Definisi Berpikir
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan
konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri
seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam
diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian. “Berpikir” mencakup
banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan
kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah
pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian
yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah,
menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau
mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak.
Walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia
lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang disebut otak. Kegiatan berpikir juga
melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan perasaan dan
kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri pada obyek
tertentu, menyadari secara aktif dan menghadirkannya dalam pikiran
kemudian mempunyai wawasan tentang obyek tersebut.
Berpikir juga berarti berjerih-payah secara mental untuk memahami
sesuatu yang dialami atau mencari jalan keluar dari persoalan yang sedang
dihadapi. Dalam berpikir juga termuat kegiatan meragukan dan memastikan,
merancang, menghitung, mengukur, mengevaluasi, membandingkan,
menggolongkan, memilah-milah atau membedakan, menghubungkan,
menafsirkan, melihat kemungkinan-kemungkinan yang ada, membuat analisis
dan sintesis menalar atau menarik kesimpulan dari premis-premis yang ada,
menimbang, dan memutuskan.
Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau
secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau
manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah sebuah
representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item (Khodijah, 2006:117).
Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip Khodijah,
2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama
yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah,
2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru
dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek
atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah.
Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan dasar tentang
berpikir, yaitu
- Berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara internal dalam
pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku,
- Berpikir merupakan sebuah
proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem
kognitif, dan
- Berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang
memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.
Biasanya kegiatan berpikir dimulai ketika muncul keraguan dan
pertanyaan untuk dijawab atau berhadapan dengan persoalan atau masalah
yang memerlukan pemecahan. Charles S. Pierce mengemukakan bahwa
bahwa dalam berpikir ada dinamika gerak dari adanya gangguan suatu
keraguan (irritation of doubt) atas kepercayaan atau keyakinan yang selama
ini dipegang, lalu terangsang untuk melakukan penyelidikan (inquiry)
kemudian diakhiri dengan pencapaian suatu keyakinan baru.
Kegiatan berpikir juga dirangsang oleh kekaguman dan keheranan dengan
apa yang terjadi atau dialami. Dengan demikian, kegiatan berpikir manusia
selalu tersituasikan dalam kondisi konkret subyek yang bersangkutan.
Kegiatan berpikir juga dikondisikan oleh stuktur bahas yang dipakai serta
konteks sosio-budaya dan historis tempat kegiatan berpikir dilakukan
(Sudarminta, 2000).
Sebagai contoh pertama, yaitu obyek yang ingin diketahui sudah tertentu.
Yang harus disadari adalah obyek tersebut tidak pernah sederhana. Biasanya,
obyek itu sangat rumit. Mungkin mempunyai beratus-ratus segi, aspek,
karakteristik, dan sebagainya. Pikiran kita tidak mungkin untuk mencakup semuanya dalam suatu ketika. Dalam upaya untuk mengenal benar-benar
obyek semacam itu, seseorang harus dengan rajin memperhatikan semua
seginya, menganalisis obyek tersebut dari berbagai pendirian yang berbeda.
Kesemuanya ini adalah berpikir (Bochenski, dalam Suriasumantri, 1999:52-
53).
Perbedaan dalam cara berpikir dan memecahkan masalah merupakan hal
nyata dan penting. Perbedaan itu mungkin sebagian disebabkan oleh faktor
pembawaan sejak lahir dan sebagian lagi berhubungan dengan taraf
kecerdasan seseorang. Namun, jelas bahwa proses keseluruhan dari
pendidikan formal dan pendidikan informal sangat mempengaruhi gaya
berpikir seseorang di kemudian hari, disamping mempengaruhi pula mutu
pemikirannya (Leavitt, 1978).
Plato beranggapan bahwa berpikir adalah berbicara dalam hati.
Sehubungan dengan pendapat Plato ini, ada yang berpendapat bahwa berpikir
adalah aktivitas ideasional (Woodworth dan Marquis, dalam Suryabrata,
1995:54).
Pada pendapat ini dikemukakan dua kenyataan, yakni:
1. Berpikir adalah aktivitas; jadi subyek yang berpikir aktif.
2. Aktivitas bersifat ideasional; jadi bukan sensoris dan bukan motoris,
walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu; berpikir menggunakan
abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Piaget menciptakan teori bahwa bahwa cara berpikir logis berkembang
secara bertahap, kira-kira pada usia dua tahun dan pada sekitar tujuh tahun.
Menurut Piaget, cara berpikir anak-anak sama sekali tidak seperti cara
berpikir orang dewasa. Pikiran anak-anak tampaknya diatur berlainan dengan
orang yang lebih besar. Anak-anak kelihatannya memecahkan persoalan pada
tingkatan yang sama sekali berbeda. Perbedaan anak-anak yang lebih kecil
dan lebih besar tidak terlalu berkaitan dengan persoalan bahwa anak yang
lebih besar mempunyai pengetahuan yang lebih banyak, melainkan karena
pengetahuan mereka berbeda jenis, dengan penemuan ini Piaget mulai
mengkaji perkembangan stuktur mental.
Berikut tahapan-tahapan
perkembangan menurut Piaget:
1. Tahap sensorimotor
Berlangsung dari kelahiran hingga usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi
membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan
tindakan-tindakan motorik fisik, yang disebut dengan sensorimotor. Pada
permulaan tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki sedikit lebih banyak
daripada pola-pola refleks.
2. Tahap praoperasional
Berlangsung kira-kira dari usia 2 tahun hingga 7 tahun. Pada tahap ini,
anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar.
Pemikiran simbolis melampaui hubungan sederhana antara informasi
sensor dan tindakan fisik. Akan tetapi, walaupun anak-anak prasekolah
dapat secara simbolis melukiskan dunia, menurut Piaget, mereka masih
belum mampu untuk melaksanakan apa yang disebut “operasi”-tindakan
mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan
secara mental apa yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
3. Tahap operasional konkret
Berlangsung kira-kira dari usia 7-11 tahun. Pada tahap ini anak-anak
dapat melaksanakan operasi, dan penalaran logis menggantikan pemikiran
intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam contoh-contoh yang
spesifik atau konkret. Misalnya, pemikiran operasional konkret tidak dapat
membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelasaikan
suatu permasalahan aljabar, yang terlalu abstrak untuk dipikirkan pada
tahap perkembangan ini.
4. Tahap operasional formal
Tampak dari usia 11-15 tahun. Pada tahap ini individu melampaui
dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang lebih abstrak, anakanak
remaja mengembangkan gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat
berpikir seperti apakah orang tua yang ideal dan membandingkan orang
tua mereka dengan standard ideal ini. Mereka mulai mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum
terhadap apa yang dapat mereka lakukan. Dalam memecahkan masalah, pemikir operasional formal ini lebih sistematis, mengembangkan hipotesis
tentang mengapa sesuatu terjadi seperti itu, kemudian menguji hipotesis
ini dengan cara deduktif.
Karakteristik dan Proses Berpikir
• Macam – macam Berpikir
Berpikir banyak sekali macamnya. Banyak para ahli yang
mengutarakan pendapat mereka.
Berikut ini akan dijelaskan macammacam
berpikir, yaitu :
- Berpikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kebiasaan
sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya, misal; penalaran tentang
panasnya api yang dapat membakar jika dikenakan kayu pasti kayu
tersebut akan terbakar.
- Berpikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu
secara teratur dan cermat, misal; dua hal yang bertentangan penuh tidak
dapat sebagai sifat hal tertentu pada saat yang sama dala satu kesatuan.
- Berpikir autistik: contoh berpikir autistik antara lain adalah
mengkhayal, fantasi atau wishful thinking. Dengan berpikir autistik
seseorang melarikan diri dari kenyataan, dan melihat hidup sebagai
gambar-gambar fantastis.
- Berpikir realistik: berpikir dalam rangka menyesuaikan diri dengan
dunia nyata, biasanya disebut dengan nalar (reasoning). Floyd L. Ruch
(1967) menyebutkan ada tiga macam berpikir realistik, antara lain :
Berpikir Deduktif
Deduktif merupakan sifat deduksi. Kata deduksi berasal dari kata
Latin deducere (de berarti ‘dari’, dan kata ducere berarti
‘mengantar’, ‘memimpin’). Dengan demikian, kata deduksi yang
diturunkan dari kata itu berarti ‘mengantar dari satu hal ke hal
lain’. Sebagai suatu istilah dalam penalaran, deduksi merupakan
proses berpikir (penalaran) yang bertolak dari proposisi yang sudah
ada, menuju proposisi baru yang berbentuk kesimpulan (Keraf,
1994:57).
Berpikir Induktif
Induktif artinya bersifat induksi. Sinduksi adalah proses berpikir
yang bertolak dari satu atau sejumlah fenomena individual untuk
menurunkan suatu kesimpulan (inferensi). Proses penalaran ini
mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomenafenomena
yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan
dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses
penalaran induktif, proses penalaran itu juga disebut sebagai corak
berpikir ilmiah. Namun, induksi tidak akan banyak manfaatnya
jika tidak diikuti oleh proses berpikir deduksi.
Berpikir induktif ialah menarik suatu kesimpulan umum dari
berbagai kejadian (data) yang ada di sekitarnya. Dasarnya adalah
observasi. Proses berpikirnya adalah sintesis. Tingkatan
berpikirnya adalah induktif. Jadi jelas, pemikiran semacam ini
mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.
Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara
induktif ini terutama bergantung pada representatif atau tidaknya
sampel yang diambil, yang mewakili fenomena keseluruhan.
Makin besar jumlah sampel yang diambil, makin representatif dan
makin besar taraf validitas dari kesimpulan itu, demikian juga
sebaliknya. Taraf validitas kebenaran kesimpulan itu masih
ditentukan pula oleh obyektivitas dari si pengamat dan
homogenitas dari fenomena-fenomena yang diselidiki (Purwanto,
1998:47-48).
Berpikir Evaluatif
Berpikir evaluatif ialah berpikir kritis, menilai baik-buruknya, tepat
atau tidaknya suatu gagasan. Dalam berpikir evaluatif, kita tidak
menambah atau mengurangi gagasan. Kita menilainya menurut
kriteria tertentu (Rakhmat, 1994).
Perlu diingat bahwa jalannya berpikir pada dasarnya ditentukan
oleh berbagai macam faktor. Suatu masalah yang sama mungkun
menimbulkan pemecahan yang berbeda-beda pula. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain, yaitu
bagaimana seseorang melihat atau memahami masalah tersebut,
situasi yang tengah dialami seseorang dan situasi luar yang
dihadapi, pengalaman-pengalaman orang tersebut, serta bagaimana
intelegensi orang itu.
Selain jenis-jenis berpikir yang telah disebutkan di atas, masih ada
pendapat lain dari beberapa ahli.
a. Morgan dkk. (1986, dalam Khodijah, 2006: 118) membagi dua jenis
berpikir, yaitu;
- Berpikir autistik (autistic thinking) yaitu proses berpikir yang sangat
pribadi menggunakan simbol-simbol dengan makna yang sangat pribadi,
contohnya mimpi.
- Berpikir langsung (directed thinking) yaitu berpikir untuk
memecahkan masalah.
b. Menurut Kartono (1996, dalam Khodijah, 2006:118) ada enam pola
berpikir, yaitu :
- Berpikir konkrit, yaitu berpikir dalam dimensi ruang, waktu, dan
tempat tertentu.
- Berpikir abstrak, yaitu berpikir dalam ketidakberhinggaan, sebab bisa
dibesarkan atau disempurnakan keluasannya.
- Berpikir klasifikatoris, yaitu berpikir menganai klasifikasi atau
pengaturan menurut kelas-kelas tingkat tertentu.
- Berpikir analogis, yatiu berpikir untuk mencari hubungan
antarperistiwa atas dasar kemiripannya
- Berpikir ilmiah, yaitu berpikir dalam hubungan yang luas dengan
pengertian yang lebih komplek disertai pembuktian-pembuktian.
- Berpikir pendek, yaitu lawan berpikir ilmiah yang terjadi secara lebih
cepat, lebih dangkal dan seringkali tidak logis.
c. Menurut De Bono (1989 dalam Khodijah, 2006:119) mengemukakan dua
tipe berpikir, sebagai berikut:
- Berpikir vertikal, (berpikir konvergen) yaitu tipe berpikir tradisional
dan generatif yang bersifat logis dan matematis dengan mengumpulkan
dan menggunakan hanya informasi yang relevan.
- Berpikir pendek Berpikir lateral (berpikir divergen) yaitu tipe
berpikir selektif dan kreatif yang menggunakan informasi bukan hanya
untuk kepentingan berpikir tetapi juga untuk hasil dan dapat menggunakan
informasi yang tidak relevan atau boleh salah dalam beberapa tahapan
untuk mencapai pemecahan yang tepat.
Proses Berpikir
Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada empat langkah, yaitu
a. Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian logis di bentuk
melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
- Menganalisis ciri-ciri dari sejumlah obyek yang sejenis. Obyek
tersebut kita perhatikan unsur - unsurnya satu demi satu. Kita
ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri
misalnya, manusia Indonesia, ciri - cirinya: makhluk hidup,
berbudi, berkulit sawo matang, berambut hitam, dan untuk manusia
Eropa, ciri-cirinya: mahluk hidup, berbudi, berkulit putih,
berambut pirang atau putih, bermata biru terbuka.
- Membanding-bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri
mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan
mana yang tidak selalu ada mana yang hakiki dan mana yang tidak
hakiki.
- Mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang
tidak hakiki, menangkap cirri-ciri yang hakiki. Pada contoh di atas
ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk hidup yang berbudi.
b. Pembentukan Pendapat, yaitu menggabungkan atau memisah beberapa
pengertian menjadi suatu tanda yang khas dari masalah itu. Pendapat
dibedakan menjadi tiga macam:
- Pendapat Afirmatif (positif), yaitu pendapat yang secara tegas
menyatakan sesuatu, misalnya si Ani itu rajin, si Totok itu pandai,
dsb.
- Pendapat Negatif, yaitu pendapat yang secara tegas menerangkan
tidak adanya sesuatu sifat pada sesuatu hal, misalnya si Ani tidak
marah, si Totok tidak bodoh, dsb.
- Pendapat Modalitas (kebarangkalian), yaitu pendapat yang
menerangkan kemungkinan-kemungkinan sesuatu sifat pada suatu
hal, misalnya hari ini mungkin hujan, si Ali mungkin tidak datang,
dsb.
c. Pembentukan Keputusan, yaitu menggabung-gabungkan pendapat
tersebut. Keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk
pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.
Ada tiga
macam keputusan, yaitu:
1. Keputusan dari pengalaman-pengalaman, misalnya: kemarin
paman duduk dikursi yang panjang, masjid dikota kami disebelah
alun-alun, dsb.
2. Keputusan dari tanggapan-tanggapan, misalnya: anjing kami
menggigit seorang kusir, sepeda saya sudah tua, dsb.
3. Keputusan dari pengertian-pengertian, misalnya: berdusta adalah
tidak baik, bunga itu indah, dsb.
d. Pembentukan Kesimpulan, yaitu menarik keputusan dari keputusankeputusan
yang lain.
Problem Solving
Problem Solving atau Pemecahan Masalah adalah kemampuan berpikir
yang utama karena hal itu meliputi cara berpikir yang lainnya: berpikir kreatif
dan analitis untuk pembuatan keputusan.
- Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru atau
menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru yang belum
pernah ada. Kreatif tidak hanya demikian tetapi kreatif juga sebuah
kombinasi baru yaitu kumpulan gagasan baru hasil dari gagasan-gagasan lama.menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide baru yang
lebih baik.
- Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan atau
langkah-langkah logis.
Langkah berpikir analitis ialah dengan menguji
sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat bawah
permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau memutuskan
atas dasar logika.
Kedua cara ini tidak saling bertentangan, tetapi saling melengkapi sesuai
konteksnya. Sebagai contoh Anda perlu berpikir kreatif dalam memecahkan
sebuah persoalan, namun anda juga perlu berpikir Analitis untuk memutuskan
mana yang terbaik diantara kemungkinan kreatif anda.
PROSES PEMECAHAN MASALAH
- Penafsiran Masalah : Disebut juga dengan mendefinisikan masalah ~
dengan cara berpikir kreatif
- Strategi Pemecahan Masalah : Membuat seleksi terhadap strategi
pemecahan masalah yang terbaik
BEBERAPA STRATEGI PEMECAHAN MASALAH YANG SERING
DIGUNAKAN
Trial and error
Makan waktu yang lama (STM)
Informational Retrieval
Yaitu mendapatkan kembali informasi untuk pemecahan masalah dengan
cepat (LTM)
Algoritma
Yaitu suatu metode pemecahan masalah yang menjamin suatu pemecahan
masalah jika tersdia kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkannya.
Heuristic
Yaitu membantu untuk menyederhanakan masalah, dipengaruhi oleh
pengalaman masa lalu.
Ada empat metode Heuristic yaitu:
- Hill Climbing Suatu stategi Heuristic dimana setiap langkah menggerakkan secara
progersif untuk lebih dekat pada tujuan akhir
- Subgoals
Metode pemecahan suatu masalah dengan menjadikannya lebih kecil
atau menjadi bagian-bagian, dimana-mana masing-masing tersebut
bertujuan untuk mempermudah pemecahan
- Mean and Analysis
Suatu stategi Heuristic yang sasarannya untuk mengurangi perbedaan
antara situasi yang terjadi dengan tujuan yang diinginkan melalui
perantara suatu cara
- Working Backward
Suatu stategi Heuristic dimana kita harus bergerak mundur dari tujuan
kita dalam keadaan-keadaan tertentu