan metode secara tepat.
Di samping pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran tersebut akan diuraikan pula tentang teknik, taktik, dan model pembelajaran. Ketiga istilah ini juga dipergu nakan dalam pembahasan dan/atau penyusunan kegiatan pembelajaran, Teknik (technic), menurut T Raka Joni (1991)menunjukkan keragaman khas dalam mengaplikasikan suatu metode sesuai dengan latar (setting) tertentu, seperti kemampuan dan kebiasaan guru, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, kemampuan dan kesiapan peserta didik dan sebagainya. Contoh dengan menggunakan metode ceramah, maka dapat disebutkan rentangan teknik berceramah
mulai dari yang diibaratkan tape-recorder dalam menyampaikan bahan ajar pelajaran sampai dengan menampilkan berbagai alat bantu/media untuk menyampaikan isi pelajaran yang dirancang berdasarkan teori pembelajaran mutakhir. Demikian halnya dengan teknik bertanya-jawab, teknik berdiskusi dan sebagainya.
Taktik (tactic), pengertiannya sama dengan teknik yang disebutkan di atas. lstilah ini digunakan apabila metode sebagaimana diuraikan di atas berdasarkan pendapat para ahli yang intinya, yaitu cara yang memungkinkan peserta didik memperoleh kemudahan dalam rangka mempelajari bahan ajar yang disampaikan oleh guru disebut dengan menggunakan istilah teknik.
Model, menunjuk suatu struktur secara konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang beium begitu berkembang (Marx, 1976). Menurut Snelbecker (1974) ada beberapa model dan yang paling banyak digunakan ialah model-model fisika, komputer, dan matematik. Semua model mempunyai sifat "jika-maka", dan model-model ini terikat sekali pada teori (dalam Dahar, 1989). Untuk model pembelajaran, menunjuk suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Winataputr1996). Contoh, model pembelajaran ekspositori dan cooperative learning cJan sebagainya.
B. Karakteristik Pendekatan, strategi, dan Metode pemberajaran
Karakteristik (ciri-ciri khusus) pendekatan yang berpeluang bagi peserta didik untuk mengembangkan potensinya secara seimbang dan seoptimal mungkin, apabila selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan, antara lain:
- Peserta didik melakukan kegiatan belajar yang beragam.
- Peserta didik berpartisipasi aktif, baik secara individu maupun kelompok.
- Memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik dalam menumbu kembangkan potensinya.
- lnteraksi yang terbangun selama proses pembelajaran menunjukkan terjadinya komunikasi multi arah dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar, metode, media, dan strategi pembelajaran.
- Selama proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin. Sebagai fasilitator, guru memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam belajar dengan menyediakan berbagai sarana yang diperlukan. Sebagai pembimbing, guru selalu mengajak dan mendorong peserta didik untuk belajar serta menawarkan bantuan pada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan sebagai pemimpin, guru rnenunjukkan arah kepada peserta didiknya yang melakukan hal-hal kurang baik.
Ciri-ciri strategi yang berpeluang bagi peserta didik untuk berperan aktif selama proses pembelajaran, antara lain:
- Setiap tahapan kegiatan memungkinkan penggunaan berbagai macam sumber belajar, metode, dan media pembelajaran.
- Selama proses pembelajaran mencerminkan kegiatan belajar yang beragam baik secara individu maupun kelompok.
- Dalam kegiatan pembelajaran menlungkinkan peserta didik belajar bekerja sam dan saling tukar-menukar pengalama
- Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memberikan pengalaman belajar (learning experiences) yang bermakna bagi peserta didik dalam bersikap. Utamanya kemauan dan keberaniannya untuk menjadi pernbicara sekaligus pendengar yang baik.
- Setiap tahapan kegiatan pernbelajaran memungkinkan bagi peserta didik untuk menumbuhkembangkan kemampuannya dalam berpikir secara kritis, kreatif, inovatif, dan produktif.
- Setiap tahapan kegiatan pembelajaran memotivasi peserta didik untuk mengkaji lebih jauh bahan-bahan yang telah dan sedang dipelajari
- Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoleh berbagai macam fasilitas belajar untuk melakukan kegiatan praktik dan/atau latihan.
- Dalam proses pembelajaran peserta didik memperoloeh kesempatan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan lingkungan sekitar (fisik dan sosial) secara bebas.
Ciri-ciri metode yang berpeluang memfasilitasi peserta didik selanra proses pembelajaran, antara lain :
- Memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif selama proses pembelajaran.
- Memberikan kemudahan bagi peserta didik dalarn mempelajari bahan ajar selama proses pembelajaran.
- Memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
- Memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencakup segenap potensi dalam dirinya secara seimbang.
- Memungkinkan peserta didik untuk melakukan refleksi secara bebas terhadap pengalaman belajar yang diperoleh ketika berinteraksi dengan lingkungan sekitar (fisik dan sosial).
- Mendorong tumbuh-kembangnya kepribadian peserta didik, utamanya sikap terbuka, demokratis, disiplin, tanggung-jawab, dan toleran serta komitmen terhadap nilai-nilai sosio-budaya bangsanya
C. Kedudukan serta Fungsi Pendekatan, Stategi, dan Metode Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran (instructional activities) merupakan lingkungan/konteks interaksi yang memungkinkan bagi peserta didik memperoleh kemuclahan belajar dalam rangka mewujudkan ketercapaian suatu kompetensi atau meraih hasil belajar yang diharapkan dan dapat berlangsung setiap saat dalam berbagai latar (setting) serta melalui berbagai sumber belajar (learning resources). Kegiatan pembelajaran yang demikian perlu pengelolaan secara tepat agar tercipta suasana yang kondusif, sehingga keterlaksanaannya dapat berlangsung secara efektif (tepat-guna) dan efisien (berhasil-guna) dalam memfasilitasi peserta didik sampai tenruujudnya hasil yang diharapkan. Ketepatan pengelolaan kegiatan pembelajaran sangat diperlukan dengan mengingat apa yang ditegaskan oleh lvor K Davies (1981) bahwa suatu kegiatan pembelajaran tidak menjamin orang (baca: peserta didik) dapat belajar.
Untuk mengelola kegiatan pembelajaran secara tepat-guna dan berhasil-guna diperlukan suatu pendekatan yang dalam pelaksanaannya menggunakan strategi dan metode pembelajaran tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut maka kedudukan pendekatan memberikan orientasi terhadap pengelolaan kegiatan pembelajaran dalam berbagai tahapan (tahap demi tahap) yang mencerminkan cara bagaimana peserta didik hendak mempelajari bahan ajar yang akan disajikan secara efekfif, efisien, dan seoptimal mungkin. Kemudian, metode dalam kegiatan pembelajaran berkedudukan membangun kondisi yang memudahkan untuk memfasilitasi cara belajar peserta didik agat dapat mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan secara efektif, efisien, dan seoptimal mungkin. Selanjutnya, kedudukan strategi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengernas atau menata keterlaksanaan berbagai macam metode dan media yang terpilih serta mengorganisasikan bahan ajar dari berbagai sumber dan peserta didik yang belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat diwujudkan secara efektif, efisien, dan seoptimal mungkin. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa desain program pembelajaran sebaik apapun, kiranya tidak akan dapat memfasilitasi peserta didik dalam mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan, apabila tidak didukung oleh pemilihan sekaligus penggunaan pendekatan, strategi, dan metode secara tepat Fungsi pendekatan dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai acuan pengorganisasian bahan ajar yang akan dipelajari oleh peserta didik selama proses pembelajaran, Bahan ajar merupakan uraian materi dari silabus yang akan diajarkan sebagai sarana untuk mewujudkan ketercapaian kompetensi. Sedangkan proses pembelajaran menunjukan bagaimana upaya guru dalam memfasilitasi peserta didik dalam mewujudkan ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Keterlaksanaan proses pembelajaran ini mencerminkan kondisi yang dibangun oleh guru dengan
memanfaatkan berbagai metode, media, dan sumber belajar terpilih dalam tahapan kegiatan pembelajaran yang sistematis.
Metode dalam kegiatan pembelajaran berfungsi untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan bagi peserta didik memperoleh kemudahan dalam mempelajari bahan ajar. Sedangkan strategi dalam kegiatan pembelajaran berfungsi mewujudkan keterlaksanaan berbagai metode terpilih untuk penyajian bahan ajar dengan menggunakan media yang relevan sehingga dapai mencapai tuluan pembelajaran yang diharapkan dalam diri peserta didik.
D. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran ditinjau dari segi proses Peratan pembelajaran ditinjau dari segi proses., menurut Percival dan Ellingtc . '984), meliputi:
a. Pendekatan yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan (traditionat teacher/institution centered approach)
Pendekatan yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan merupakan sistem pembelajaran yang konvensional di mana hampir semua kegiatan pembelajaran dikendalikan oleh guru dan staf lembaga pendidikan (sekolah). Guru mengomunikasikan pengetahuannya kepada peserta didik berdasarkan tuntutan silabus. Karakteristik pendekatan yang berorientasi pada guru bahwa proses belajar mengajar atau proses komunikasi bedidik hanya menerima apa saja yang disampaikan oleh guru dan hanya sekali-kali diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Kelebihan pendekatan ini bahwa guru memiliki kebebasan dalam mengatur alokasi waktu dan fasilitas pembelajaran untuk dapat menyeles kan tuntutan silabus. Sedang kelemahannya bahwa peserta didik terkesan pasif selama proses pembelajaran. lnteraksi pembelajaran yang terbangun mencerminkan terjadinya komunikasi satu-arah, peserta didik lebih bergantung pada bahan apa saja yang disajikan oleh guru, sehingga perolehan pengamalan dalam belajar pun juga sebatas kemampuan guru tentang bahan yang diajarkan sebagai tuntutan silabus.
Struktur pendekatan yang berorientasi kepada guru/lembaga pendidikan divisualisasikan. sebaoai berikut :
b. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik
Pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik merupakan sistem pembelajaran yang menunjukkan dominasi peserta didik selama kegiatan pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing dan pemimpin. Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan yang berorientasi pada peserta didik bahwa kegiatan pembelajaran beragam dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar, metode, media, dan strategi secara bergantian sehingga serama proses pemberajaran peserta didik berpartisipasi aktif baik secara individu maupun kerompok. cara pembelajaran inijuga sering dikenar sebagai pendekatan cBSA.
Kelebihan pendekatan ini bahwa peserta didik memperoleh kebebasan secara befianggung-jawab dararn menentukan pengaraman berajarnya dengan memanfaatkan fasiritas yang tersedia. Kompetensi yang dicapai terkesan luas dan mendalam serta tidak mudah dilupakan, karena mereka temukonstruksikan sendiri yang dipelajari dengan bimbingan dan arahan dari guru. sedangkan kelemahannya bahwa penggunaan alokasi waktu terkesan kurang efisien dan guru tidak segera dapat mengetahui ketercapaian kompetensi yang diharapkan, di samping tuntutan silabus sulit untuk dipenuhi sesuai waktu yang ditetapkan dalam kalender pendidikan. Karena kemajuan belajar peserta didik amat bergantung kemampuannya, aparagi karau peserta didik dalam kelas memiliki kemampuan yang heterogen. struktur pendekatan yang berorientasi kepada guru/rembaga pendidikan divisualisasikan, sebagai berikut:
Pendekatan, Strategi, dan Metode pembelaiaran
Ke dua jenis pendekatan pembelajaran di atas, menurut Alexander Joseph Romiszowski (1981), dikenal dengan istilah ekspositori dan diskoveri.
Sementara Massialas Byron memberistilah ekspositori dan inkuiri, kemudian Richard Anderson menyebut dengan teacher centered dan sfudent centered (Nana Sujana, 1992).
2. Pendekatan pembelajaran ditinjau dari segi materi pembelajaran, meliputi:
a. Pendekatan Kontekstual
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning - CTL) sebagai model pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keteram pilan berpikir melalui bagaimana belajar dikaitkan dengan situasi nyata di lingkungan sekitar peserta didik, sehingga hasilnya lebih bermakna. Pengembangan model pembelajaran ini mengakomodasi motto belajar (CTL Academy Fellow, 1999) bahwa cara belajar terbaik apabila peserta didik mengonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya.
Pembelajaran kontekstual menurut Johnson (daiam Nurhadi, Burhan Yasin, dan Agus Gerrad Senduk, 2004) merupakan proses pendidikan yang bertujuan membantu peserla didik melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.
Pembelajaran yang dikembangkan menggunakan pendekatan substansi (content) pelajaran dikontekskan pada situasi kehidupan di sekitar peserta didik ini dengan pertimbangan akan memperlancar proses belajar mereka sekaligus memahami dan menyadari bahwa pengetahuan yang didapatkan di sekolah sesuai dengan apa yang dibutuhkan, sehingga akan memberikan manfaat bagi kehidupannya. Hal ini akan rnenjadikan pendorong mereka untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam kapasitasnya sebagai anggota keluarga dan warga masyarakat.
Pembelajaran kontekstual ini disamakan dengan pembelajaran berdasarkan pengalaman (experiendd learning), pendidikan dunia nyata (real worlf edttcation), pembelajaran aktif (active learning), pembelajaran berpusat pada peserta didik (learner centered instruction), dan pembelajaran dalam konteks (learning in context).
Pembelajaran kontekstual dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar, di samping membekali peserta didik dengan pengetahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan/ditransfer antarpermasalahan n dan antarkonteks.
Untuk mencapai tujuan tersebut, CTL akan menuntun peserta didik untuk:
- Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections)
- Mengerjakan pekerjaan/kegiatan yang berarti (doing significant work)
- Mengatur cara belajar sendiri (self regulated learning)
- Bekerja bersama (collaborating)
- Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
- Memelihara pribadi peserta didik (nurf uring the individual)
- Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards)
- Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessmenf,)
Karakteristik pembelajaran berbasis CTL menurut Blanchard (2001), meliputi:
- Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah (problem solving)
- Kegiatan pernbelajaran perlu dilakukan dalam berbagai konteks, seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja
- Selama pembelajaran perlu memantau dan mengarahkan peserta didik agar dapat belajar mandiri
- Pembelajaran perlu ditekankan pada konteks kehidupan peserta didik yang berbeda-beda
- Mendorong peserta didik untuk dapat belajar dari temannya dan belajar bersama dalam kelompok
- Menggunakan penilaian autentik yang mencakurp proses maupun hasi
Kata kunci pembelajaran berbasis 'CTL sekaligus menunjukkan kelebihannya, antara lain: belajar berkerja sama dan saling menunjang. belajar menyenangkan/tidak membosankan, belajar dengan bergairah atau bersemangatinggi, pembelajaran terintegrasi antardisiplin, menggunakan berbagai sumber, peserta didik aktif , sharing dengan teman atau berbagi pengalaman, peserta didik kritis dan guru kreatif, dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta didik (seperti peta-peta, gambar, artikel, humor dan sebagainya), dan laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya peserta didik (seperti laporan hasil praktikum, karangan, dan sebagainya). Sedangkan kekurangannya bahwa penggunaan waktu terkesan kurang efisien, lingkungan kelas terkesan penuh dan kurang bersih, peserta didik dalam belajar tidak jarang ditinggal sendirian dalam kelas.
Langkah-langkah (syntax) pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang dikenal dengan tujuh komponen CTL, sebagai berikut:
- Kembangkan pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja, menemukan, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Selama pembelajaran dibiasakan peserta didik untuk memecahkan masalah, menemukan informasi yang berguna bagi dirinya dan menstranformasikan/menerapkan pda situasi lain, serta bergelut dengan ide-ide.
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik sehingga pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik bukan sekedar hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus kegiatan inkuiri yaitu merumuskan masalah, observasi (obseruation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), dan penyimpulan (conclusion).
- Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya karena pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu berawal dari bertanya. Dalam pembelajaran kegiatan beftanya berguna untuk menggali informasi mengecek pemahaman peserta didik, membangkitkan respon peserta didik, mengetahui sejauhmana sifat keingintahuan peserta didik, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh peserta didik, memfokuskan perhatian peserta didik, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari peserta didik dan menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
- Ciptakan masyarakat belajar (learning community) atau belajar dalam kelompok-kelompok. Melalui masyarakat belajar, maka hasil belaja peroleh dengan cara kerja sama, sharing antarteman baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Hadirkan model, pemodelan (modeling) sebagai contoh pembelajaran, sehingga peserta didik dapat meniru sebelum melakukan atau bertanya segala hal yang ingin diketahui dari model dan guru bukanlah satu-satunya Model.
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan agar peserta didik terbiasa untuk menelusuri kembali pengalaman belajar yang telah dilakukan sekaligus berpikir tentang apa yang baru dipelajari karena peserta didik akan nrengendapkan pengetahuan ke dalam kerangka berpikirnya sebagai pengayaan atau revisi atas pengetahuan sebelumnya.
- Lakukan penilaian yang sebenarnya (authentic assessmenf/ selama dan setelah proses pembelajaran dengan berbagai cara untuk rnemberikan gambaran tentang perkembangan belajar peserta didik. Hasil penilaian ini yang lebih penting untuk membantu agar peserta didik mampu belajar bagaimana belajar (earning how to learn), bukan diperolehnya sebanyak mungkin informasi.
Untuk melaksanakan pembelaiaran kontekstual menurut Zahorik (1995) ada lima elemen yang perlu diperhatikan, yaitu:
- Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge)
- Pemerolehan pengetahuan baru (aquiring knowledge) dengan mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya.
- Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) dengan cara menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain agar mendapatanggapan (validasi), dan atas dasar tanggapan suatu konsep direvisi dan dikembangkan
- Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge)
- Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembanngan pengetahuan tersebut.
b. Pendekatan tematik
Pendekatan tematik sebagai suatu pembelajaran di mana materi yang akan dipelajari oleh peserta didik disampaikan dalam bentuk topik-topik dan tema yang dianggap relevan. Pembelajaran dengan pendekatan tematik dapat dilaksanakan untuk satu disiplin ilmu atau multidisiplin ilmu.
1) Pendekatan pembelajaran tematik untuk satu disiplin ilmu
Penyajian materi suatu mata pelajaran untuk mencapai sejumlah kemampuan dasar selama satu semester atau satu tahun dalam bentuk tema.
Ketercapaian suatu tema tergantung keberhasilan dalam pembelajaran suatu topik yang dirumuskan atas dasar materi pokok untuk kemampuan dasar tertentu.
Struktur pendekatan pembelajaran tematik untuk satu disiplin ilmu divisualisasikan, sebagai berikut:
Mengingat materi untuk setiap mata pelajaran memiliki sifat-sifat yang sama (fakta, konsep, generalisasi/prinsip, hukum/teori, prosedur, dan keterampilan), maka dalam merurnuskan suatu topik kiranya perlu diperhatikan kriteria, sebagai berikut:
a) Topik dirumuskan berdasarkan materi pokok dari setiap kemampuan dasar
b) Rumusan topik menggambarkan materi secara kontekstual
c) Topik dirumuskan dalam ungkapan atau kalimat yang menunjukkan satu pengertian atau gagasan secara utuh
d) Rumusan topik dalam bentuk ungkapan atau kalimat positif, misal untuk materi pokok masyarakat hukum datap dirumuskan topik m e n a ati tata-terti b ke I as
Sedangkan kriteria untuk merumuskan suatu tema, antara lain:
a) Tema dirumuskan sebagai abstraksi dari topik-topik
b) Cakupan materinya lebih luas dari topik
c) Satu tema mewakili beberapa topik
d) Rumusan tema menggambarkan materi esensial dan kontekstual dari topik-topik
e) Tema dirumuskaan dalam suatu kalimat proposisi
f. suatu tema hendaknya dapat memunculkan banyak masarah yang dapat menjadi bahan kajian dalam pembelajaran, misar untuk tema menumbuhkan kesadaran herdemokrasi yang berranggung-jawab dapat dimunculkan masalah-masalah, antara lain: pemilihan ketua kelas, musyawarah dalant penyusLinan tata-tertib kelas, kedudukan dan fungsi tata-tertib kelas dan sebagainya (Pedoman Kegiatan lntra kurikuler dan dan Ekstrakurikuler berdasarkan Kurikulum 2004 oleh Dirjen Dikdasmen, 2004. 15-16).
2) Pendekatan pemebelajaran tematik untuk multi-disiplinlmu
Penyajian materi pembelajaran dalam suatu tema yang isinya mencakup materi pokok untuk mencapai kemampuan dasar dari berbagai mata pelajaran yang dianggap relevan dengan tema yang disajikan. Materi
pokok dari setiap mata pelajaran menjadi suatu topik.
Sebelum pembelajaran guru perlu melakukan analisis terhadap materi-materi pelajaran yang dianggap relevan dengan cara, antara lain: amati silabus-silabus mata pelajaran SD yang telah dibuat, amati dari berbagai silabus tersebut kemampuan dasar mana yang materinya berhubungan dengan tema yang akan dibelajarkan, amati dari berbagai silabus tersebut indikator-indikator mana yang seharusnya dicapai atau ditampakkan oleh
peserta didik selama dan setelah kegiatan pembelajaran untuk tema yang dipelajari Melalui hasil analisis ini akan diperoleh seperangkat sifat-sifat bahan dari perbagai mata pelajaran sebagai topiktopiknya yang siap untuk disajikan dalam satu tema. Ketercapaian suatu tema dapat diketahui melalui keberhasilan dalam pembelajaran topik dari setiap mata pelajaran terkait.
Struktur pendekatan pembelajaran tematik untuk multi disiplin ilmu divisualisasikan, sebagai berikut: