Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn (Arif
Rohman, 2009: 134) dimaksudkan sebagai keseluruhan tindakan yang
dilakukan oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan
yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Selanjutnya, M. Grindle menambahkan (Arif Rohman, 2009: 134),
bahwa proses implementasi mencakup tugas-tugas “membentuk suatu ikatan
yang memungkinkan arah suatu kebijakan dapat direalisasikan sebagai hasil
dari aktivitas pemerintah”. Seperti tugas-tugas dalam hal mengarahkan
sasaran atau objek, penggunaan dana, ketepatan waktu, memanfaatkan
organisasi pelaksana, partisipasi masyarakat, kesesuaian program dengan
tujuan kebijakan, dan lain-lain.
Dalam menganalisis masalah implementasi kebijakan, seorang ahli
yang bernama Charles O. Jones mendasarkan diri pada konsepsi aktivitasaktivitas
fungsional. Menurutnya, implementasi adalah suatu aktivitas yang
dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Ada tiga pilar aktivitas dalam mengoperasikan program tersebut adalah:
- Pengorganisasian,
pembentukan atau penataan kembali sumber daya, unit-unit serta metode
untuk menjalankan program agar bisa berjalan;
- Interpretasi, yaitu
aktivitas menafsirkan agar program menjadi rencana dan pengarahan yang
tepat dan dapat diterima serta dilaksanakan;
- Aplikasi, berhubungan
dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, pembayaran atau lainnya yang
disesuaikan dengan tujuan atau perlengkapan program (Arif Rohman, 2009:
135).
Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi
kebijakan merupakan suatu proses pelaksanaan sebuah kebijakan yang telah
dibuat sebelumnya yang di dalamnya menyangkut perilaku-perilaku badan
administratif, faktor-faktor hukum, politik, ekonomi, sosial yang langsung
atau tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yang
terlibat dalam program. Kesemuanya itu menunjukkan secara spesifik dari
proses implementasi yang sangat berbeda dengan formulasi kebijakan
pendidikan.
Konsep Implementasi Kebijakan Pendidikan
Implementasi kebijakan pada dasarnya merupakan aktivitas
mengoperasikan sebuah program. Implementasi kebijakan adalah hal yang
paling berat, karena di sini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai
dalam konsep muncul di lapangan. Persentase keberhasilan kebijakan dapat
dilihat dari aspek rencana sebesar 20%, keberhasilan implementasi 60%,
sisanya 20% adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi.
Gambar Diagram Persentase Keberhasilan Kebijakan
Sumber: Riant Nugroho, 2009: 502
Pelaksanaan/implementasi kebijakan dalam konteks manajemen
berada dalam kerangka organizing-leading-controling. Jadi, ketika kebijakan
sudah dibuat, tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan
kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan dan melakukan pengendalian
pelaksanaan tersebut. Secara rinci kegiatan manajemen implementasi
kebijakan dapat disusun berurutan sebagai berikut:
Tabel Manajemen Implementasi
Sumber: Riant Nugroho, 2009: 526
Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses kegagalan dan keberhasilan
implementasi menurut Arif Rohman (2009: 147) ada tiga yaitu:
a. Faktor pertama berkaitan dengan diktum atau rumusan kebijakan yang
telah dibuat oleh para pengambil keputusan (decision maker).
Menyangkut apakah rumusan kalimatnya jelas atau tidak, tujuannya tepat
atau tidak, sasarannya tepat atau tidak, mudah difahami atau tidak, mudah diinterpretasikan atau tidak, terlalu sulit dilaksanakan atau tidak,
dan sebagainya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Oberlin Silalahi
bahwa pembuat kebijakan harus terlebih dahulu mencapai beberapa
konsensus diantara mereka mengenai tujuan-tujuan, serta informasi yang
cukup untuk mencapai tujuan.
b. Faktor kedua adalah pada personil pelaksananya. Menyangkut tingkat
pendidikan, pengalaman, motivasi, komitmen, kesetiaan, kinerja,
kepercayaan diri, kebiasaan-kebiasaan serta kemampuan kerjasama dari
para pelaku pelaksana kebijakan tersebut.
c. Faktor ketiga adalah faktor organisasi pelaksana. Menyangkut jaringan
sistem, hirarki kewenangan masing-masing peran, model distribusi
pekerjaan, gaya kepemimpinan dari pemimpin organisasinya, aturan
main organisasi, target masing-masing tahap yang diterapkan, model
monitoring yang biasa dipakai, serta evaluasi yang dipilih.