Pengertian Metode Latihan Terbimbing
Di sekolah antara guru dan siswa terjadi proses belajar mengajar. Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks sehingga sulitmenentukan bagaimana sebenarnya mengajar yang baik. Gagne (via Suyono, 2010: 12) menyatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kenerja. Djamarah (2010: 46) menyatakan bahwa, metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Metode mengajar adalah strategi pengajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Djamarah, 2010: 74). Hal ini mendorong seorang guru untuk mencari metode yang tepat dalam penyampaian materinya agar dapat diserap dengan baik oleh siswa. Siswa juga dapat memahami serta mempraktikan materi yang telah diberikan oleh guru. Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan metode mengajar. Metode menjadikan siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa juga menjadi aktif dalam hal bertanya tentang materi yang tidak diketahuinya.
Dalam penerapannya, guru juga mendapatkan pembelajaran apabila menggunakan metode yang bervariasi setiap mengajar, sebab akan tercermin keaktifan siswa. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa metode dalam pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode latihan terbimbing.
Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu, selain itu dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan (Djamarah, 2010: 95). Arikunto (2008: 65) menyatakan bahwa bimbingan adalah bantuanbantuan atau tuntutan khusus yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada siswa tersebut agar dapat berkembang semaksimal mungkin.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode latihan terbimbing, yaitu suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dengan memberikan bantuan yang terus menerus dan sistematis dengan memperhatikan potensi-potensi yang ada pada individu untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Bimbingan dan arahan dilakukan oleh seseorang yang ahli dan berkompetensi dibidangnya. Metode latihan terbimbing yang digunakan dalam proses pembelajaran akan menciptakan kondisi siswa yang aktif.
Dalam menggunakan metode tersebut guru harus berhati-hati karena hasil dari suatu latihan terbimbing akan tertanam dan kemudian menjadi kebiasaan. Selain untuk menanamkan kebiasaan metode latihan terbimbing ini juga dapat menambah kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan dalam melakukan sesuatu, serta dapat pula dipakai sebagai suatu cara untuk mengulangi bahan yang telah dikaji. Agar menunjang keberhasilan penggunaan metode latihan terbimbing dalam pembelajaran keterampilan menulis cerpen diperlukan guru yang benarbenarberkompetensi di bidangnya. Dalam hal ini, yaitu guru yang menguasai keterampilan mengajar dan menguasai sastra.
Kegiatan bimbingan bukan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara kebetulan, insidental, sewaktuwaktu tidak sengaja, atau asal saja, melainkan suatu kegiatan yang dilakukan 24 dengan sistematis, sengaja, berencana, terus-menerus dan terarah pada tujuan. Setiap kegiatan bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan artinya senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana individu telah berhasil mencapai tujuan dan penyesuaian diri.
Pembelajaran Menulis Cerpen
a. Hakikat Pembelajaran Menulis
Gagne (via Suyono, 2010: 12) menyatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya, yaitu peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja. Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, seorang guru harus memahami dan mengetahui prinsip serta karakteristik peserta didik dalam proses belajar. Slameto (2010: 2), mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Sudjana (1996: 5), belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan yang ditunjukkan seseorang dari proses hasil belajar, yaitu ditunjukkan dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek individu yang belajar. Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli di atas, maka dapat disimpulkan pembelajaran adalah pemerolehan suatu pengetahuan melalui interaksi perseta didik dengan lingkungannya. Interaksi tersebut mengubah tingkah laku, sikap, dan menambah pengetahuan serta keterampilan menjadi lebih baik dari sebelumnya.
b. Pembelajaran Menulis Cerpen
Menuliscerpen pada hakikatnya merujuk pada kegiatan mengarang, dan mengarang termasuk tulisan kreatif yang penulisannya dipengaruhi oleh hasil rekaan atau imajinasi pengarang. Menulis cerpen merupakan cara menulis yang paling selektif dan ekonomis. Cerita dalam cerpen sangat kompak, tidak ada bagiannya yang hanya berfungsi sebagai embel-embel. Tiap bagiannya, tiap kalimatnya, tiap katanya, tiap tanda bacanya, tidak ada bagian yang sia-sia, semuanya memberi saran yang penting untuk menggerakkan jalan cerita, atau mengungkapkan watak tokoh, atau melukiskan suasana.
Sayuti (2009: 8) mengatakan tulisan fiksi dibuat secara khayali atau tidak sungguh-sungguh terjadi dalam dunia nyata sehingga sering juga disebut sebagai cerita rekaan, atau cerita yang direka-reka oleh pengarangnya. Menulis cerpen memiliki daya imajinasi yang tinggi, semakin tinggi imajinasi yang dimiliki oleh pengarang semakin bagus cerita yang dihasilkan. Pengembangan keterampilan menulis cerpen melalui beberapa tahap, yaitu mengembangkan unsur-unsur cerpen untuk dituangkan dalam bentuk tulisan.
Tahapan menulis cerpen, yaitu dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Tahap Menemukan dan Menuangkan Ide Tulisan
Dalam menemukan ide penulis harus memiliki beberapa refrensi dari berbagai hal, baik itu membaca, melihat, atau merasakan. Penulis harus memiliki pengetahuan tentang informasi yang luas agar memiliki banyak ide dalam menulis cerpen, pengetahuan itu dapat diperoleh dari, membaca koran, majalah, buku. Selain itu harus ditopang oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kehidupan penulis agar penulis lebih peka sehingga tulisan yang dihasilkan sesuai dengan kehidupan-kehidupan manusia sekarang. Menggali ide dari realita kehidupan dalam menulis bagi seorang penulis menjadi sarana untuk melatih kepekaan (Sayuti, 2009: 21).
Menuangkan ide ke dalam bentuk paragraf diperlukan teknik penulisan. Sayuti (2009: 25-26) mengemukakan tahap-tahap menulis.
Pertama, tahap pramenulis. Di sini harus menggali ide, memilih ide, menyiapkan bahan tulisan.
Kedua, tahap menulis draf. Tahap menulis draf adalah tahap menulis ideide mereka ke dalam bentuk tulisan yang kasar sebelum dituliskan dalam bentuk yang sudah jadi.
Ketiga, tahap merevisi. Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki ulang atau menambahkan ide-ide baru terhadap karya.
Keempat, tahap menyuting. Pada tahap ini harus memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain. Kesalahan mekanik antara lain penulisan huruf, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, dan kosa kata.
Mengembangkan alur cerita
Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan sebab akibat (kualitas). Peristiwa itu saling berhubungan maka jika tidak ada peristiwa satu, peristiwa yang lain tidak akan terjadi (Sayuti, 2009: 47). Pengembangan alur tidak semudah yang dibayangkan oleh orang pada umumnya, untuk mempermudah dalam mengembangkan alur ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
a) Konflik harus tergarap dengan baik
Konflik yang tidak tergarap dengan baik biasanya tampak pada pengembangan alur cerita yang tidak selesai atau terlalu singkat. Tidak selesai di sini berarti penulis memaparkan peristiwa-peristiwa tetapi belum samapai pada klimaks, cerita sudah ditutup atau diakhiri. Kebanyakan penulis hanya memaparkan masalah-masalah kemudian menjadikan masalah itu sebagai peristiwa-peristiwa cerita tetapi tidak ada yang ditonjolkan menjadi konflik dan klimaks.
b) Struktur cerita harus proporsional
Beberapa kemungkinan bentuk ketidakproporsionalan alur cerita di antaranya tampak dalam masalah panjang cerita dan pembukaan cerita. Oleh karena itu, penulis tidaklah berbelit-belit dalam menulis agar tidak semakin mempersempit ruang cerita.
c) Akhir cerita (ending) tidak klise dan tidak mudah ditebak
Akhir cerita hendaknya tidak mudah ditebak oleh pembaca, agar memperoleh hal itu penulis harus banyak berlatih sebab itu tidak mudah untuk dilakukan. Akhir cerita yang mudah ditebak berawal dari ide cerita yang monoton sehingga jalan cerita juga dapat dengan mudah ditebak oleh pembaca. 28 3) Mengembangkan Tokoh Cerita Dilihat dari sifatnya tokoh dapat dibagi tokoh protagonis (baik) dan antagonis (buruk). Tokoh dilihat dari keterlibatanya dalam cerita terdapat tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang paling sering mucul dalam cerita dan paling banyak berhubungan dengan tokoh lain.
Sayuti (2009: 58) memaparkan rambu-rambu pengembangan tokoh cerita.
a) Penggambaran tokoh secara hidup (tidak datar)
Penggambaran tokoh tidak hanya digambarkan berdasarkan nama, bentuk fisik, dan pekerjaan dalam cerita. Tokoh dalam cerita harus mempunyai karakter yang jelas.
b) Penggambaran tokoh bervariasi
Penokohan secara langsung menjadikan cerita tampak datar, membosankan, dan menyebabkan karakter tokoh tidak kuat. Keberhasilan penulis memunculkan karakter yang kuat pada tokoh-tokohnya akan membuat tokoh-tokoh cerita tersebut menjadi hidup sehingga keterikatan pembaca dengan tokoh cerita dapat terjalin dengan baik.
c) Tokoh yang dimunculkan harus memiliki sumbangan bagi pengembangan cerita
Penulis memunculkan banyak tokoh tetapi sebenarnya tokoh itu tidak memiliki sumbangan bagi pengembangan cerita. Hal itu menyebabkan cerita menjadi kedodoran, jalan cerita dan panjang tulisannya pendek tetapi tokoh yang disajikan terlalu banyak.
Mengembangkan Latar Cerita
Latar cerita merupakam unsur fiksi yang mengacu pada tempat, waktu, dan kondisi sosial cerita itu terjadi. Rambu-rambu pengembangan latar cerita (Sayuti, 2009: 71).
a) Latar tergarap dengan baik
Latar sering kali hanya disebutkan sebagai nama, misalnya di kampung, pada malam hari, atau pada keluarga miskin, tidak dimanfaatkan untuk membangun cerita. Selain itu, latar tidak digambarkan secara detail yang mengakibatkan penggambaran dalam cerita kurang mendalam.
Diksi dan Bahasa dalam Fiksi
Bahasa dalam fiksi lebih banyak mengandung makna konotatif. Namun, terdapat perbedaan antara puisi dan cerpen. Bahasa konotatif dalam puisi lebih banyak sedangkan dalam cerpen selain bahasa konotatif terdapat juga bahasa denotatif. Bahasa yang seperti itu menjadikan bahsa fiksi memiliki rasa sehingga memunculkan emosi pembaca. Diksi juga diperlukan dalam penulisan cerita agar tulisan menjadi lebih menarik. Pemilihan diksi yang tepat akan membantu pembaca masuk ke dalam cerita sehingga menikmati suasana secara langsung dan penghayatan lebih mudah dicapai.
Komponen-komponen dalam Pembelajaran Menulis Cerpen
Pembelajaran menulis tidak dapat berdiri sendiri tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang berada di dalamnya. Pengajaran suatu pendekatan mengajar yang menekankan hubungan sistematik antara berbagai komponen dalam pengajaran. Lebih lanjut dikatakan bahwa pengajaran mempunyai komponen, yaitu tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metode pengajaran, media dan evaluasi pengajaran.
Menulis Cerpen Menggunakan Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing
Kurikulum, sekolah, guru adalah komponen-komponen yang penting dalam pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah. Semuanya saling berhubungan, tidak ada yang bisa berdiri sendiri. Kurikulum mengandung materi-materi apa saja yang menjadi batasan di setiap tingkat kelas dan mempunyai standar penguasaan pada siswa, serta tujuan yang harus dicapai siswa disetiap kompetensi.
Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen merupakan salah satu standar kompetensi yang harus ditempuh oleh siswa dalam pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mampu menulis cerpen yang baik berdasarkan pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis cerpen, yaitu menentukan tema, membuat kerangka karangan, menentukkan tokoh, latar, plot, dan mengembangkan kerangka karangan menjadi cerpen.
Keterampilan menulis cerpen dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seseorang dengan begitu saja. Namun, perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten dalam bidang sastra dengan terus menerus dan teratur. Guru tidak bisa lepas tangan begitu saja setelah memberikan tugas kepada siswa untuk membuat sebuah cerpen. Dengan demikian, pembelajaran menulis cerpen melalui metode latihan terbimbing adalah kegiatan belajar mengajar yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis cerpen. Peranan guru dalam pembelajaran ini menjadi sangat penting dan esensial guna melaksanakan pembelajaran dengan metode latihan terbimbing agar siswa dapat menulis cerpen dengan baik.
Dalam penulisan cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh. Langkah awal yang perlu dilakukan dalampembelajaran menulis cerpen, yaitu menjelaskan tentang unsur-unsur pembangun cerpen yang meliputi: alur atau plot, tokoh dan penokohan latar (setting), sudut pandang (point of fiew), gaya (bahasa), dan tema.
Kedua, yaitu siswa melihat berita yang telah diputar di LCD dari guru.
Ketiga, yaitu mengarahkan siswa untuk menulis cerpen. Tiap bagian cerpen memberikan peranan penting untuk menggerakkan cerita, mengungkapkan watak tokoh, dan melukiskan suasana. Karena itu, kegiatan menulis cerpen merupakan cara yang selekif dan ekonomis (Diponegoro, 1994: 6).
Hal-hal berikut dapat dijadikan pengarahan bagi siswa agar mempunyai keinginan dan mampu menulis cerpen.
Pertama, guru mempersiapkan perlengkapan berupa LCD, layar, sound, laptop untuk memutarkan berita. Setelah selesai memutar berita, guru mengarahkan siswa untuk dapat menemukan ide cerita dan merumuskannya menjadi sebuah tema dari berita yang telah ditonton. Ide cerita dapat diperoleh dari pengalaman dan kehidupan siswa yang didapat dari orang lain, dalam hal ini siswa dapat menentukkan tema dari berita.
Kedua membuat kerangka karangan. Kerangka karangan berfungsi untuk menyusuri jalan cerita sehingga tidak banyak yang menyimpang.
Ketiga, setelah garis besar dibuat biarkan siswa bermain dengan imajinasinya untuk mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, kemudian siswa diarahkan untuk menentukkan siapa tokoh utamanya, apa masalahnya, siapa antagonisnya, dan bagaimana latar belakang ceritanya, bagaimana watak tokohnya, bagaimana plotnya, di mana klimaknya, sudut pandang yang digunakan, dari mana cerita awal dan bagaimana cerita penutupnya.
Keempat, guru berkeliling kelas untuk mengetahui seberapa jauh siswa dalam menulis cerpen. Guru melihat setiap siswa dalam menulis, memantau pekerjaan setiap siswa, dan untuk mengetahui apakah terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen.
Apabila terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis cerpen, guru menerangkan secara langsung mengenai hal yang tidak diketahui oleh siswa tersebut. Proses menulis cerpen yang ditempuh siswa memiliki kesulitan yang cukup banyak. Dalam hal ini diperlukan keterampilan berpikir yang penuh konsentrasi, logika yang tajam, dan nalar yang kritis untuk berkreasi secara produktif menciptakan sebuah cerpen. Setelah diketahui uraian tentang metode latihan terbimbing dengan media berita, dapat disimpulkan bahwa metode latihan terbimbing dengan media berita dalam pembelajaran menulis cerpen merupakan proses siswa di dalam menulis cerpen dengan bimbingan dari guru.