Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Ghaib
Tentang Reproduksi
Di antara ayat yang berbicara mengenai proses penciptaan manusia, terdapat dalam surat al-Qiyamah dari ayat 37, “Bukankah dia dahulu nuthfah dari mani yang dituangkan (ke dalam rahim), kemudian ia menjadi ‘alaqah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya ? Lalu Allah menjadikan darinya sepasang lelaki atau perempuan ? Manusia dinyatakan berasal dari nuthfah (setetes). Tidak berasal dari seluruh mani yang dituangkan. Ayat ini kemudian tidak bertentangan, alias sejalan dengan kenyataan ilmiah. Bahwa hanya satu sel sperma saja yang mampu membuahi—dari +dua ratus juta benih manusia ini—sel telur (ovum), sekaligus sebagai penentu jenis kelamin di mana sel sperma tersebut memiliki kandungan, yang disebut dengan kromosom. Proses ini bisa kita ikuti secara detail dalam sebuah video “Keajaiban Penciptaan Manusia” karya Harun Yahya,
Tentang Semua Makhluq Hidup Berpasang-pasangan
Bukan hanya manusia yang disebutkan al-Qur’an hidup berpasang-pasangan. Namun semua makhluq selain manusia juga demikian. Allah berfirman: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (QS. Yaasin: 36). “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (kebesaran Allah) (QS. Ad-Dzariyat: 49) (Qardlawi, Yusuf, Dr., Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan, GIP, 1999, hal 320).
Tentang Kejadian Alam Semesta dan air sebagai sumber kehidupan
Isyarat tentang langit dan bumi berasal dari satu gumpalan, disebutkan, “Tidakkah orang-orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu yang padu (gumpalan) kemudian Kami memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka juga tidak beriman ?” (QS. 21 : 30) Meskipun ia tidak menjelaskan bagaimana pemisahannya, berita ini dibenarkan oleh observasi para ilmuwan melalui teori ‘big-bang’. Tidak itu saja, Allah kemudian melanjutkan dengan firman-Nya, bahwa air merupakan sumber segala kehidupan. Sesuai dengan apa yang disebut para ilmuwan mengenai protoplasma yang berasal dari laut, yang daripadanya tercipta kehidupan. Dengan kata lain, semua kehidupan berasal dari laut, yakni air!
·Tentang Fir’aun
Firman Allah, “Maka pada hari ini, Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran orang-orang (generasi) yang datang sesudahmu. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”(QS. 10 : 92). Bahwa kebenaran tentang Bani Israil yang menyeberangi lautan bersama Nabi Musa, memang telah diakui. Begitu pula dengan tenggelamnya Fir’aun di Laut Merah ketika mengejar rombongan Nabi Musa yang berhasil menyeberangi laut. Namun tidak ada satu orang pun di masa Nabi Muhammad SAW yang mengetahui menyangkut tetap Utuhnya badan Fir’aun—meski telah ribuan tahun—sebagai pelajaran generasi sesudahnya. Dan ternyata jasad Fir’aun baru ditemukan pada abad ke-18. Dan sampai sekarang pun jasad yang sudah menjadi mummi itu masih ada dan disimpan di Museum Mesir.
Khotimah
Subhanalloh! Empat berita ini dan masih banyak lagi, telah cukup memberikan bukti kebenaran firman Allah, karena siapa lagi kalau bukan Allah, zat yang maha mengetahui—tanpa penelitian apapun—lagi maha kuasa—membuat badan Fir’aun tetap utuh? Tentunya masih banyak hal- lain sebagai bukti kemukjizatan al-Qur’an yang belum terungkap dan membuat ummat manusia berusaha menggalinya lebih dalam lagi. Hanya orang-orang yang beriman (istilah lain bagi ahli dzikr) dan memanfaatkan potensi fikirnyalah yang akan mampu mengambil manfaat yang optimal dari al-Qur’an. Tidak sebagaimana kebanyakan ummat Islam yang hanya bangga dengan kebesaran mukjizat al-Qur’an tanpa melakukan apa-apa, tidak pula sebagaimana orang-orang non-islam yang berhasil melakukan investigasi dan menunjukkan kebenaran al-Qur’an tetapi tidak sanggup mengubah hati mereka untuk beriman kepada Tuhan yang telah menurunkan-Nya. Akhirnya, marilah kita renungkan firman Allah SWT: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah menjadi tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi ulul-albab (orang yang cerdas). Yaitu mereka yang senantiasa berdzikir kepada Allah di saat berdiri, duduk dan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi seraya berkata “Ya Tuhan kami Sungguh tiada yang kau ciptakan ini sia-sia, maha suci Engkau maka periharalah kami dari adzab api neraka”” (QS. 3. 190-191).
ADS HERE !!!