Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya ternak sebagai aset produktif nasional khususnya ternak lokal (ruminansia kecil, ruminansia besar dan ternak omnivora) dengan jumlah antara 50 sampai 250 juta ekor per jenis komoditas. Dengan jumlah populasi sebanyak itu dan dengan manajemen yang baik, diperkirakan cukup menghasilkan daging bagi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pada kenyataannya, pemanfaatan aset produktif tersebut secara berkelanjutan sangat rendah dan populasi cenderung berkembang menurun, sehingga ketergantungan pangan hasil ternak pada impor terus meningkat.
Perekonomian Indonesia sedang dalam kesulitan besar menghadapi krisis ekonomi dan krisis sosial politik. Masalah yang akhir-akhir ini muncul adalah menghadapi ancaman ketahanan pangan, peningkatan jumlah orang miskin dan pengangguran. Dalam situasi semacam itu ditambah dengan kondisi keuangan negara yang tersedia relatif rendah, maka pemerintah sulit mendorong pembangunan untuk mencapai angka pertumbuhan yang layak. Atas dasar itu, pemerintah perlu memobilisasi dana dan kekuatan ekonomi rakyat dan masyarakat luas sebagai suatu bentuk human capital yang mempunyi akal dan daya kerja.
Salah satu pilihan dalam menggerakan perekonomian rakyat adalah meningkatkan manfaat ternak lokal secara kreatif dan produktif. Pembangunan sumberdaya ternak domestik selama ini tidak atau belum mendapat perhatian bahkan peternakan terkesan tidak masuk dalam katagori sumber pertumbuhan. Tidak dapat dilupakan kenyataan bahwa pengembangan ternak domestik berpotensi sebagai sumber pendapatan penting bagi petani, meningkatkan swasembada pangan, memperkuat cadangan devisa, menyediakan, lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan di pedesaan. Atas dasar latar belakang tersebut di atas, perlu dilakukan suatu usaha mendata kembali situasi kondisi kini tentang keadaan phisik dan sosial ekonomi pengusahaan ternak kado.
Adalah kenyataan sangat menarik bahwa sekalipun permintaan konsumsi kado relatif tinggi dan terus berkembang, baik untuk dalam maupun untuk luar negeri, tidak disertai dengan respon positip dari sektor produksi kado. Hal ini diperlihatkan oleh tidak ada perubahan sistem dan struktur dari pola tradisional. Bahkan pada saat ini terjadi kecenderungan pengurasan populasi kado di berbagai sentra produksi. Pertanyaan penting adalah mengapa ternak kado tidak kunjung bergeser dari pola tradisonal menjadi pola usaha yang berwatak bisnis? Bagaimana kebijakan yang tepat bagi mendorong usaha ternak kado sehingga peningkatan manfaat dan nilai tambah bersifat komersil?
Penelitian analisis kebijakan ini mempunyai fokus utama pada perumusan bagaimana kebijakan pengembangan ternak kado dengan pendekatan agribisnis wilayah dengan tujuan meningkatkan manfaat dan nilai tambah. Secarra spesifik tujuan analisis kebijakan ini adalah:
- Melakukan analisis dan diskripsi agribisnis ternak kado
- Mengidentifikasi kegiatan dan permasalahan penanganan pasca panen dan pengolahan hasil-hasil ternak kado
- Merumuskan kebijakan pengembangan agribisnis peterrnakan rakyat dalam kerangka meningkatkan manfaat dan nilai tambah.
ADS HERE !!!