Pengertian Perilaku Konsumen Menurut Ahli
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa
konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk
(2008:6) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi
mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan
sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki
keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari
berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi
lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana
konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Definisikan perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008:214):
Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang,
jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan
mereka.
Definisisi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (2008:6):
Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan
untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang,
usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.
Dari dua pengertian tentang perilaku konsumen di atas dapat diperoleh dua
hal yang penting, yaitu:
- sebagai kegiatan fisik dan
- sebagai proses
pengambilan keputusan.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah disebutkan di
atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa
setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.
Model Perilaku Konsumen
Pemahaman terhadap perilaku konsumen bukanlah suatu hal yang mudah
untuk dilakukan, karena terdapat banyak faktor yang berpengaruh dan saling
interaksi satu sama lainnya, sehingga pendekatan pemasaran yang dilakukan oleh
suatu perusahaan harus benar-benar dirancang sebaik mungkin dengan
memperhatikan faktor-faktor tersebut.
Selain itu, para pemasar harus mampu
memahami konsumen, dan berusaha mempelajari bagaimana mereka berperilaku,
bertindak dan berpikir. Walaupun konsumen memiliki berbagai macam perbedaan
namun mereka juga memiliki banyak kesamaan.
Para pemasar wajib memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau
perilaku konsumen agar mereka mampu memasarkan produknya dengan baik.
Para pemasar harus memahami mengapa dan bagaimana konsumen mengambil
keputusan konsumsi, sehingga pemasar dapat merancang strategi pemasaran
dengan lebih baik.
Pemasar yang mengerti perilaku konsumen akan mampu
memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap
informasi yang diterimanya, sehingga pemasar dapat menyusun strategi
pemasaran yang sesuai. Tidak dapat diragukan lagi bahwa pemasar yang
memahami konsumen akan memiliki kemampuan bersaing yang lebih baik.
Dalam sub bab berikut akan dijelaskan mengenai perilaku pembelian konsumen.
Kotler (2008:226) menggambarkan model perilaku konsumen sebagai berikut:
Sumber: Kotler (2008)
Gambar Model Perilaku Konsumen
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen sangat dipengaruhi oleh keadaan dan situasi lapisan
masyarakat dimana ia dilahirkan dan berkembang. Ini berarti konsumen berasal
dari lapisan masyarakat atau lingkungan yang berbeda akan mempunyai penilaian,
kebutuhan, pendapat, sikap, dan selera yang berbeda-beda, sehingga pengambilan
keputusan dalam tahap pembelian akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Kotler (2008:25) terdiri dari:
- Faktor Kebudayaan. Faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam
terhadap perilaku konsumen. Faktor kebudayaan terdiri dari: budaya, subbudaya,
kelas sosial,
- Faktor Sosial. Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi
oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga serta status sosial.
- Faktor Pribadi. Faktor pribadi yang memberikan kontribusi terhadap
perilaku konsumen terdiri dari: usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan
lingkungan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri.
- Faktor Psikologis. Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat
faktor psikologi utama yaitu motivasi, persepsi, pembelajaran, serta
keyakinan dan pendirian.
Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan
dalam pembelian mereka. Proses pengambilan keputusan tersebut merupakan
sebuah pendekatan penyelesaian masalah yang terdiri atas lima tahap yaitu
sebagai berikut: (Kotler, 2008:234)
1. Pengenalan Masalah.
Penganalisaan keinginan dan kebutuhan ini ditujukan
terutama untuk mengetahui adanya keinginan dan kebutuhan yang belum
terpenuhi dan belum terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka
konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera
terpenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan yang samasama
harus dipenuhi. Jadi dari tahap ini proses pembelian itu mulai dilakukan.
2. Pencarian Informasi.
Konsumen yang tergugah kebutuhannya akan terdorong
untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk atau jasa yang ia
butuhkan. Pencarian informasi dapat bersifat aktif maupun pasif. Informasi
yang bersifat aktif dapat berupa kunjungan terhadap beberapa toko untuk
membuat perbandingan harga dan kualitas produk, sedangkan pencarian
informasi pasif, dengan membaca suatu pengiklanan di majalah atau surat
kabar tanpa mempunyai tujuan khusus dalam perkiraanya tentang gambaran
produk yang diinginkan.
3. Evaluasi Alternatif.
Tahap ini meliputi dua tahap, yaitu menetapkan tujuan
pembelian dan menilai serta mengadakan seleksi terhadap alternatif pembelian
berdasarkan tujuan pembeliannya. Tujuan pembelian bagi masing-masing
konsumen tidak selalu sama, tergantung pada jenis produk dan kebutuhannya.
Ada konsumen yang mempunyai tujuan pembelian untuk meningkatkan
prestasi, ada yang sekedar ingin memenuhi kebutuhan jangka pendeknya dan
sebagainya.
4. Keputusan Pembelian.
Keputusan untuk membeli disini merupakan proses
pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap dimuka dilakukan maka
konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Bila
konsumen memutuskan untuk membeli, konsumen akan menjumpai
serangkaian keputusan yang harus diambil menyangkut jenis produk, merek,
penjual, kuantitas, waktu pembelian dan cara pembayarannya. Perusahaan
perlu mengetahui beberapa jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang
menyangkut perilaku konsumen dalam keputuan pembeliannya.
5. Perilaku Pascapembelian.
Setelah membeli produk, konsumen akan
mengalami level kepuasan atau ketidakpuasan. Tugas pemasar tidak berakhir
saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga periode pascapembelian.
Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan
pascapembelian, dan pemakaian produk pascapembelian.
Tahap-tahap pada proses kegiatan dalam suatu pembelian digambarkan
oleh Kotler (2008:235) seperti berikut:
Sumber : Kotler (2008)
Gambar Tahap-Tahap Dalam Proses Pembelian
Gambar proses tesebut didasarkan pada anggapan bahwa konsumen akan
melakukan keseluruhan lima tahap untuk setiap pembelian yang mereka lakukan
pada situasi tertentu saja.
Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian
Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk preferensi atas merek-merek
dalam kumpulan pilihan. Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk
membeli produk yang paling disukai. Ada dua faktor yang berada di antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Dua faktor tesebut digambarkan sebagai
berikut: (Kotler, 2008:242)
Sumber : Kotler (2008)
Gambar Tahap Antara Evaluasi Alternatif Dan Keputusan Pembelian
Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain
mengurangi alternatif yang disukai oleh seseorang akan bergantung pada dua hal:
1) intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen
dan
2) motivasi konsumen untuk menuruti orang lain.
Faktor kedua adalah faktor
situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat
pembeliannya.
Tipe-Tipe Keputusan Pembelian
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang
pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk, dan merk pada setiap periode
tertentu. Berbagai macam aktivitas kehidupan seringkali harus dilakukan oleh
setiap konsumen pada setiap hari. Konsumen melakukan keputusan setiap hari
atau setiap periode tanpa menyadari bahwa mereka telah mengambil keputusan.
Pengambilan keputusan konsumen berbeda-beda tergantung pada jenis
keputusan pembelian. Assael (2001:25) membedakan empat jenis perilaku
pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat
perbedaan merek-merek.
Berikut merupakan gambar jenis pengambilan keputusan
beli:
Sumber: Assael (2001)
Gambar Empat Jenis Pengambilan Keputusan Beli
1. Keputusan Pembelian Yang Rumit (Complex Decision Making).
Perilaku pembelian yang rumit terdiri dari proses tiga langkah.
Pertama,
pembeli mengembangkan keyakinan tentang produk tersebut.
Kedua, pembeli
membangun sikap tentang produk tersebut.
Ketiga, pembeli membuat pilihan
pembelian yang cermat.
Konsumen terlibat dalam perilaku pembelian yang
rumit bila mereka sangat terlibat dalam pembelian dan sadar akan adanya
perbedaan-perbedaan besar di antara merek. Perilaku pembelian yang rumit itu
sering terjadi bila produknya mahal, jarang dibeli, berisiko dan sangat
mengekspresikan diri.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah: kepercayaan,
evaluasi, dan perilaku. Konsumen yang melakukan pembeliannya dengan
pembuatan keputusan (timbul kebutuhan, mencari informasi dan mengevaluasi
merek serta memutuskan pembelian), dan dalam pembeliannya memerlukan
keterlibatan tinggi.
Dua interaksi ini menghasilkan tipe perilaku pembelian
yang kompleks (Complex Decision Making). Para konsumen makin terlibat
dalam kegiatan membeli bila produk yang akan dibeli itu mahal, jarang dibeli,
beresiko, dan amat berkesan. Biasanya konsumen tidak hanya mengetahui
tentang penggolongan produk dan tidak banyak belajar tentang produk.
Sebagai contoh, seseorang membeli komputer pribadi walau mungkin tidak
mengetahui sama sekali ciri-ciri yang harus dicari.
2. Perilaku Pembelian Pengurang Ketidaknyamanan (Brand Loyalty)
K
adang-kadang konsumen sangat terlibat dalam sebuah pembelian namun
melihat sedikit perbedaan di antara berbagai merek. Keterlibatan yang tinggi
didasari oleh fakta bahwa pembelian tersebut mahal, jarang dilakukan dan
berisiko. Dalam kasus ini, pembeli akan berkeliling untuk mempelajari apa
yang tersedia namun akan membeli dengan cukup cepat, barangkali pembeli
sangat peka terhadap harga atau terhadap kenyamanan berbelanja.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah: perilaku.
Perilaku konsumen tipe ini adalah melakukan pembelian terhadap satu merek
tertentu secara berulang-ulang dan konsumen mempunyai keterlibatan yang
tinggi dalam proses pembeliannya. Perilaku pembelian seperti ini
menghasilkan tipe perilaku konsumen yang loyal terhadap merek (Brand
Loyalty). Sebagai contoh, seseorang yang berbelanja untuk membeli
permadani (Karpet). Pembelian permadani merupakan suatu keputusan
keterlibatan karena harganya mahal dan berkaitan dengan identifikasi diri,
namun pembeli kemungkinan besar berpendapat bahwa permadani dengan
harga yang hampir sama, memiliki kualitas yang sama.
3. Perilaku Pembelian Yang mencari Variasi (Limited Decision Making)
Banyak produk dibeli dengan kondisi rendahnya keterlibatan konsumen
dan tidak adanya perbedaan merek yang signifikan. Mereka pergi ke toko dan
mengambil merek tertentu. Jika mereka tetap mengambil merek yang sama,
hal itu karena kebiasaan, bukan karena kesetiaan terhadap merek yang kuat.
Terdapat bukti yang cukup bahwa konsumen memiliki keterlibatan yang
rendah dalam pembelian sebagian besar produk yang murah dan sering dibeli.
Konsumen pada tipe ini, hirarki pengaruhnya adalah kepercayaan, perilaku
dan evaluasi. Tipe ini adalah perilaku konsumen yang melakukan
pembeliannya dengan pembuatan keputusan, dan pada proses pembeliannya
konsumen merasa kurang terlibat. Perilaku pembelian seperti ini menghasilkan
tipe perilaku konsumen limited decision making. Konsumen dalam tipe ini
akan mencari suatu toko yang menawarkan produk berharga murah,
jumlahnya banyak, kupon, contoh cuma-cuma, dan mengiklankan ciri-ciri
suatu produk sebagai dasar atau alasan bagi konsumen untuk mencoba sesuatu
yang baru.
4. Perilaku Pembelian Karena Kebiasaan (Inertia)
Beberapa situasi pembelian ditandai oleh keterlibatan konsumen yang
rendah namun perbedaan merek yang signifikan. Dalam situasi itu, konsumen
sering melakukan peralihan merek.
Konsumen pada tipe ini, urutan hirarki pengaruhnya adalah: kepercayaan
kemudian perilaku. Konsumen ini tidak melakukan evaluasi sehingga dalam
melakukan pembelian suatu merek produk hanya berdasarkan kebiasaan dan
pada saat pembelian konsumen ini kurang terlibat. Perilaku seperti ini
menghasilkan perilaku konsumen tipe inertia. Sebagai contoh, pembelian
garam.
Para konsumen sedikit sekali terlibat dalam membeli jenis produk
tersebut. Mereka pergi ke toko dan langsung memilih satu merek. Bila mereka
mengambil merek yang sama, katakanlah, garam Morton, hal ini karena
kebiasaan, bukan karena loyalitas merek. Tetapi cukup bukti bahwa para
konsumen tidak terlibat dalam pembuatan keputusan yang mendalam bila
membeli sesuatu yang harganya murah, atau produk yang sudah sering mereka
beli.