Pengertian dan Ciri Prosa Fiksi
Prosa fiksi sebagai cerita rekaan bukan berarti prosa fiksi adalah lamunan kosong
seorang pengarang. Prosa fiksi adalah perpaduan atau kerja sama antara pikiran dan
perasaan. Fiksi dapat dibedakan atas fiksi yang realitas dan fiksi yang aktualitas. Fiksi
realitas mengatakan: “seandainya semua fakta, maka beginilah yang akan terjadi. Jadi,
fiksi realitas adalah hal-hal yang dapat terjadi, tetapi belum tentu terjadi. Penulis fiksi
membuat para tokoh imaginatif dalam karyanya itu menjadi hidup. Fiksi aktualitas
mengatakan “karena semua fakta maka beginilah yang akan terjadi”. Jadi, aktualitas
artinya hal-hal yang benar-benar terjadi.
Contoh: roman sejarah, kisah perjalanan,
biografi, otobiografi.
Prosa selalu bersumber dari lingkungan kehidupan yang dialami, disaksikan, didengar,
dan dibaca oleh pengarang. Adapun ciri-ciri prosa fiksi adalah bahasanya terurai, dapat
memperluas pengetahuan dan menambah pengetahuan, terutama pengalaman
imajinatif. Prosa fiksi dapat menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian dalam
kehidupan. Maknanya dapat berarti ambigu. Prosa fiksi melukiskan realita imajinatif
karena imajinasi selalu terikat pada realitas, sedangkan realitas tak mungkin lepas dari
imajinasi. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada
penggunaan kata-kata konotatif. Selanjutnya prosa fiksi mengajak kita untuk
berkontemplasi karena sastra menyodorkan interpretasi pribadi yang berhubungan
dengan imajinasi. .
Jenis-jenis Prosa
Berdasarkan pembagian sejarah sastra Indonesia, dikenal 2 macam sastra, yaitu sastra
klasik dan sastra modern.
Sastra modern termasuk di dalamnya prosa baru yang mencakup roman, novel, novel
populer, cerpen. Selanjutnya sastra klasik termasuk di dalamnya yaitu prosa lama yang
mencakup cerita rakyat, dongeng, fabel, epos, legenda, mite, cerita jenaka, cerita
pelipur lara, sage, hikayat, dan silsilah.
Roman adalah salah satu jenis karya sastra ragam prosa. Pengertian roman pada
mulanya ialah cerita yang ditulis dalam bahasa Romana. Dalam perkembangannya
kemudian, roman berupa cerita yang mengisahkan peristiwa/pengalaman lahir/batin
sejumlah tokoh pada satu masa tertentu. Hal ini terjadi pada akhir abad ke-17.
Perkembangan roman mencapai puncaknya pada abad ke-18. Pada abad ke-19
muncullah penulis-penulis roman yang termasyhur, seperti Honore de Balzac, Gustave
Flaubert, Emile Zola, Charles Dickens, Leo Tolstoy, F. Dostojevski. Penulis-penulis
roman ini kemudian disusul oleh rekan-rekannya yang mewakili abad ke-20, seperti
Proust, Joyce, Kafka, dan Faulkner.
Bentuk yang hampir sama dengan roman adalah novel. Bagi pembaca awam, kedua
bentuk ini sulit dibedakan. Pada dasarnya novel maupun roman menceritakan hal luar
biasa yang terjadi dalam kehidupan manusia sehingga jalan hidup tokoh cerita yang
ditampilkan dapat berubah.
Novel dapat dibedakan menjadi novel kedaerahan, novel psikologi, novel sosial, novel
gotik, dan novel sejarah, serta novel populer.
Cerita jenis lain yang memiliki ciri utama sepertri novel adalah cerpen. Bedanya dengan
novel, cerpen penceritaannya lebih ringkas, masalahnya lebih padu dan plotnya tunggal
dan terfokus ke akhir cerita. Sebuah cerita yang panjang yang berjumlah ratusan
halaman, jelas tidak dapat disebut dengan cerpen.
Unsur Intrinsik Prosa
Unsur intrinsik prosa terdiri atas alur, tema, tokoh dan penokohan, latar/setting, sudut
pandang, gaya, pembayangan, dan amanat. Alur atau plot adalah struktur rangkaian
kejadian dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus
menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi, bahwa pada umumnya alur
cerita rekaan terdiri atas
- Alur buka, yaitu situasi terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan
dilanjutkan dengan kondisi berikutnya;
- Alur tengah, yaitu kondisi mulai bergerak ke
arah kondisi yang memulai memuncak;
- Alur puncak, yaitu kondisi mencapai titik
puncak sebagai klimaks peristiwa ; dan
- Alur tutup
Dengan kata lain, alur cerita meliputi paparan, konflik, klimaks dan penyelesaian.
Kedelapan unsur tersebut saling mengisi dalam sebuah prosa. Tema, misalnya menjadi
sentral yang mengilhami cerita. Begitu juga dengan penokohan yang meramu watak
tokohnya menjadi penyampai pesan yang diinginkan pengarang, baik yang jahat
maupun yang baik. Agar penokohan ini tampak lebih hidup, ditopang dengan
latar/setting cerita, gaya, pembayangan dan amanat.
Unsur Ekstrinsik dan Tingkat Penilaian karya Sastra
Unsur ekstrinsik prosa fiksi adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan
karya sastra seperti nilai sosiologi, nilai kesejarahan, nilai moral, nilai psikologi. Ia
merupakan nilai subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi sosial,motivasi, tendensi
yang mendorong dan mempengaruhi kepengarangan seseorang. Pada gilirannya unsur
ekstrinsik yang sebenarnya ada di luar karya sastra itu, cukup membantu para penelaah sastra dalam memahami dan menikmati karya yang dihadapi.
Pengalaman
mendalam dan pengenalan unsur ekstrinsik tersebut memungkinkan seseorang
penelaah mampu ,menginterpretasikan karya sastra dengan lebih tepat.
Unsur tingkat nilai penghayatan dalam prosa fiksi adalah neveau anorganik, neveau
vegetatif, neveau animal, neveau humanis, dan neveau metafisika/ transendental.