Pengembangan Agroindustri Manggis
Manggis merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara. Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu (Jawa Barat), Manggus (Lampung), Manggusto (Sulawesi Utara), Manggista (Sumatera Barat). Masyarakat dunia mengenal manggis sebagai Queen of fruits karena rasanya yang exotic yaitu manis, asam berpadu dengan sedikit sepat.
Buah manggis mengandung kalori dan kadar air yang cukup tinggi. Secara tradisional buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/ kerajinan.
OUT PUT
Terbentuknya Sistem Pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Manggis berupa packing house pada 12 Propinsi Sentra Produksi serta terbentuknya “WRS” (“Warehouse Receipt System”) atau “Pusat Pengaturan Distribusi Buah” pada setra-sentra produksi tersebut.
OUT COME
- Komoditas manggis dapat menjadi tumpuan pendapatan petani akibat harga jual yang menguntungkan dan meningkatkan PAD Propinsi Sentra Produksi
- Pengolahan manggis dapat ditangani secara regional melalui Pusat Pengolahan yang dibentuk di tingkat Propinsi
- Manggis sebagai komoditas eksotis dapat lebih dikenal dimasyarakat baik di dalam dan di luar negeri, sehingga menciptakan peluang pasar, meningkatkan daya saing serta nilai tambah produk.
BUDIDAYA
Kendala agribisnis manggis adalah umur panen tanaman yang bisa mencapai 6 tahun, sehingga pengembalian modal tidak dapat berlangsung cepat. Karena itu diperlukan para pemodal kuat yang tetap dapat bertahan sampai modal agribisnis manggisnya kembali setelah menunggu 11 tahun sejak tanam. Pohon manggis yang tersedia sekarang umumnya adalah turunan/warisan yang sudah berumur cukup tua.
Buah manggis yang diperdagangkan sebagian besar berasal dari kebun rakyat yang belum terpelihara secara baik dan sistem produksinya masih tergantung pada alam (tradisional). Dalam budidaya manggis, angin berperan dalam penyerbukan bunga untuk tumbuhnya buahdimana angin yang baik adala yang tidak terlalu kencang. Daerah yang cocok untuk budidaya manggis adalah daerah yang memiliki curah hujan tahunan 1.500–2.500 mm/tahun dan merata sepanjang tahun. Temperatur udara yang ideal berada pada kisaran 22-32°C.
Budidaya tanaman manggis membutuhkan media tanam tanah yang cocok agar hama dan penyakit bisa ditekan seminimal mungkin. Produksi manggis saat ini masih potensial untuk ditingkatkan bila memperoleh penanganan yang tepat. Media tanam tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah tanah yang subur, gembur, mengandung bahan organik. Derajat keasaman tanah (pH tanah) ideal untuk budidaya manggis adalah 5–7. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang serta air tanah berada pada kedalaman 50–200 m
PASCA PANEN
Tingkat mutu dan kualitas buah manggis selama ini belum tercapai optimal. Keseragaman ukuran dan tingkat kemantangan buah masih sulit dicapai. Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai buah dengan alat bantu pisau tajam. Untuk mencapai buah di tempat yang tinggi dapat digunakan tangga bertingkat dari kayu/galah yang dilengkapi pisau dan keranjang di ujungnya. Pemanjatan seringkali diperlukan karena manggis adalah pohon hutan yang umurnya dapat lebih dari 25 tahun.
Khusus untuk pasar ekspor, perlakuan pasca panen yang tepat untuk buah manggis sangat dibutuhkan. Perlakuan tersebut antara lain adalah kemasan (packaging). Buah manggis segar sebaiknya dikemas dengan kotak karton baru/keranjang plastik yang kokoh, baik, bersih dan kering, berventilasi, dengan berat bersih setiap kemasan sebesar 2 kg untuk kemasan karton dan 10 kg untuk kemasan keranjang plastik.
PENGOLAHAN
Buah manggis saat ini mayoritas masih dikonsumsi dalam bentuk segar. Belum banyak teknologi pengolahan buah manggis yang dikembangkan di Indonesia baik oleh Balai Litbang, ataupun peneliti lainnya. Pengembangan manggis lebih difokuskan pada peningkatan produksi dan peningkatan mutu buah manggis segar.
Buah manggis antara lain dapat diolah menjadi sirup, jus, permen dan puree. Jus manggis bahkan dipercaya dapat digunakan sebagai minuman diet. Namun teknologi pengolahan bauh manggis belum banyak dikuasai oleh para pelaku usaha pengolahan hortikultura.
- Dalam rangka melindungi kepentingan konsumen serta meningkatkan daya saing maka diperlukan dukungan kebijakan baik dalam budidaya maupun produksi buah manggis. Salah satu kebijakan tersebut adalah dengan penerapan standar buah manggis. Standar mutu buah manggis tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01–3211-1992. Adapun klasifikasi dan standar mutu manggis dari 3 jenis mutu, yaitu mutu super, mutu I, mutu II.
- Keseragaman: mutu super=seragam; mutu I=seragam; mutu II=seragam.
- Diameter: mutu super>65 mm; mutu I=55–56 mm; mutu II<55 mm.
- Tingkat keseragaman: mutu super=segar; mutu I=segar; mutu=II segar.
- Warna kulit: mutu super hijau; mutu I=kemerahan s/d merah; mutu II=muda mengkilat.
- Buah cacat atau busuk (jumlah/jumlah): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
- Tangkai dan atau kelopak: mutu super utuh, mutu I utuh, mutu II utuh
- kadar kotoran (b/b): mutu super=0%; mutu I=0%; mutu II=0%
- Serangga hidup dan atau mati :mutu super=tidak ada; mutu I=tidak ada; mutu=II tidak ada.
- Warna daging buah: mutu super=putih bersih; mutu I=khas manggis putih; mutu II=bersih khas manggis.
ADS HERE !!!