Usahatani Penggemukan Sapi.
Program Prima Tani mengembangkan usahatani terpadu sapi potong sistem kandang kelompok secara intensif dengan produk sampingan kompos, pupuk urine dan biogas.
Analisa usaha penggemukan sapi potong skala rumah tangga umum dan kelompok Prima Tani. Skala usaha dalam kandang kelompok awalnya adalah 16 ekor, kemudian ditambah menjadi 30 ekor. Peternak umum menggunakan bekatul dan ampas pati ubikayu sebagai pakan tambahan (jumlah relatif), sedang konsentrat yang dipakai pada kandang kelompok terbuat dari dedak dan limbah industri lain (7 macam) dengan harga murah (Rp 850/kg) dan kualitas sudah teruji.
Analisa usaha menunjukkan bahwa sebetulnya penggemukan sistem rumah tangga umum masih menguntungkan dimana terdapat keuntungan bersih Rp 1.200.000 dalam jangka waktu 5 bulan atau Rp 240.000/bulan. Keuntungan cukup kecil apalagi kalau investasi kandang dan tenaga kerja keluarga diperhitungkan. Pada penggemukan sapi kelompok Prima Tani dengan pakan rekomendasi ternyata dapat memperoleh keuntungan lebih besar dan peternak untung (kandang dan tenaga tidak dihitung). Tabel 6 menunjukkan usaha sapi potong terpadu Prima Tani disamping memperoleh keuntungan dari penjualan sapi setiap periode juga ada tambahan pendapatan dari hasil pengolahan kotoran sapi menjadi kompos, pupuk cair urine dan biogas. Dengan sistem ini pendapatan meningkat menjadi Rp. 5,334,000,- per tahun/ekor atau Rp. 444.500/bulan/ekor.
Penggunaan konsentrat yang dihasilkan Prima Tani ternyata dapat meningkatkan pertambahan bobot sapi 34,8 persen dibandingkan penggunaan konsentrat di tingkat petani umumnya (Anonim, 2006.). Rata-rata pertambahan bobot sapi pada penggunaan konsentrat Prima Andini adalah 41,8 kg/2 bulan, sedang dengan konsentrat lain hanya 31,0 kg/2 bulan atau ada pertambahan 10,8 kg/2 bulan.
Usaha Pakan Ternak
Industri pakan konsentrat sederhana di Desa Ketep mulai beroperasi sejak bulan Juli 2006 dibawah pengelolaan kelompok tani. Perkembangan produksi dan keuntungan industri pakan ternak konsentrat yang dinamakan ”Prima Andini” ini dapat dilihat pada Tabel 7. Rata – rata produksi pakan konsentrat adalah 4.269 ton/bulan, biaya produksi pakan per kg adalah Rp.775,-, sehingga kalau harga jual Rp. 850/kg ada keuntungan sebesar Rp. 75/kg. Dengan perhitungan seperti tersebut keuntungan usaha per bulan hanya Rp.320 – Rp. 240/bulan. Ada kecenderungan produksi menurun dari bulan ke bulan dan keuntungan yang diperoleh relatif kecil untuk suati pabrik. Kapasitas terpasang pabrik dapat mencapai 60 ton/bulan tapi pada kenyataannya pabrik hanya mampu memproduksi sebanyak +4 ton/bulan. Bila dikaitkan dengan kebutuhan 1500 ekor ternak sapi di wilayah Banyuroto dan Ketep, maka produksi pabrik masih jauh dari kebutuhan. Hal ini sudah disadari oleh kelompok tani dan aparat pembinanya, kurangnya bahan baku lokal dan lemahnya manajemen pabrik merupakan faktor utama rendahnya kapasaitas produksi pabrik.
Pengembangan Strawbery
Pada awalnya bibit strawbery diperkenalkan oleh mahasiswa KKN dari Singaraja (Bali) sebanyak 3 batang pada tahun 2003. Pada tahun 2005 BPTP mengembangkan komoditas ini melalui program Prima Tani dalam bentuk demplot seluas 200 m2 melibatkan 3 petani Pada tahun 2006 jumlah petani yang mengembangkan strawbery meningkat menjadi 36 petani, terdiri dari 22 petani di Desa Banyuroto dan 14 petani di luar desa. Rata-rata pengusahaan strawbery seluas 1000 m2 per petani. Adanya usaha strawbery menggeser sebagian usaha sayuran (tomat, kubis, cabe dan kol bunga). Petani dengan penguasaan lahan agak luas masih tteap mengusahakan sayuran disamping strawbery.
Dampak langsung yang terlihat dengan berkembangnya usaha strawbery adalah peningkatan keuntungan (pendapatan rumah tangga) dibandingkan dengan hanya mengusahakan sayuran yang harganya berfluktuasi (Tabel 8). Sebelum strawbery diintroduksikan pola tanam sayuran di petani umumnya adalah kubis, tomat dan cabe secara bergiliran dalam setahun. Pendapatan bersih usahatani strawbery mencapai Rp 28.170.000/musim atau Rp 1.878.000/bulan jauh lebih tinggi dibandingkan pendapatan sayuran (misalnya kubis) yang hanya mencapai Rp 2.930.000/musim atau Rp 732.500/bulan pada skala usaha rata-rata 0,1 ha. Dengan demikian tambahan pendapatan petani dengan introduksi strawbery mencapai Rp 1.145.500 atau peningkatan 156%. Usahatani strawbery kecuali lebih menguntungkan juga lebih efisien (B/C = 1,42) dibanding B/C sayuran yang hanya 0,95. Disamping itu, usahatani strawbery memberikan pendapatan tunai secara kontinyu setiap hari selama setahun (umur panen 12 bulan).
ADS HERE !!!